Friday, 25 September 2015

Percakapan Si Kembar 4

Di suatu pagi....

"Bangun! bangun!" ucap seorang wanita yang tengah duduk menggoyang lembut pundak lelaki yang tidur di sampingnya.
"Hm... ini udah bangun" jawab si lelaki namun masih dengan posisi yang sama tidak berubah sama sekali.
"Ih, shubuhnya kelewat" mendengar hal itu si lelaki langsung membuka matanya dan berganti ke posisi tidur.
"Beneran ?" ujar si lelaki sambil melihat keluar jendela yang telah seidikit memancarkan sinar mentari. "Ternyata bener" gumam si lelaki lesu.
"Yaudah, untuk kesekian kalinya kita gak shubuhan"
"Iya" si lelaki masih terlihat murung, wanita di sapingnya masih melihat wajah murung lelaki yang di bangunkannya.
"Sialan, udah sana cepet mandi!!" ucap si wanita sambil mengeser posisi si lelaki dengan menggunakan kakinya hingga terjatuh dari kasur.
"Ya ampun, pelan dek"
"Biarin"
Sesaat kemudian, si lelaki langsung bangkit dan mengambil handuk yang miliknya kemudian pergi ke kamar mandi. Si wanita masih terdiam sejenak mencoba memikirkan sesuatu, kemudian setelah beberapa lama ia bangkit dan pergi meninggalkan ruang tidur tersebut. Setelah beberapa lama, si lelaki selesai dengan mandinya dan mengenakan pakaian yang baru. Ia keluar kamar sambil sesekali masih mengusap rambutnya dengan handuk. ia mendapati si wanita duduk di kursi panjang yang ada di rumah mereka.
"Udah ?" si lelaki mengangguk, "Gantian" si wanita lalu pergi meninggalkan si lelaki.
Si lelaki hanya diam dan memperhatikan si wanita yang pergi kedalam kamar, kemudian ia menuju tempat jemuran untuk menjemur handuknya. Sejenak ia merasakan sinar mentari yang menyinarinya namun ia segera masuk, merasa tak tertarik dengannya.
"Hm?" gumam Si lelaki saat melihat segelas xuxu coklat yang mengepulkan asap sedikit di atas meja di depan kursi panjang yang tadi di duduki si wanita. "Dasar" gumam si lelaki, kemudian ia melangkah menuju dapur kecil di rumahnya.

*****

"Kamu ngapain ?"
"Ngetik"
"Oh.." si wanita kemudian berlalu untuk menjemur handuk yang di pakainya. setelah selesai ia menuju ke lelaki yang tengah duduk di sebuah kursi panjang, kemudian ia duduk di sebelahnya. Ia sedikit kaget dengan segelas susu coklat baru yang ada di meja.
"Punyamu yang kiri" ujar si lelaki sambil masih mengetik.
"Makasih" ujar si wanita lalu meraih segelas susu coklat tersebut lalu meniupnya beberapa kali.
"Seharusnya kamu buatin kopi"
"Enggak mau"
"Kenapa ?"
"Bukan kopi yang kamu butuhin, tapi susu coklat" si wanita lalu menyeruput sedikit susu coklat yang masih terasa panas miliknya.

Hening....

"Akhir-akhir ini, kita sering minum susu coklat ya?" ujar si wanita memulai percakapan lagi..
"Iya, selain kopinya abis beberapa waktu lalu, ya.... karena hal lain"
"Kamu mau sarapan, mas ?" Si lelaki menggeleng. "Hm, syukurlah"
"Ha ?" 
"Aku lagi males  masak"
"Ya, kali kamu gak mau sarapan ?"
"Sarapan ini aja" si wanita mengangkat sedikit gelas yang di pegangnya dari tadi.
"Sial" si lelai kembali mengetik.
"Hahahaha"

Hening (lagi).....

