Sunday, 26 November 2023

Percakapan Si Kembar 22

 "Masih lama kak" ujar Si Wanita setelah memasukkan potongan donat kedalam mulutnya. Kemudian ia menjilat sisa krim coklat di ibu jari dan telunjuknya.

Aku melihat handphone lagi, "Harusnya udah deket sih, nih gambar mobilny udah deket" ujarku sambil menunjukkan layar handphoneku padanya.

Kulihat ia kini membersihkan tangannya dengan tisu. Kepalanya mengangguk-angguk sambil mengunyah.

Aku kembali menghisap rokokku, kurasakan asapnya masuk kedalam paru-paru sejenak, kemudian ku hembuskan keluar melalui hidung dan mulutku.

"Cepet abisin, katanya mobilnya udah deket" ucap Si Wanita.

Kulihat ia memangku dagunya diatas koper miliknya.

"Santai, sudab kubilang kalau melakukan suatu hal itu harus dinikmati"

"Kalo rokoknya belum abis tapi mobilnya dateng ?" ia melihat kearahku dengan kepalanya masih dipangku diatas koper.

"Yaaa, tinggal dimatiin" jawabku enteng lalu menghisap rokokku lagi.

"Kamu berubah yaa"

Kulihat lagi adikku itu, kini ia tersenyum. Alisku mengkerut.

"Maksudnya ?"

"Bukannya dulu, kamu bakal nerusin sambil ijin untuk merokok di mobilnya"

Aku terkekeh.

"Cuma itu ?"

Ia mengangguk.

"Apa itu hal bagus ?"

"Yap" Jawabnya singkat kemudian mengalihkan pandang kedepan. "Kuharap itu permanen" tambahnya

Saat aku mau merespon, handphoneku bergetar, aku melihat layarnya kemudian menggeser ikon gagang telpon berwarna hijau ke arah kanan kemudian menempelkan ke telingaku.

"Ya, pak ? Dimana ?" aku mengumbar pandang. "Warna silver ?" lanjutku sambil melambaikan tangan ke sebuah mobil yang sempat berhenti beberapa puluh meter dari kami, lalu memberi tanda wanita yang berbincang denganku tadi untuk bangkit.

Tak lama, sebuah mobil berhenti didepan kami, kaca pintu depannya terbuka. Sang sopir menyebutkan sebuah nama, memastikan nama pemesan jasanya sama.

Aku mengangguk lalu mulai membuka pintu tengah agar Si Wanita masuk, aku menharah kearah belakang mobil, Sang Sopir juga keluar menuju tempat yang sama denganku.

Aku memnuka pintu belakang mobil tersebut, Sang Sopir segera memasukkan koper Si Wanita kedalamnya, sambil menungguku melepas carrierku lalu memasukkannya kedalam mobil.

Sudah seleaai, pintu ditutup, aku masuk lewat pintu tengah, duduk disamping wanita berambut sebahu yang kini sedang menatap layar handphonenya.

Tak lama, mobil melaju.

"Akhirnya ntar lagi sampe" ujar Si Wanita

"Kenapa ?"

"Lega aja. Setelah beberapa tahun, kita berkumpul lagi"

Aku tersenyum.

"Kenapa ?"

"Masa kamu gak tahu ?"

"Ya biar ada pembicaraan"

Aku terkekeh.

"Mas dan mbak dari mana emang ?" Sang sopir bertanya

Kami menyebutkan awal perjalanan kami.

"Lho ? Dari beda lokasi ?"

"Iya, pak" jawab Si Wanita mewakili.

"Tinggal satu rumah?"

"Iya" jawabku.

"Kok bisa pas bareng datangnya ?"

Kami tertawa kecil, hal tersebut juga sempat kami pertanyakan karena pertemuan kami distasiun sebelumnya tidak direncanakan.

"Tiba-tiba ketemu di stasiun sebelumnya, pak" aku menjawab dengan senyum.

"Wahh, kok bisa pas gitu ya ?"

"Takdir kali pak" ucap Si Wanita dengan tawa kecil.

Pak Sopir tertawa, "Emang sering gitu kalo pas balik kesini ?"

