Friday 8 December 2023

Percakapan Si Kembar 23

 "Wa'alaikumsallam" suara seorang lelaki terdengar.

Si Wanita menoleh ke belakang dengan malas. Dilihatnya Si Lelaki terkekeh.

"Kerja bagus" ucap Si Wanita merespon dengan sedikit malas.

"Bukankah sebuah salam harus dijawab" tanya Si Lelaki mengekor adiknya yang baru masuk kedalam rumah.

"Iya, tapi kan gak harus kamu juga" jawab Si Wanita sambil memperhatikan sekeliling ruangan yang lama ditinggalkan.

"Iya, sih. Akan lebih mengasyikkan kalo seumpamanya memang ada yang njawab dari dalam"

Si Wanita menatapnya sinis, "Gak lucu. Malah nakutin"

Si Lelaki tertawa, kemudian ia mengikuti  Si Wanita sambil membawa masuk tas dan koper mereka. Setelah diletakkan mereka memperhatikan sekeliling ruangan.

"Tidak terlalu kotor" ucap Si Wanita.

"Yap, syukurlah. Bersih bersihnya tidak terlalu berat ntar lagi"

Si Wanita melangkah ke sebuah pintu kaca slide yang menghubungkan ke teras dan halaman samping rumah. Dibukanya kunci pintu tersebut, kemudian menggesernya. Semilir angin lembut membelainya pelan, ia menikmatinya sambil memejamkan mata. Si Lelaki juga mulai merasakan sejuknya angin mengisi ruang tersebut. Tak lama, ia berinisiatif membuka jendela-jendela rumah tersebut.

"Well.... Bagaimana kita mengisi kembali tempat ini" ucap Si Lelaki saat kembali ke tengah ruangan tadi.

Si Wanita menengok kebelakang, "Kita pikirkan nanti" ujarnya. "Yang pasti kita butuh ayunan pengganti" lanjutnya kemudian kembali menatap sisi halaman dimana dulu ada sebuah ayunan disana.

Dalam penglihatannya, ia merasa masih melihat ayunan favorit mereka berdiri kokoh disana, tapi sekarang sudah berada dikondisi yang parah.

"Bikin baru atau perbaiki ?" tanya Si Lelaki dari dalam.

"Dua duanya boleh"

"Tamak"

"Kamu bilang gitu seolah-olah kamu nggak"

Si Lelaki tertawa. kemudian ia melanhkah menuju dapur. Dibukanya satu satu kabin yang ada disana.

"Jelas gak ada isinya, kak. Kalaupun ada apa kamu gak mikir mereka gak akan kadaluarsa ?" ucap Si Wanita.

Sejenak Si Lelaki terdiam mencoba mendengarkan adiknya berkomentar. Kemudian ia melanjutkan aktifitasnya. hingga ia berhenti saat membuka salah satu kabin bawah. Ia terdiam karena menemukan sesuatu disana. Ia berjongkok dan mencoba mengeceknya, tak lama ia tersenyum.

"Syukurlah masih bisa dipakai" ujarnya sambil menarik keluar sebuah benda yang ditemukannya.

Kemudian ia menaruhnya ditempat biasa benda itu berada dulu. Si wanita sejenak menengok kedalam. Ia bisa nelihat kakaknya saat ini mencoba menyambubgkan selang regulator kompor ke tabung gas berwana ungu. Kemudian ia melihat kembali sekeliling bagian dalam rumah itu. Ia memiliki sebuah gambaran layout bagaimana ia ingin mengisi ruangan kosong tersebut. Tak lama, ia kembali menatap kehalaman samping.

"Sudah" ucap Si Lelaki.

Ia beranjak dan menuju sebuah kompor yang tertutup sebuah kain. Diangkatnya kain tersebut. Ia mencoba menghidupkan kompornya beberapa kali. Kemudian api menyala dari benda tersebut.

Si Lelaki tersenyum.

Ia menepuk tangannya beberapa kali mencoba membersihkan debu yang terasa di tangannya sambil berjalan kembali ketengah ruangan.