"Semalem kenapa ?"
"Gapapa"
"Kamu bisa bohongin orang lain, kalo aku gak mungkin bisa"
Si lelaki menghentikan aktifitas mengetiknya, di raihnya segelas susu coklat yang hampir sudah hampir dingin, ia langdung meminum setengahnya. "Kalo gitu, seharusnya kamu tahu" ujar si lelaki sambil menaruh kembali gelas susu coklat yang baru diminumnya.
Si wanita menggeleng, "Aku belum tahu"
Si lelaki tersenyum, sesaat kemudian si wanita memperlihatkan raut muka kaget dan setelah beberapa detik ia menaruh gelasnya dan mengambil laptop yang di pangku lelaki di sampingnya di meja. Si lelaki hanya diam sambil menunjukkan raut muka bingung. Si wanita menatap serius lelaki yang duduk di sampingnya.
"Kamu tahu, bang ?" si lelaki memiringkan kepalanya sedikit menunggu lanjutan ucapan si wanita, "Ada yang kamu butuhin selain susu coklat"
"Apa ?"
"Mengangis" 
Si lelaki kali ini menunjukkan raut muka kgaet.
"Air mata yang keluar bisa melegakan hal seperti itu"
Si lelaki masih diam.
"Kamu sering bilang, kalo mau nangis ya nangis aja" si wanita masih melihat lekat ke arah si lelaki, kemudian ia menarik kepala lelaki di depannya dan membenamkan di pundak kanannya. "Menangislah, untuk sementara ini biar aku yang mengambil alih semuanya" ujar si wanita sambil sesekali mengusaplembut rambut kepala belakang si lelaki
"Iya" jawab si lelaki dengan nada yang sudah bergetar dan sedikit sesenggukan.

Saturday, 19 September 2015

Percakapan Si Kembar 3

Si wanita melangkah mendekati Si lelaki ayng sedang duduk di sebuah sofa panjang. Kedua tangannya menggenggam masing-masing sebuah mug berisi kopi.
"Nih" Si wanita memberikan satu mug pada Si lelaki lalu duduk di sebelahnya.
"Makasih" jawab si lelaki.
"Sebenarnya, kamu ini lagi seneng apa lagi sedih sih, bang?" tanya wanita tiba-tiba.
Si lelaki masih melihat kearah mug yang digenggamnya, lalu mengangkat kepala dan meluruskan padangan kedepan. sedetik kemudian ia meminum isi dari mug yang di genggamnya sambil menganggkat kedua bahunya.
"Loh, kok bisa gak tahu?" tanya si wanita, "Aku sendiri bingung, makanya aku tanya ke kamu"
"Aku gak tahu" ujar si lelaki lalu menoleh ke arah wanita manis di sampingnya.
"Pilih aja, seneng apa sedih" Si wanita mencoba memberikan solusi.
"Gak bisa" jawab si lelaki lalu menaruh mugnya di atas meja yang ada di depannya.
"Lho, kenapa?" tanya si wanita tambah heran masih melihat ke arah Si lelaki yang kini menoca menghidupkan sebatang rokok.
"Karena keduanya sama-sama memiliki alasan yang kuat untuk di pilih" jawabnya setelah berhasil membakar ujung rokok dan mengeluarkan asap yang di hisapnya, "Dan kamu tahu alasan mereka apa" tambah Si lelaki.
Si wanita terdiam, menunduk lalu meminum sedikit isi mug yang ada di tangannya. rambutnya kini sedikit di acak oleh lelaki di sampingnya.

Sunday, 13 September 2015

Percakapan Si Kembar 2

Angin sepoi menerpa sebuah wajah 'tampan' yang sedang terpejam dari samping. Rambutnya yang mulai sedikit panjang bergoyang karena hembusan angin yang datang. Kedua telapak tangan yang di gunakannya sebagai bantal cukup bisa membuatnya nyaman tertidur dibawah sebuah pohon yang ada di taman kecil di samping rumahnya.Perlahan tapi pasti, matanya tiba-tiba terbuka. Setelah beberapa detik ia mencoba duduk, menurunkan sleeping bag yang sempat menyelimutinya hingga menutupi kakinya yang sedang bersila.