"Nggak pak, ini pertama kalinya" jawabku.

"Bisa gitu yaa"

"Hebat ya ?" ujar Si Wanita sambil memiringkan badannya mencoba melihat Pak Sopir.

Pak Sopir, melirik lewat spion tengahnya sambil tertawa.

"Biasanya kalo balik kesini berapa bulan sekali ?" tanya beliau ramah, sambil masih fokus menyetir.

"Baru ini, pak" jawabku sambil tersenyum.

Ia tampak sedikit kaget, "Di luar kotanya berapa tahun ?"

"Berapa ya, dek ?" tanyaku pada Si Wanita

"Entah, lupa"

"Aku juga", aku memgalihkan pandang ke Pak Sopie lagi, "Gak tau, Pak. Lumayan lama kayaknya".

Ia nampak sedikit kaget, "Jadi, Mas sama Mbak setelah sekian lama baru balik ini ?" tanya Pak Sopir sambil melirik sejenak ke kaca spion tengah.

Aku mengangguk.

"Tapi selama itu pernah ketemu ?" lanjut beliau.

"Gak pernah, Pak. Ya, baru ini aja. Setelah sekian lama" Si Wanita menjawab, sambil memandang keluar jendela.

Aku diam.

"Kota ini gimana pak ? Banyak yang berubah ? Semakin baik ?" aku mengajukan pertanyaan merubah alur pembicaraan.

"Perubahan itu pasti ada, Mas." jawab Pak Sopir sambil memutar mutar kemudinya ke arah kanan beberapa kali. "Tapi kalo baik-buruknya semua tetap kembali kepada penghuninya. Karena penghuninya yang merubah lingkungan dan penghuninya yang memiliki hati untuk merasakan baik-buruknya. Meski semua tetap menjadi opini pribadi" lanjutnya.

Aku menyetujuinya.

"Ini sesuai map kan, Mas ?" 

"Iya, Pak" jawabku.

"Bentar lagi sampai ya, pak ?" Kini Si Wanita yang bertanya.

"Iya, mbak. Pangling ?" balas Sang Sopir.

"Sedikit, karena memang banyak yang berubah" ucap Si Wanita sambil terkekeh.

Aku bisa melihat Sang Sopir tersenyum.

"Yang pagar coklat itu, pak" ucapku sambil menunjuk sebuah pagar.

Tak lama, mobil berhenti dan kami segera keluar dan menuju kearahh belakang mobil. Sang Sopir melakukan hal yang sama dan membukakan pintu belakang. Aku menurunkan bawaan kami. Si Wanita memberikan sejumlah uang kepada Sang Sopir. Ia mengeceknya lagi, dan mengucapkan terima kasih. Kami melakukan hal yang sama.

Saat ia akan membuka pintu depannya, ia berbalik ke arah kami.

"Mas, Mbak!" panggilnya

"Ya, pak ?" tanyaku.

"Sampeyan berdua kembar ?"

Kami tersenyum, "Iya, pak" aku menjawab, Si Wanita memberikan jawaban dengan anggukan.

Ku lihat ia tersenyum kemudian kembali berpamitan dan masuk kedalam mobil. Mobil dihidupkan dan segera kembali berjalan menjauhi kami. Kami melangkah dan aku membuka gembok pagar rumah. Suara engsel berbunyi keras. Kami melangkah masuk dan berhenti tepat didepan pintu depan.

Si Wanita yang memegang kunci pintu rumah terdiam, menatap pintu berwarna coklat didepannya dan membuka kuncinya. Ia memegang gagang pintunya, Matanya terpejam, dan menghela nafas beberapa kali.

Beberapa detik kemudian, ia membuka matanya dan mulai mendorong pintu tersebut.

"Assalamu'alaikum" ucapnya.

Wednesday, 22 November 2023

Percakapan Si Kembar 21.7

 Seseorang menggoyang bahuku lembut. Sejenak masih dalam pejam keasadaranku mulai berkumpul. Kubuka pelan mataku dan pandangan pertama adalah kaca jendela yang menunjukkan sinar mentari dan hamparan sawah. Kemudian kualihkan pandang kearah kiri. Terlihat Si Lelaki tanga kanannya berada dibahuku, kemudian ia menyodorkan layar handphonenya menunjukkan sesuatu.

