"Masih lama kak" ujar Si Wanita setelah memasukkan potongan donat kedalam mulutnya. Kemudian ia menjilat sisa krim coklat di ibu jari dan telunjuknya.
Aku melihat handphone lagi, "Harusnya udah deket sih, nih gambar mobilny udah deket" ujarku sambil menunjukkan layar handphoneku padanya.
Kulihat ia kini membersihkan tangannya dengan tisu. Kepalanya mengangguk-angguk sambil mengunyah.
Aku kembali menghisap rokokku, kurasakan asapnya masuk kedalam paru-paru sejenak, kemudian ku hembuskan keluar melalui hidung dan mulutku.
"Cepet abisin, katanya mobilnya udah deket" ucap Si Wanita.
Kulihat ia memangku dagunya diatas koper miliknya.
"Santai, sudab kubilang kalau melakukan suatu hal itu harus dinikmati"
"Kalo rokoknya belum abis tapi mobilnya dateng ?" ia melihat kearahku dengan kepalanya masih dipangku diatas koper.
"Yaaa, tinggal dimatiin" jawabku enteng lalu menghisap rokokku lagi.
"Kamu berubah yaa"
Kulihat lagi adikku itu, kini ia tersenyum. Alisku mengkerut.
"Maksudnya ?"
"Bukannya dulu, kamu bakal nerusin sambil ijin untuk merokok di mobilnya"
Aku terkekeh.
"Cuma itu ?"
Ia mengangguk.
"Apa itu hal bagus ?"
"Yap" Jawabnya singkat kemudian mengalihkan pandang kedepan. "Kuharap itu permanen" tambahnya
Saat aku mau merespon, handphoneku bergetar, aku melihat layarnya kemudian menggeser ikon gagang telpon berwarna hijau ke arah kanan kemudian menempelkan ke telingaku.
"Ya, pak ? Dimana ?" aku mengumbar pandang. "Warna silver ?" lanjutku sambil melambaikan tangan ke sebuah mobil yang sempat berhenti beberapa puluh meter dari kami, lalu memberi tanda wanita yang berbincang denganku tadi untuk bangkit.
Tak lama, sebuah mobil berhenti didepan kami, kaca pintu depannya terbuka. Sang sopir menyebutkan sebuah nama, memastikan nama pemesan jasanya sama.
Aku mengangguk lalu mulai membuka pintu tengah agar Si Wanita masuk, aku menharah kearah belakang mobil, Sang Sopir juga keluar menuju tempat yang sama denganku.
Aku memnuka pintu belakang mobil tersebut, Sang Sopir segera memasukkan koper Si Wanita kedalamnya, sambil menungguku melepas carrierku lalu memasukkannya kedalam mobil.
Sudah seleaai, pintu ditutup, aku masuk lewat pintu tengah, duduk disamping wanita berambut sebahu yang kini sedang menatap layar handphonenya.
Tak lama, mobil melaju.
"Akhirnya ntar lagi sampe" ujar Si Wanita
"Kenapa ?"
"Lega aja. Setelah beberapa tahun, kita berkumpul lagi"
Aku tersenyum.
"Kenapa ?"
"Masa kamu gak tahu ?"
"Ya biar ada pembicaraan"
Aku terkekeh.
"Mas dan mbak dari mana emang ?" Sang sopir bertanya
Kami menyebutkan awal perjalanan kami.
"Lho ? Dari beda lokasi ?"
"Iya, pak" jawab Si Wanita mewakili.
"Tinggal satu rumah?"
"Iya" jawabku.
"Kok bisa pas bareng datangnya ?"
Kami tertawa kecil, hal tersebut juga sempat kami pertanyakan karena pertemuan kami distasiun sebelumnya tidak direncanakan.
"Tiba-tiba ketemu di stasiun sebelumnya, pak" aku menjawab dengan senyum.
"Wahh, kok bisa pas gitu ya ?"