"Padahal kasur masih enak, malah milih rumput" ucap seseorang.
Lelaki yang baru terbangun hanya melirik kearah sumber suara, "Berapa lama ?"
"Lima"
"Udah cukup"
"Cukup, kalo kamu kemarin gak kurang tidur"
Lelaki itu hanya tersenyum kecut mendengar jawaban seorang wanita yang sedang duduk manis di ayunan yang ada di taman itu. "Ini kamu yang ngelakuin" tanya si lelaki sambil menunjuk sleeping bag yang menutupi kakinya.
Si wanita mengangguk, "Dari pada kamu masuk angin" jawabnya.
"Kenapa gak kamu aja, malem-malem gini di luar, gak pake jaket lagi"
"Enggak aja" jawabnya singkat masih dengan mata memandang buku yang ada ditangannya.
"Haa~h, kamu gak mau masuk ? aku mau ngetik" ujar si lelaki.
"Enggak, palingan entar kamu kesini lagi"
"Kamu udah tau kebiasaanku ya?"
"Kita udah tinggal dan hidup bersama selama dua puluh tahun, jadi ya wajar"
"Hehehe, iya juga. aku masuk dulu ngambil laptop" si lelaki bangkit sambil membawa sleeping bag yang menutupi kakinya tadi dan menaruhnya di sebelah wanita yang sedari tadi berbicara dengannya. Ia melirik ke sebuah meja bundar kecil yang ada di dekat sana. Ada dua cangkir kosong disana.
"Kopimu udah aku minum, keburu dingin" ujar si wanita setelah melihat lelaki yang ada di depannya menatap dua buah cangkir kosong.
"Aku mau buat lagi, kamu mau nitip?"
Si wanita tampak berfikir, hingga akhirnya ia memasrahkan pada lelaki yang menawarinya. "Disamain aja gapapa, daripada ribet" tambahnya.

Si lelaki masuk kedalam rumah, si wanita mengambil sleeping bag yang ada di sampingnya lalu menutupkannya dari belakang, menutupi punggungnya lalu tubuhnya. Di dalam rumah, si lelaki langung menuju dapur, memasak air lalu menyiapkan dua buah mug kosong. Ia membuka salah satu lemari gantung yang ada di sana, mengambil toples dengan tulisan 'kopi' dan 'gula'. Ia menuangkan tiga sendok gula dan dua sendok kopi kedalam salah satu mug yang di siapkannya. Saat ia akan melakukan hal yang sama pada mug kedua, ia terdiam. sejenak ia menatap mug kosong itu. kemudian menutup kedua toples yang sudah di ambilnya lalu kembali memasukkannya kedalam lemari lagi. Lalu ia tampak mencari sesuatu, setelah menemukannya ia meraih salah satu toples baru dan menuangkan beberapa sendok isinya kedalam mug. Airnya sudah matang, ia menunangkannya ke dalam kedua mug yang sudah disiapkannya tadi, lalu mengaduknya. Terasa selesai, lelaki itu melangkah keluar menuju halaman samping.