Di tengah usaha mengumpulkan kesadaran, aku mencoba memfokuskan pandang kearah layar tersebut.

"Foto ?" tanyaku dalam hati

Kuamati lebih detil lagi, kemudian mataku terbuka lebar dan kesadaranku segera terkumpul dan reflek berusaha meraih handphonenya.

Si Lelaki dengan sigap menarik dan menyembunyikannya kemudian tertawa puas.

Aku masih mencoba merebutnya, tapi ia menghalangi.

"Mas ! Hapus!" perintahku sambil masih berusaha meraih handphonenya.

"Biarin lah, lucu tau" balasnya sambil tertawa.

"Nggak!! Malu ishh!!!"

"Lucu tahu, kaya ikan tenggelem, hahaha"

"Nggak!!! Mana ishhh!!!" aku masih mencoba merebut handphonenya, tapi Si Lelaki berhasil menjauhkan.

"Hahahaha, suruh siapa tidur pake buka buka mulut segala" ledeknya lagi.

"Ya mana aku sadar kalo tidur bakal gitu" aku melipat tangan kemudian membuang muka.

"Yaudah sih, disimpen pribadi aja lhoo*

Seketika aku mengingat sesuatu.

"Awas sampe rumah!" ancamku.

Dia terdiam. Aku meliriknya. Dia tersenyum.

"Kenapa senyum senyum ?" Tanyaku heran.

"Kita lama gak gini ya ?" 

Aku terdiam, rasa sebalku mendadap menguap perlahan. Aku membenarkannya.

Tidak ada percakapan lagi beberapa detik.

Tak lama sebuah suara perut terdengar. Panjang dan lucu sekali. Bukan dariku. Tapi dari Lelaki disebelahku.

"Bhahahahahahaha!!!!!!" kini aku tertawa puas. "Lapar, pak ?" tanyaku.

Ia tersenyum malu. Aku hanya menggeleng heran. Aku segera meraih sebuah kresek yang membungkus sebuah kotak.

"Kapan terakhir makan ?" tanyaku sambil membuka kotak tersebut lalu mengarahkan padanya.

"Wow! Donat!" respon Si Lelaki dibuat seolah olah sangat kagum dengan isi kotak tersebut.

Ia mengambil satu, memegangnya menggunakan jari telunjuk dan jempol kanannya, "Entahlah, sepertinya kemarin pagi" ucapnya sambil menutup satu matanya dan melihatku dari lubang donat yang dipegangnya.

Ekspresiku kembali datar mendengarnya, " Sekarang udah pagi, berarti hampir 24 jam kamu belum makan" 

Dia hanya merespon dengan cengiran dan kalimat 'hehe'.

Aku membalik kotak yang kupegang, "Kebiasaanmu masih sama" ucapku.

"Berarti aku masih manusia yang sama" balasnya enteng.

Aku diam sejenak mendengarnya, kemudian bersuara sambil menatap satu dinat yang tertinggal dalam kotak,

"Yaa, berusaha berubah seperti apapun sepertinya kita akan tetap sama" 

"Kutukan ya ?"

Aku tersenyum sinis, "Kutukan lagi"

"Kenapa ?"

"Gapapa. Udah, cepet dimakan. Nanti bunyi lagi perutmu"

Ia memutar bola matanya, kemudian mengarahkan donat yang dioegangnya ke arah mulut yang sudah terbuka. Belum sempat digigit, suara announcer terdengar menandakan kereta sudah dekat dengan sebuah stasiun dan itu adalah stasiun dimana kami harus turun.

Kulihat Si Lelaki mematung masih dengan mulut menganga dan donat yang berhenti didepannya.

Aku tertawa lagi.

Lucu.

Ia tampak sedikit kesal, kemudian menjauhkan donat tersebut dari mulutnya yang sudah ditutup lagi.

"Tolong, pegang" ujarnya.