"Takdir kali pak" ucap Si Wanita dengan tawa kecil.
Pak Sopir tertawa, "Emang sering gitu kalo pas balik kesini ?"
"Nggak pak, ini pertama kalinya" jawabku.
"Bisa gitu yaa"
"Hebat ya ?" ujar Si Wanita sambil memiringkan badannya mencoba melihat Pak Sopir.
Pak Sopir, melirik lewat spion tengahnya sambil tertawa.
"Biasanya kalo balik kesini berapa bulan sekali ?" tanya beliau ramah, sambil masih fokus menyetir.
"Baru ini, pak" jawabku sambil tersenyum.
Ia tampak sedikit kaget, "Di luar kotanya berapa tahun ?"
"Berapa ya, dek ?" tanyaku pada Si Wanita
"Entah, lupa"
"Aku juga", aku memgalihkan pandang ke Pak Sopie lagi, "Gak tau, Pak. Lumayan lama kayaknya".
Ia nampak sedikit kaget, "Jadi, Mas sama Mbak setelah sekian lama baru balik ini ?" tanya Pak Sopir sambil melirik sejenak ke kaca spion tengah.
Aku mengangguk.
"Tapi selama itu pernah ketemu ?" lanjut beliau.
"Gak pernah, Pak. Ya, baru ini aja. Setelah sekian lama" Si Wanita menjawab, sambil memandang keluar jendela.
Aku diam.
"Kota ini gimana pak ? Banyak yang berubah ? Semakin baik ?" aku mengajukan pertanyaan merubah alur pembicaraan.
"Perubahan itu pasti ada, Mas." jawab Pak Sopir sambil memutar mutar kemudinya ke arah kanan beberapa kali. "Tapi kalo baik-buruknya semua tetap kembali kepada penghuninya. Karena penghuninya yang merubah lingkungan dan penghuninya yang memiliki hati untuk merasakan baik-buruknya. Meski semua tetap menjadi opini pribadi" lanjutnya.
Aku menyetujuinya.
"Ini sesuai map kan, Mas ?"
"Iya, Pak" jawabku.
"Bentar lagi sampai ya, pak ?" Kini Si Wanita yang bertanya.
"Iya, mbak. Pangling ?" balas Sang Sopir.
"Sedikit, karena memang banyak yang berubah" ucap Si Wanita sambil terkekeh.
Aku bisa melihat Sang Sopir tersenyum.
"Yang pagar coklat itu, pak" ucapku sambil menunjuk sebuah pagar.
Tak lama, mobil berhenti dan kami segera keluar dan menuju kearahh belakang mobil. Sang Sopir melakukan hal yang sama dan membukakan pintu belakang. Aku menurunkan bawaan kami. Si Wanita memberikan sejumlah uang kepada Sang Sopir. Ia mengeceknya lagi, dan mengucapkan terima kasih. Kami melakukan hal yang sama.
Saat ia akan membuka pintu depannya, ia berbalik ke arah kami.
"Mas, Mbak!" panggilnya
"Ya, pak ?" tanyaku.
"Sampeyan berdua kembar ?"
Kami tersenyum, "Iya, pak" aku menjawab, Si Wanita memberikan jawaban dengan anggukan.
Ku lihat ia tersenyum kemudian kembali berpamitan dan masuk kedalam mobil. Mobil dihidupkan dan segera kembali berjalan menjauhi kami. Kami melangkah dan aku membuka gembok pagar rumah. Suara engsel berbunyi keras. Kami melangkah masuk dan berhenti tepat didepan pintu depan.
Si Wanita yang memegang kunci pintu rumah terdiam, menatap pintu berwarna coklat didepannya dan membuka kuncinya. Ia memegang gagang pintunya, Matanya terpejam, dan menghela nafas beberapa kali.
Beberapa detik kemudian, ia membuka matanya dan mulai mendorong pintu tersebut.
"Assalamu'alaikum" ucapnya.
No comments:
Post a Comment