Wednesday 22 November 2023

Percakapan Si Kembar 21.7

 Seseorang menggoyang bahuku lembut. Sejenak masih dalam pejam keasadaranku mulai berkumpul. Kubuka pelan mataku dan pandangan pertama adalah kaca jendela yang menunjukkan sinar mentari dan hamparan sawah. Kemudian kualihkan pandang kearah kiri. Terlihat Si Lelaki tanga kanannya berada dibahuku, kemudian ia menyodorkan layar handphonenya menunjukkan sesuatu.

Di tengah usaha mengumpulkan kesadaran, aku mencoba memfokuskan pandang kearah layar tersebut.

"Foto ?" tanyaku dalam hati

Kuamati lebih detil lagi, kemudian mataku terbuka lebar dan kesadaranku segera terkumpul dan reflek berusaha meraih handphonenya.

Si Lelaki dengan sigap menarik dan menyembunyikannya kemudian tertawa puas.

Aku masih mencoba merebutnya, tapi ia menghalangi.

"Mas ! Hapus!" perintahku sambil masih berusaha meraih handphonenya.

"Biarin lah, lucu tau" balasnya sambil tertawa.

"Nggak!! Malu ishh!!!"

"Lucu tahu, kaya ikan tenggelem, hahaha"

"Nggak!!! Mana ishhh!!!" aku masih mencoba merebut handphonenya, tapi Si Lelaki berhasil menjauhkan.

"Hahahaha, suruh siapa tidur pake buka buka mulut segala" ledeknya lagi.

"Ya mana aku sadar kalo tidur bakal gitu" aku melipat tangan kemudian membuang muka.

"Yaudah sih, disimpen pribadi aja lhoo*

Seketika aku mengingat sesuatu.

"Awas sampe rumah!" ancamku.

Dia terdiam. Aku meliriknya. Dia tersenyum.

"Kenapa senyum senyum ?" Tanyaku heran.

"Kita lama gak gini ya ?" 

Aku terdiam, rasa sebalku mendadap menguap perlahan. Aku membenarkannya.

Tidak ada percakapan lagi beberapa detik.

Tak lama sebuah suara perut terdengar. Panjang dan lucu sekali. Bukan dariku. Tapi dari Lelaki disebelahku.

"Bhahahahahahaha!!!!!!" kini aku tertawa puas. "Lapar, pak ?" tanyaku.

Ia tersenyum malu. Aku hanya menggeleng heran. Aku segera meraih sebuah kresek yang membungkus sebuah kotak.

"Kapan terakhir makan ?" tanyaku sambil membuka kotak tersebut lalu mengarahkan padanya.

"Wow! Donat!" respon Si Lelaki dibuat seolah olah sangat kagum dengan isi kotak tersebut.

Ia mengambil satu, memegangnya menggunakan jari telunjuk dan jempol kanannya, "Entahlah, sepertinya kemarin pagi" ucapnya sambil menutup satu matanya dan melihatku dari lubang donat yang dipegangnya.

Ekspresiku kembali datar mendengarnya, " Sekarang udah pagi, berarti hampir 24 jam kamu belum makan" 

Dia hanya merespon dengan cengiran dan kalimat 'hehe'.

Aku membalik kotak yang kupegang, "Kebiasaanmu masih sama" ucapku.

"Berarti aku masih manusia yang sama" balasnya enteng.

Aku diam sejenak mendengarnya, kemudian bersuara sambil menatap satu dinat yang tertinggal dalam kotak,

"Yaa, berusaha berubah seperti apapun sepertinya kita akan tetap sama" 

"Kutukan ya ?"

Aku tersenyum sinis, "Kutukan lagi"

"Kenapa ?"

"Gapapa. Udah, cepet dimakan. Nanti bunyi lagi perutmu"

Ia memutar bola matanya, kemudian mengarahkan donat yang dioegangnya ke arah mulut yang sudah terbuka. Belum sempat digigit, suara announcer terdengar menandakan kereta sudah dekat dengan sebuah stasiun dan itu adalah stasiun dimana kami harus turun.

Kulihat Si Lelaki mematung masih dengan mulut menganga dan donat yang berhenti didepannya.

Aku tertawa lagi.

Lucu.

Ia tampak sedikit kesal, kemudian menjauhkan donat tersebut dari mulutnya yang sudah ditutup lagi.

"Tolong, pegang" ujarnya.

Aku masih tertawa dan menerimanya.

Si Lelaki lalu bangkit dan berusaha menurunkan koper dan tas carriernya untuk ditaruh di kursi kosong depan kami.

Selesai dengan itu, ia kembali duduk di kursinya.

Aku menyerahkan donatnya kembali.

Ia menerimanya, "Makasih"

"Cepet abisin, bentar lagi turun"

Gigitan pertama ia lakukan, lalu mengunyah sambil berbicara, "Melakukan hal apapun harus dinikmati"

"Ya, tapi bentar lagi kan turun"

"Ya udah gapapa, kan masih bisa dimakan sambil jalan"

"Ya kan gak baik"

"Lah, kamu lupa ?"

Aku diam sejenak karena menyadari sesuatu.

"Ya, enggak sih" jawabku.

"Yaudah" balasnya sambil menggit lagi donat tersebut lalu mengunyah dan menaiknturunkan alisnya.

Aku bisa melihat sebuah senyum ditengah gerakan mulutnya.

Aku hanya bisa menghela nafas. Untungnya donat itu habis sebelum kereta benar-benar berhenti.


No comments:

Post a Comment