Aku masih tertawa dan menerimanya.

Si Lelaki lalu bangkit dan berusaha menurunkan koper dan tas carriernya untuk ditaruh di kursi kosong depan kami.

Selesai dengan itu, ia kembali duduk di kursinya.

Aku menyerahkan donatnya kembali.

Ia menerimanya, "Makasih"

"Cepet abisin, bentar lagi turun"

Gigitan pertama ia lakukan, lalu mengunyah sambil berbicara, "Melakukan hal apapun harus dinikmati"

"Ya, tapi bentar lagi kan turun"

"Ya udah gapapa, kan masih bisa dimakan sambil jalan"

"Ya kan gak baik"

"Lah, kamu lupa ?"

Aku diam sejenak karena menyadari sesuatu.

"Ya, enggak sih" jawabku.

"Yaudah" balasnya sambil menggit lagi donat tersebut lalu mengunyah dan menaiknturunkan alisnya.

Aku bisa melihat sebuah senyum ditengah gerakan mulutnya.

Aku hanya bisa menghela nafas. Untungnya donat itu habis sebelum kereta benar-benar berhenti.


Tuesday, 21 November 2023

Percakapan Si Kembar 21.5

 "Bukankah sebuah kebetulan nomor kursi kita bersebelahan" ujar Si Wanita kemudian menghirup es coklat miliknya.

"Ya, meskipun kamu tidak menemukanku tadi kita tetap akan bertemu di dalam kereta" balas Si Lelaki sambil masih menarik koper berwarna biru milik Si Wanita.

"Gerbong 6 kan ?" tanya Si Wanita sambil melihat dua tiket kereta di tangan kanannya.

"Yep" Si Lelaki berhenti, "Dan kamu melewatkan pintunya" lanjutnya.

Si Wanita berhenti kemudian berbalik, melihat kakaknya berdiri didepan sebuah pintu gerbong lokomotif. Ia menengok ke arsh gerbong ada angka 6 disana.

"Tapi kan pintunya disebelah sana" balas Si Wanita sambil menunjuk pintu disisi lain gerbong.

Si Lelaki tertawa, "Masih gak mau kalah saja. Udahlah ayo masuk" lanjut Si Lelaki sambil mengkode adik perempuannya untuk masuk ke pintu yang ada didekatnya.

Si Wanita terkekeh lalu berjalan mendekati Si Lelaki, kemudian melewatinya untuk masuk kedalam gerbong. Si Lelaki mengekor sambil mengangkat koper yang tadi di seretnya. 

Tidak banyak penumpang didalam. Tergolong sepi. Dilihatnya Si Wanita ada di tengah jalan gerbong melambaikan tangan. Memberi tanda jika ia menemukan kursi mereka. Si Lelaki segera bergegas menghampirinya, kemudian mengankat koper tinggi menaruhnya di bagasi tepat diatas tempat duduk mereka kemudian menata tas carrier yang dipanggulnya bersebelahan dengan koper tadi.

"Aku sebelah jendela" ujar Si Wanita kemudian segera duduk di kursi incarannya.

"Iya, iya"

"Sekali aja iya nya"

"Ahahaha, emang kenapa ?"

"Risih dengernya" Si Wanita kembali menyeruput Es Coklatnya lagi.

Si Lelaki tersenyum kemudian duduk disebelahnya.

"Perjalanan masih beberapa jam lagi ya.." gumam Si Wanita.

"Masih lama" Si Lelaki merespon, "Lamaaaaaa Sekaliiiiiiii...." tambahnya dengan memanjangkan nada terakhir setiap kata yang baru saja diucapkan.

Si Wanita menoleh ke lelaki disampingnya.

"Kenapa ?"

"Gapapa" jawab Si Wanita singkat.

Si Lelaki tersenyum.

"Mau dengerin musik" ucap Si Wanita.

"Kamu kan punya TWS tho ?"

"Habis batrenya"

"Yaudah nih" Si Lelaki merogoh tas slempangnya dan menyerahkan earphonenya.

Si Wanita menerimanya kemudian memindahkan benda tersebut ke tangan kiri, tangan kanannya masih menjulur.