Melihat kedatangan kakaknya yang membawa dua buah mug , si wanita menggeser duduknya, membiarkan lelaki tadi duduk di dekat meja kecil yang masih terdapat dua cangkir kosong diatasnya. Wanita di sampingnya tiba-tiba membuka tangannya dan merangkul lelaki di sebelahnya sekaligus menyelimutkan sleeping bag yang di kenakannya tadi pada lelaki tersebut juga.
"Untung sleeping bagnya besar, jadi cukup buat berdua" ujar si wanita.
"Makasih" ujar si lelaki lalu menyodorkan sebuah mug di tangan kanannya.Si wanita menerimanya.
"Susu coklat?" tanya si wanita setelah menyruput sedikit isi dari mug yang di genggam kedua tangannya sambil menoleh kearah lelaki di sebelahnya.
Lelaki tersebut juga masih sedang menyeruput kopinya sambil mengangguk lemah.
"Kenapa ?" tanya si wanita lagi.
"Aku pernah baca buku..." ucapan si lelaki terhenti, matanya menatap air hitam yang terisi di dalam gelas. Si wanita masih memandang lelaki di sebelahnya sambil sesekali meniup mug berisi susu coklat panas dan meminumnyanya sedikit. "Katanya, kalo kita pas sedih, galau atau merasakan perasaan negatif lalu minum susu coklat, perasaan negatif itu bisa hilang" lanjutnya lalu meminum sedikit kopinya.
"Emang aku lagi sedih ?" tanya wanita itu, si lelaki mengangguk. "Hm, sulit nyembunyiin sesuatu ya kalo punya kembaran yang terikat kayak kita, hehe" ujar wanita tersebut.
Lelaki di sampingnya diam, ia teringat kejadian beberapa waktu tadi....

***
"Bang~~~" panggil seorang wanita dengan nada manja.
Lelaki yang sedang merokok di sebuah kursi di dekat jendela mengarahkan perhatiannya kepada wanita yang memanggilnya tadi, "Tumben manggil 'bang'?" tanya lelaki tersebut.
"Sehabis ngatur ruang tamu nanti kan ada pesta, kita ikut ya ?" ujar wanita tadi lagi dengan nada manja.
Lelaki tersebut tersenyum, "Iya, nanti dateng. Toh sekalian ketemu adek-adekku nanti" ujar lelaki tadi.
"Yeay!! oke nanti berangkat" ujar si wanita sambil berlari kecil ke kamar dengan riang.

Malamnya...
"Fuhhh, selesai juga. Ayo, bang. siap-siap berangkat ke pesta" ujar si wanita sambil menepuk lemah kedua tangannya. Ia lalu menyadari lelaki ayng tinggal serumah dengannya sedang menatap kosong langit malam yang ada di luar jendela."Bang" panggil wanita itu lagi,
"Eh, iya. Ayo. Siap-siap" ujar si lelaki.
"Kamu, sebenarnya mau berangkat apa enggak?"
"Kenapa tanya?"
"Jawab aja" lelaki itu diam menatap si wanita heran. "Aku mau beresin dapur aja" ujar si wanita lalu melangkah ke arah dapur.
"Eh, kenapa?" tanya si lelaki tambah heran.
"Kamu... gak mau berangkat. Gak perlu di sembunyiin. aku ga mau berangkat kalo salah satu di antara kita gak mau berangkat" ujar wanita itu tanpa berbalik.
"Aku mau berangkat, dek" wanita itu tidak menghiraukannya. Ia kembali menatap keluar jendela, "Maaf" gumammnya, lalu ia melangkah ke taman samping rumahnya.
****