"Jadi, kita mulai dari bersih-bersih ?" ucap Si Lelaki menawarkan kepada Si Wanita.

Si Wanita mendengarnya, kemudian berbalik menatap lelaki yang sedang mengumbat pandang ke berbagai arah didalam. Ia mulai melangkah perlahan. Si Lelaki menyadarinya dan segera menoleh ke arah Si Wanita.

"Apa ?" tanyanya.

"Tidakkah kau ingat janjimu ?"

Si Lelaki mengingat sejenak dan kemudian matanya membulat. Dirinya mulai mundur perlahan.

"Dek, kamu ndak akan ngelakuin yang aneh aneh kan ?" tanyanya sambil mundur perlahan.

"Bukankah yang biasanya suka melakukan hal aneh itu kamu" balasnya.

"Trus kamu mau ngapain ?" Si Lelaki berhenti sebelum mendekati tembok.

Si Wanita masih melangkah dan semakin mendekati Si Lelaki, tepat berada didepannya Si Wanita berhenti dan melempar senyum manisnya kepada lelaki dihadapannya.

"Kamu inget film The Purge ?" 

Si Lelaki melirik atap sejenak, kemudian mengangguk.

"Kurang lebih seperti itu" lanjut Si Wanita dengan masih tersenyum,


Plakkkk!!!!


Suara keras tamparan menggema diruangan. Si Lelaki yang tak siap menerima tamparan di pipi kirinya langsung menggeser posisi berdirinya beberapa langkah ke kanan. Ia menatap adiknya lagi. Wajahnya memerah, matanya berkaca-kaca dan satu sisi sudut matanya sudah mengalirkan air mata. Si Wanita melangkah lagi mendekati Si Lelaki. Dihantamnya bertubi-tubi wajah dan badan Si Lelaki sebisanya. Si Lelaki diam menerimanya, tidak menangkis, menghindar ataupun membalas. Entah sudah berapa tamparan dan pukulan diberikan Si Wanita kepada Si Lelaki hingga Si Wanita berhenti setelah mendaratkan satu pukulan sekuat tenaganya kearah wajah Si Lelaki. Si Lelaki mundur beberapa langkah, salah satu sisi bibir bawahnya  terasa perih setelah baru saja dihantam oleh adiknya.

Ia merasakan rasa darah dari mulutnya. Benar saja, saat ia menyentuh bibirnya dan melihat jarinya ada darah disana.

"Well, sepertinya luka." ucap Si Lelaki lalu kembali menatap Si Wanita. "Masih belum selesai kan ?" lanjutnya sambil tersenyum.

Si Wanita tersentak ia kembali menghampiri  Kakaknya dan melanjutkan serangannya.

"KAMU!!!! KAMU MASIH BISA SAJA TERSENYUM SAAT KITA SEPERTI INI!!!" teriak Si Wanita.

Ditengah perseteruan tersebut. Si Wanita melampiaskan segala hal yang ada di dalam dirinya. Ia tak peduli sesakit apa tangannya dan sesakit apa lelaki yang dipukulinya. Si Lelaki masih sama, diam dan menerima. Beberapa luka mulai terlihat di beberapa sisi muka miliknya. Hingga akhirnya dia terjatuk setelah menerima hantaman yang keras dari adiknya sehingga membuatnya mundur beberapa langkah, menabrak koper dan carier mereka yang membuatnya terjatuh.

Si Lelaki sempat 'meng-aduh' sesaat setalh tubuhnya menghantam lantai. Tak lama, Si Wanita menghampirinya dan menindah tubuh Si Lelaki. Sambil duduk diatas perut kakaknya, Si Wanita melanjutkan melampiaskan perasaannya kepada Si Lelaki. Entah sudah berapa lama, tindakan wanita berhenti setelah memukil dada Si Lelaki dengan kedua kepalan tangannya sambil membungkuk.

Ia berhenti. Si Lelaki menatap langit langit ruangan tersebut. Masih merasakan sakit di wajah dan tubuhnya.