"Apa ?" tanya Si Lelaki lagi.

"Hape"

"Punyamu ?"

"Maunya punyamu"

Si Lelaki memutar bola mata kemudian menyerahkan handphonenya. Si Wanita tersenyum menerimanya.

Segera menggabungkan kabel jack earphone ke handphone Kakaknya. Satu earbud sudah terhubung ke telinga kirinya. Dan satu earbud ia sodorkan ke Si Lelaki.

Si Lelaki menoleh, melihat secara bergantian kearah earphone tersebut dan Wanita disampingnya. Tak lama ia menerimanya dan memasangnya ke telinga kanan.

Si Wanita segera menggeser geser layar handphone melihat dan mencari lagu yang ingin diputar. Sejenak dahinya mengkerut.

"Apaan ini ?"

Si Lelaki menoleh, kemudian ia langsung paham kenapa ia bertanya seperti itu, ia langsung mengalihkan pandang kedepan dan segera menutup mata berpura pura mencoba tidur.

"Lagu lagunya malah laguku dulu, bukannya kamu sudah ngehapus lama ya ?" 

Si Lelaki sadar ia sedang ditatap, dibuka bola mata sebelah kanannya sambil melirik kearah Si Wanita. Ia tak menjawab hanya mengangkat kedua bahunya sekali.

Tidak ada percakapan lagi dan beberapa detik kemudian sebuah alunan lagu mulai berbunyi.

Kini Si Lelaki yang membuka mata sambil menoleh sedikit kearahnya.

"Shadow Mosses ? Tumben"

Ia mengangkat kedua bahu sekali sambil menatap keluar jendela.

Aku tersenyum, dia membalasku.

"Dasar" ucapku sambil mengacak acak rambutnya.

"Biarin" ia menjulurkan lidah sambil membetulkan rambutnya.

Aku hanya menggeleng pelan sambil terkekeh.

"Awas ya, kalo sampe rumah. Jangan lupa sama janjimu"

Aku terdiam tidak menjawab, seketika aku menyesali ucapanku. Seharusnya ku beri batasan.

Tidak ada percakapan lagi hingga setengah lagu terputar. Lalu ia membuk mulut.

"Jadi, tujuan kita apa sekarang ?" tanya Si Wanita masih sambil menatap jeluar jendela.

Aku menjawabnya sambil tersenyum kearahnya.

Dilihatnya ia memutar kepala ke arah Si Lelaki. "Ulangi" pintanya.

"Kita akan mencari jalan pulang"

Kami berdua sama sama tersenyum dengan arti masing masing.


Monday, 20 November 2023

Percakapan Si Kembar 21

 Sebuah guncangan kecil membangunkan seorang pria bertopi dari tidurnya. Matanya mengerjap beberapa kali berusaha mengembalikan kesadarannya. Ia melirik kebawah memastikan tas kecilnya masih ada di pangkuannya. Sedetik kemudian ia melempar pandang ke arah jendela dikanannya, gelap. Ia tak tahu sudah sampai mana kereta yang dinaiki membawanya. Ia merogoh kedalam saku jaket bagian dalam mengeluarkan handphonenya.

"Sebentar lagi sampai" pikirnya.

Kemudian ia mengeluarkan earphone yang ada didalam tas kecil bawaannya. Menyambungkannya ke handphone kemudian memasang earpicenya ke kedua telinganya. Musik diputar.

"Bahkan aku lupa kapan terakhir aku menyimpan lagu ini kemudian menghapusnya. Tapi sekarang aku menyimpannya lagi" pikirnya lagi.

Rasa kantuknya hilang, ia memangku kepalanya dengan tangan kanan sambil melihat ke kegelapan malam diluar jendela kereta. Ia melamunkan berbagai hal. Sedetik rasa sesak hadir didadanya bersamaan dengan suara anouncer dari dalam kereta mengumumkan bahwa stasiun tujuannya sudah dekat. Si Lelaki yang mendengarnya ditengah suara lagu dari earphonenya segera berdiri dan mengambil tas carrier miliknya yang dia taruh tepat di atas tempat ia duduk.