"Maaf" ujar lelaki tersebut.
"Untuk ?"
"Pestanya"
"Gapapa, sedih yang aku rasain ini karena sedih yang kamu rasain. Sudah ku blang kita ini terikat kan?"
"Iya, maaf"
"Gapapa kok, Kak. Hm... taruh kopinya di meja" ujar si wanita.
"Eh ?"
"Taruh kopinya di meja" si wanita mengulangi ucapannya.
"Iya" ujar si lelaki sambil menaruh mug nya diatas meja.
"Nih" Si wanita memberikan mug nya yang berisikan separuh susu coklat.
"Eh, kenapa ?"
"Biar gak sedih. Aku setengah, kamu setengah" ujar si wanita sambil tersenyum.
Si lelaki menerimanya, "Makasih" ujarnya lalu mengelus kepala wanita yang memberikan separuh susu coklatnya.
"Hehehe, abisin"
"Iya" Si lelaki menghabiskan susu coklat tersebut dengan beberapa tegukan, lalu menaruh gelas kosongnya di meja kecil di sampingnya.
"Nih, baca" Si wanita kembali menyodorkan sesuatu pada lelaki disampingnya, si lelaki menerima buku yang di sodorkan. "Kamu yang baca sekarang, aku mau tidur" ujarnya lagi sambil sedikit membetulkan sleeping bag yang menyelimuti mereka berdua. Lalu wanita tersebut mendekatkan badannya, menempelkan kepala di bahu dan melingkarkan tangan kiri di lengan kanan lelaki di sebelahnya.
"Kenapa gak baca novel bagian keduanya ? kan udah terbit"
"Belum beli"
"Oh, iya. kita belum punya uang. hehe" Si lelaki mulai melanjutkan membaca novel ayng di berikan wanita yang sedang bersandar di sebelahnya. Si wnata sendiri masih menatap langit yang berhias bintang.
"Bulannya ga ada" batin si wanita.
"Kak"
"Hm..?"
"Jujur itu sulit ya ?" Si lelaki mengangguk, "Kita harus belajar jujur"
"Udah dari dulu" mata si lelaki masih lekat kepada kalimat-kalimat yang dibacanya. "Tapi kita belum bisa".
"Kita harus bisa"
"Iya"
"Hm..."
"Kenapa, dek ?"
"Kamu pasti tau pikiranku"
"Iya, ini akan sulit. Tapi waktu untuk kita jujur pasti akan datang suatu hari nanti"
"He'em"
"Yaudah, tidur sana. Kalo kita-sama-sama kurang tidur bisa gawat. Cukup aku aja"
"Jangan gitu"
"Udah, sana cepet tidur. Lagi pula, kamu udah tau kan ?"
"Iyalah, kita kan terikat"
"Yaudah, merem sana"

Angin kembali berhembus kecil, tapi angin seperti itu tak membuat kedua orang itu kedinginan. Ayunan yang bergerak lembut membuat Si wanita tertidur dengan cepat, Lelaki di sebelahnya masih melanjutkan aktivitas membacanya.

Wednesday, 9 September 2015

Percakapan Si Kembar

Di bawah langit malam yang berbintang dan berbulan sabit, seorang lelaki tengah duduk di sebuah ayunan yang cukup diduki 3 orang di taman sempit di samping rumah kecilnya. Tangannya sibuk dengan sesuatu yang baru saja di kerjakannya. Dinginnya angin tidak membuatnya beranjak dari tempat favoritnya itu.

"Belum tidur ?" ucap seseorang dari dalam rumah.
"Belum, kamu terbangun ?", wanita yang tadi bertanya mengangguk sambil sedikit mengucek mata kanannya, lalu ia melangkah kearah laki-laki tersebut.
"Sudah aku kira kamu disini" ucapnya lalu duduk di sebelah lelaki tersebut, ayunannya sedikit bergoyang.
Lelaki tersebut melanjutkan garapannya tadi yang sempat terhenti sebentar, "Kebiasaan, jangan begadang" ujar wanita tersebut.
"Hehe, maaf. Biarkan saja. ".
Diam sejenak.
"Gimana adik-adikmu ?" si wanita memulai pembicaraan lagi.
"Hm ? kamu tau gimana keadaannya" jawab lelaki tersebut masih sambil masih sibuk dengan pekerjaan kecilnya.
"Yah, jangan jawab gitu dong. malah gak ada yang di bicarain. aku udah gak bisa tidur" ujar si wanita sedikit kesal.
"Kamu gak dingin ?"
"Ngalihin pembicaraan"
"Kamu gak dingin ?" si lelaki mengulang pembicaraan.
"Lumayan sih"
"Kamu gak ngantuk ?" si lelaki bertanya lagi sambil menoleh ke sampingnya, wanita disampingnya menggeleng. "Ambil jaket sana, di pake. sekalian bikin kopi" ujar si lelaki.
"Yee, malah nyuruh"
"Aku kan abang" jawab lelaki sambil sedikit meniru gaya di kartun Upin dan Ipin.
"Heum, iya deh. Kamu mau di ambilin juga?" tanya si wanita.sebelum beranjak.
"Apanya ?"
"Jaket" jawab si wanita, si lelaki menggeleng. "Yaudah, kamu pindahin meja kecil itu di sini" ujar si wanita, lalu ia melangkah masuk.