Suara sesenggukan terdengar. Si Lelaki melirik adiknya yang duduj sambil membungkuk membenanmkan wajah di dadanya bahunya bergetar. Tangan Si Lelaki bergerak meraih kepala dan pundak Adiknya. Mengelus lembut kepala wanita yang sedang menangis dalam dekapannya.

"Seandainya...." suara lembut Si Wanita terdengar. "Seandainya kita tidak memutuskan untuk berpisah, apakah akan tetap seperti ini ?" tanya Si Wanita di tengah tangisnya.

Si Lelaki diam.

"Seharusnya, aku menolak permintaanmu dulu kan ?" lanjut Si Wanita lagi.

Si Lelaki masih mengelus kepala Si Wanita.

"Pilihan kita membuat semuanya...."

"Tidak" potong Si Lelaki.

Si Wanita mengangkat sedikit kepalanya melihat kakaknya yang sudah memiliki beberapa lebam dan luka di mukanya.

"Pilihanku" lanjut Si Lelaki.

Si Wanita mengankat tubuhnya dan menopang menggunakan kedua tangannya sambil masih menatap Si Lelaki. Rambut sebahunya jatuh menutupi wajah sampingnya.

"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, dek. Tapi kita perlu berjuang" Ujar Si Lelaki. "Keputusan itu terlalu berat, dek, buat kamu yang memutuskan. Lebih baik kamu yang marah daripada aku" lanjutnya lagi.

Si Wanita masih mendengarkan.

"Kita saling tahu satu sama lain. Kita hidup dibumi yang sama, di dunia yang sama dan juga ada di satu jalan yang sama. Tapi jalurnya berbeda" Si Lelaki tersenyum, tangannya mengarah ke wajah adiknya. Disekanya wajah basah adiknya menggunakan tangannya. Ada goresan merah disalah satu sisi wajah adiknya setelah ia mengelapnya.

Si Lelaki tersenyum, "Yahh, ada sedikit darahku di wajahmu" ucapnya sambil menunjukkan telapak tangan miliknya yang memilik bekas darah setelah sempat menyeka darah dari mukanya tadi.

"Di dalam tubuhku lebih banyak" respon Si Wanita.

Si Lelaki tersenyum lagi.

"Kamu sudah mengintipnya kan ?" tanya Si Lelaki sambil menunjuk kepalanya.

Si Wanita mengangguk.

"Kamu setuju ?"

Si Wanita mengangguk lagi.

"Kenapa ?"

"Kalau diingat, kita kembali ke jalan yang sempat kita putuskan" jawab Si Wanita

"Semoga bercabang ke jalan lain yang pernah kita buat sehingga kita bisa benar benar menyelesaikan jalannya"

"Amin"

Si Lelaki terkekeh.

"Sekarang, ada 3 hal yang harus kita lakukan sekarang"

Si Wanita memiringkan kepalanya sambil menunggu lanjutan kalimat kakaknya.

"Pertama, kita harus beli makan dulu. Tidakkah kamu lapar ?"

"Boleh, pakai akunmu ?"

"Boleehhh"

"Pakai uangmu ?"

"Pakeee"

"Pesennya boleh apa aja ?"

"Iyaaa, kita pesta perayaan"

Si Wanita tersenyum, "Yang kedua ?"

"Berdiri dek, mau berapa lama kamu diatas situ. Berat t..."


Plakkkk!!!!!!


Si Wanita beranjak setelah mendaratkan satu tamparan keras ke arah kakaknya lagi. Kemudian meraih tas kecil.kakaknya mencari handphone miliknya.

"Sakit"

"Biarin"

Si Lelaki mengangkat tubuhnya ke posisi duduk, "Yang Ketiga...."

Si Wanita menoleh keaeah lelaki. Menghentikan aktiditasnya mencari warung dan makanan untuk dipesan.

"Setelah selesai pesan, Ambil kotak P3K di carierku. Kuobati luka ditanganmu. Setelah selesai, kamu obati mukaku"

Si Wanita tersenyum.

No comments:

Post a Comment