******


Sebuah nama dipanggil oleh seorang pria berumur dua puluhan. Dengan kemeja berwana cream, celemek berwarna coklat dan sebuah topi chef kecil dikepalanya. Aku yang sebelumnya menatap layar handphone melihat riwayat chat dengan seseorang yang masih centang satu sejak 6 jam lalu ku kirim segera menghampirinya.

"Coklat Special regular size ? Dan dua donat coklat" tanyanya ramah.

Aku mengangguk sambil menerima bungkusan yang diarahkan padaku, "Terima Kasih" ucapku.

Aku kembali kearah tempat dudukku tadi. Berniat mengambil koper yang sebelumnya ku taruh didekatku duduk menunggu pesananku. Sejenak aku terdiam, ada rasa aneh dan membuatku memutuskan untuk melihat kembali riawayat chat tadi. "Masih sama" batinku.

Kuraih gagang koperku dan mulai menariknya keluar menuju ruang tunggu.

Sambil berjalan menyusuri peron yang cukup sepi, aku menghirup perlahan es coklat yang baru ku beli.

"Masih 30 menit lagi sebelum keretaku datang" gumamku.

Aku mengambil tempat duduk kosong yang menghadap tepat kearah pintu masuk setelah tempat check in tiket. Sebenarnya lokasinya tidak dekat dengan jalur keretaku datang tapi aku punya harapan dengan duduk disini.

Sejenak, aku teringat percakapan terakhir kami sebelum memutuskan untuk memgambil jalan masing-masing.

"Apa gak bisa bareng aja ?" ujarku.

"Bisa...." jawabnya dengan nada menggantung.

"Tapi ?"

"Sepertinya akan sulit, melihat dunianya berbeda" jawabnya sambil menekan putung rokoknya ke asbak.

Aku diam.

"Kamu tahu dek ? Dua jalan yang memisahkan kita akan menyatukan kita ke jalan yang sama lagi" lanjutnya.

"Kamu yakin ?"

Dia mengangguk sambil tersenyum.

Lamunanku buyar karena suara lonceng tanda sebuah kereta akan datang. Suara peringatan untuk menjaga jarak dari salah satu jalur kereta diulang sebanyak 3 kali. Itu bukan keretaku. Seingatku, keretaku datang setelah kereta itu. Tak butuh lama, kereta datang dan orang orang mulai turun dari dalam kereta lalu menuju pintu keluar. Aku kembali mengecek handphone. Masih sama. Kemudian ku keluarkan wireless earphoneku namun aku sedikit mengumpat dalam hati. Baterainya habis.

Masih 20 menit lagi selama tidak ngaret. Disaat yang bersamaan banyak orang memasuki daerah ruang tunggu dari pintu masuk check in tiket. Mataku tiba tiba merubah fokus kearah tempat tersebut. Memperhatikan kerumunan yang masuk satu persatu sambil menggenggam handphone ditangan kananku.

Iya.

Aku masih beraharap.

Setelah beberapa menit dan kerumunan berkurang aku menghela nafas. Karena tidak mendapatkan ekspektasiku. Kuraih es coklatku lagi dan menyeruputnya pelan. Seketika setelahnya, aku kembali menaruh es tersebut dengan cepat di bangku kosong sebelahku. Pikiranku tidak yakin. Tapi tubuhku beranjak dari kursi dan melangkan menuju kearah keramaian yang mulai memudar tadi. Jalan cepat perlahan berganti menjadi lari. Menghampiri seseorang memanggul tas gunung dengan earphone ditelinga yang sedang berdiri menatap sebuah kertas ditangannya.

Aku tidak bisa melihat wajahnya, tapi aku mempercayai insting tubuhku. Saat sudah memangkas jarak yang lumayan banyak, aku memberanikan diri mengeluarkan suara dengan volume yang sekiranya dapat didengarnya , "Abang !!"

Kulihat ia mencoba sedikit berbalik, entah karena benar ia lelaki yang kuharapkan atau hanya reflek karena sebuah suara random. Tapi, belum sepenuhnya ia berbalik, aku sudah dekat dan memeluknya. Sangat erat.