Si lelaki segera bangkit, meniggalkan pekerjaannya sebentar, memindah meja bundar kecil yang di tunjuk wanita tadi yang berada di dekat pintu yang menghubungkan rumah dan halaman. kemudian ia kembali diam sambil melihat langit dengan hiasan bintang dan bulannya sambil menunggu si wanita kembali dengan kopinya.

"Ngerokok lagi ?" tanya si wanita dari belakang sambil membawa dua cangkir kopi di tangannya, si lelaki hanya tertawa kecil mengangapinya. Lalu ia memberikan secangkir kopi di tangannya kepada lelaki yang masih duduk di ayunan yang sama.
"Makasih" ucap si lelaki sambil menerima cangkir kopi, "kamu ngopi juga ?".
"Teh" jawab si wanita, si lelaki mengagguk. "Menebus dosa memang harus begitu ya?" tanya si wanita lagi setelah duduk di samping lelaki tersebut sambil meniup cangkirnya.
Si lelaki menghirup rokoknya dalam-dalam, lalu membuang putungnya. Asap di hembuskannya dari mulutnya sambil menjawab pertanyaan wanita disampingnya, "Ya enggak sih".
"Lalu ?"
"Itu cuma pilihan yang ku pilih"
"Hm ?"
"Salah satu hal dalam hidup itu tentang memilih sesuatu dan menjalaninya. Jadi ya.... gitu"
"Hm, paham" ujar si wanita lalu meminum tehnya.
"Bagaimana adik kita ?" tanya si lelaki setelah menghirup sedikit kopinya.
"Ya begitulah, kita harus berusaha untuknya" jawab si wanita.
"Waktunya hampir habis." si lelaki menggantung nadanya.
"Enggak. Lagian juga belum pasti tentang hal itu. Makanya kamu harus jaga dirimu. " ujar si wanita lalu menghabiskan tehnya.
"hm...."
"Nih, tolong" si wanita memberikan cangkirnya pada si lelaki, tanda untuk menaruhkannya di meja kecil yang di mintanya untuk di pindah. Lelaki tersebut menerimanya lalu menaruhnya di atas meja bundar kecil yang sudah di pindahnya tadi di samping ayunan. "Kalo emang hal itu kejadian, lalu waktumu, yang juga waktuku habis sebelum adik kita benar-benar bisa hidup bahagia. Itu akan menjadi sebuah dosa. iya kan?"
Si lelaki mengangguk, "Maaf"
"Gapapa, kita kan anak kembar Dan juga sudah di ikat dengan takdir yang sama. Kita ini salah satu dari orang-orang yang spesial" ujar si wanita.
"Seperti zodiak kita, Gemini. Heheh" balas si Lelaki.
Si wanita tertawa kecil, "Iya kamu bener. Hm, aku mau tidur dulu deh" ujarnya sambil sedikit menggeser duduknya menjauh dari lelaki di sampinnya yang merupkan kakaknya, lalu ia meletakkan kepala di pangkuan kakaknya.
"Kalo tidur di dalem"
"Mau disini"
"Entar kedinginan, masuk angin"
"Mau disini" si wanita mengulang ucapannya.
"Ya sudah, aku mau lanjut garapan dulu ya?" adik wanitanya mengangguk. Lalu si lelaki kembali meraih garapan yang sempat di tinggalkannya lalu kembali mengerjakannya.
"Teru Teru Bozu" ucap si wanita.
"Iya"
"Kenapa?"
"Biar gak hujan"
"Kita kan udah bisa ngatasi dan nahan hujan tanpa itu"
"Bukan buat kita"
"Lalu?"
"Buat adik kita"
"Oh.."
"Sudah, tidur sana. nanti kurang tidur. Kalo aku mau pindah nanti aku bangunin" ujar si lelaki masih fokus dengan garapannya.
"Jangan di bangunin"
"Kenapa?"
"Nanti gak bisa tidur lagi"
"Lalu? ditinggal ?"
"Jangan juga"
"Terus?"
"Di gendong" ujar si wanita dengan nada manja.
"Manja"
"Gapapa, aku kan adik" blas si wanita sambil tersenyum.
"Hm, iya-iya"

Si wanita tersenyum, lalu memejamkan matanya. Di bawah langit ayng berhias bintang dan bulan, saudara kembar itu menghabiskan malam di taman kecil mereka.