Setelah aku memeluknya aku yakin.

Sangat yakin.

Ia lelaki yang kuharapkan dari tadi.

Lelaki yang kukirimi chat tapi masih centang satu dari terakhir ku lihat.

Lelaki yang memutuskan kami untuk memilih jalan yang berbeda untuk kembali bersatu.


Beberapa detik hening.


"Jadi kamu disini ?" Si Lelaki memulai percakapan.

Aku mengangguk.

"Bukan aku tidak mau dipeluk, tapi ini masih di stasiun. Kalo sudah sampe, terserah aku mau kamu apain" tambahnya.

"Bener ?" tanyaku masih membenamkan muka ditubuhnya.

"Iya"

Aku melepas pelukanku dan mendongak melihat wajahnya.

Ia tersenyum, "Hai, kita ketemu lagi" ujarnya sambil mengelus kepalaku.

Aku membalas senyumannya sambil mengangguk.


Sunday, 12 November 2023

Percakapan Si Kembar 20

  itu berjalan, berhenti sejenak meraih gagang besi pintu kaca didepannya. Setelah membukanya, ia masuk dengan disambut ucapan selamat datang dengan suara lembut. Wanita yang memyambutnya tujuannya. Kini lelaki itu berdiri didepannya, terhalang meja dengan rak berisi berbagai macam barang.

"Ada yang bisa dibantu, mas ?" ucap wanita itu sopan.

Si Lelaki tidak menatapnya, fokusnya ada barang-barang dibelakangnya.

"Rokok, mbak. Yang itu, warna hijau kekuningan" jawabnya sambil menunjuk barang dibelakangnya.

"Yang ini ?" tanya wanita tadi sambil menunjuk sebuah kotak rokok. Si lelaki mengangguk. "Ada lagi ? Koreknya sekalian ?" tanya wanita lagi.

Si Lelaki kini mengumbar pandang ke rak bagian bawah yang ada didepan meja. Ia mengambil satu brang berbentuk persegi panjang dan menaruhnya di meja. "Udah. Ini saja" ujarnya kemudian merogoh sau belakangnya hendak mengambil dompet.

Wanita tadi meraihnya dan menscan kedua barang tadi. "Totalnya, 29.200 rupiah, pakai kantong plastik?"

Si lelaki menggeleng kemudian memberikan 3 lembar uang senilai 10.000 rupiah kepada wanita didepannya.

"Uangnya 30.000 rupiah ya, mas" ujar wanita yang ada didepannya sambil mengetikkan sesuatu di komputer yang ada disana. "300 rupiahnya boleh disumbangkan ?" tambahnya lagi sambil menunggu struk belanja keluar dari mesin.

Si Lelaki mengangguk sambio mengambil sebungkus rokok dan sebuah coklat kemasan yang ada diatas meja .

Setelah struk keluar dan dirobek, wanita tadi memberikannya kepasa Si Lelaku bersama dengan koin 500 rupiah diatasnya, "Ini kembaliannya, dan terima kasih" ucapnya dengan senyuman.

Si Lelaki menerimanya sambil mengangguk, "Iya sama-sama".

Sedetik kemudian, ia mepangkah keluar. Beberapa langkah setelah ia keluar dari pintu, ia berhenti membuka bungkus rokoknya, mengambil satu dan segera menyulutnya. Setelah rokoknya terbakar dan ia menghisap-keluarlan asapnya ia berjalan kembali. Coklatnya masih ia genggam dengan tangan kiri, kemudian ia membukanya. Setelah gigitan pertama tangan kananya merogoh saku bagian dalam jaketnya mengeluarkan sebuah handphone. Membuka menu kontak dan hanya ada dua nomor yang tersimpan didalamnya. Ia menekan satu nama dan kemudian melakukan panggilan.


*****


Di suatu tempat, disebuah taman. Seorang wanita dengan rambut panjang se-bahu tengah duduk dengan sebuah permen lolipop dimulutnya. Sejenak ia mengalihkan pandang kepada sepasang anak kecil yang tengah bermain ayunan. Tawa mereka menular kepadanya. Sedetik kemudian sebuah suara ringtone berbunyi dari dalam tas kecil yang dipangkunya. Dikeluarkan benda berbunyi itu kemudoan matanya membulat dan sedikit kaget. Ada sebuah nama tertera disana. Satu-satunya kontak yang dia miliki di handphonenya. Ia menggeser icon berwarna hijau lalu mendekatkan handphone ke telinganya.

"Halo" ujar Si Wanita sambil tersenyum.

"Hai" suara dibalik telepon ikut menjawab.

Setelah mendengar suara seorang lelaki dari handphonenya, mata Si Wanita kembali membulat. Ada sebuah sengatan menjalar masuk kedalam pikiran dan tubuhnya. Tidak ada suara lagi. Baik Si Wanita dan sang penelpon terdiam beberapa saat.

"Sepertinya kembali terhubung" ucap si penelpon.

"Ya" jawab Si Wanita dengan perasaan sedih yang datang tiba tiba, ia mencoba menormalkan suaranya.

"Ahhhh, kamu baik baik saja ?" tanya si penelpon dan kemudian terdengar suara kunyahan dibalik telepon.

"Kamu makan apa ?" tanya Si Wanita

"Hm, coklat"

"Batang?"

"Yep"

"Dengan merk seperti sebelumnya"

"Eummm, satunya"

"Tumben"

"Yahhh, kamu sudah tau jawabannya"

Si Wanita diam.

"Jadi, kamu baik baik saja ?" pertanyaan yang sama kembali dilontarkan oleh si penelpon.

"Kamu tau jawabannya" jawab Si Wanita.

Suara tawa menggema di gendang telinga Si Wanita, tapi ia tetap menempelkan handphone di telinganya.

"Lalu bagaimana ?" Kini Si Wanita yang bertanya.

"Well, let me see" ujar jawab si penelpon kemudian terdengar suara benda patah diikuti suara kunyahan, "Bagaimana jika kita kembali ke 'tempat' itu dulu ?" lanjut suara dari telpon dengan sedikit penekanan nada pada kata tempat.

"Boleh"

"Jika dilihat waktunya, ini masih sempat untuk berkemas dan memesan tiket perjalanan hari ini. Jika beruntung kita bisa bertemu di stasiun jika tidak berarti kita bertemu di tempat itu. Tinggal lihat, siapa dulu yang datang" jelas si penelpon.

"Apa ini lomba siapa yang datang duluan ?" Si Wanita terkekeh

"Bukan, hanya saja. Setelah dipikir karena kita lama tidak kesana bukankah yang datang pertama mendapat pekerjaan tambahan ?"

Si Wanita terdiam sejenak karena ucapan pria dibalik terlepon tersebut benar, "Hm,, jadi kamu mau berangkat kapan ?"

"Hari ini, sesuai omonganku tadi. Kamu ?"

"Ok sama"

"Kalo gitu aku berkemas dulu"

"Iya aku juga, bentar lagi mau balik dulu ngemasin barang terus langsung berangkat"

"Emang sekarang dimana?"

"Taman"

"Ada anak main ayunan ?"

"Iya"

"Pasti kamu ketawa kecil ngelihatnya"

"Aku males mau nanya kok tahu"

Suara tawa kembali tetdengar. Si Wanita tersenyum.

"Yaudah, aku mau balik dulu" ujar Si Wanita lagi.

"Ya, ati ati"

"Kamu juga"

"Iyaaa"

"Yaudah, sampe ketemu lagi, Kak"

Tidak ada balasan, telponnya langsung terputus. Kini Si Wanita berdiri dari duduknya kemudian melakukan sedikit peregangan, disaat yang sama, sepasang anak kecil tadi berlari menjauhi ayunan mereka tadi menuju sepasang pria dan perempuan yang melambaikan tangan seolah memanggil mereka.

Si Wanita tersenyum, "Yahhh, saatnya kembali" ujarnya kemudian menggigit lolipopnya yang tinggal sedikit lalu membuang pegangan permennya ketempat sampah sambil kemudian berjalan meninggalkan taman.