Saturday, 5 September 2015

Balada K dan S

Di dalam sebuah ruangan yang tak cukup luas seseorang sedang duduk menyilangkan kakinya diatas kursi yang hamppir selevel dengan seorang 'Raja' dengan kepalanya terpangku oleh tangan kanannya. matanya terpejam hingga akhirnya seseorang memasuki ruangan tersebut.

"Yow!! apa kabar ?" ujar seorang lelaki dengan menggunakan sebuah jaket hitam yang di dalamnya juga mengenakan baju, celana dan juga sama sepatu dengan warna yang sama.

"Owh, sudah kuduga itu kau, K. Apakah sudah waktunya aku yang maju?" tanya seseorang yang sedari tadi duduk di sebuah kursi yang ada di ruangan tersebut.

"Tuan kita masih tidak membutuhkanmu dalam melakukan hal 'seperti itu'. Kau sepertinya hanya menambah masalah di kemudian harinya, S." jawab K sambil menatap sesorang yang duduk di hadapannya dengan menggunakan kemeja, celana panjang dan sepatu dengan satu warna, putih.

"Benarkah?", S menutup mata kirinya dengan masih tidak merubah posisinya sedari tadi.

"Yah, begitulah" jawab K sambil menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal dan berjalan menuju salah satu pilar besar yang ada disana, lalu menyandarkan punggungnya.

"Oi. kamu sudah lihat apa yang terjadi kan ??" ucap S.

"Yah, setidaknya apa yang kau lakukan beberapa hari yang lalu bisa sedikit memuluskan rencanaku. Meskipun dasarnya kau melakukannya dengan tujuan lain. Tapi kamu membantuku" jawab K sambil menatap S dengan mata kirinya. Ya, hanya mata kirinya. mata kanannya di pejamkannya.

"Jangan bercanda, Tuan harus menjelaskannya"

"Tidak akan, dia akan menuruti apa yang ku katakan untuk hal itu. Sudah ku bilangkan? Tuan masih tidak membutuhkanmu. Mungkin juga seterusnya untuk mengatasi berbagai urusan yang 'ini'. Tuan sepertinya lebih memilihku dalam hal ini" jelas K dengan bangga.

"Setidaknya, kau bisa membaca hatinya kan ?" S tersenyum dengan masih membuka satu matanya saja.

"Aku tidak ada urusan dengan hatinya" jawab K dengan raut wajah yang berbeda, dengan hanay mata kirinya yang di buka, ia terlihat sedikit menyeramkan.

"Hihi, Kita lihat nanti. Siapa yang akan terlihat pada akhirnya. kau atau aku" ujar S sambil tersenyum dan perlahan menututp mata kannya.

"Baiklah" respon K singkat. "Aku harus kembali kepada Tuan" K mulai berjalan menuju pintu dimana ia masuk tadi sambil mencoba menyulut sebatang rokok dimulutnya.

"Berehentilah membunuhku. Jika kau ingin mati, matiilah sendiri. Jika kondisimu benar-benar memburuk,begitu juga aku. Kau tau kita berdua terikat dengan hal yang di sebut dengan takdir?" ujar S.

K berhenti di depan pintu, setelah menghembuskan asap dari mulut dan hifungnya, ia berbalik,"Itu kondisimu. Bukan kondisiku. Apa benar kita terikat takdir. Jika memang iya seharusnya aku merasakannya juga kan ? tapi sayangnnya tidak. Semoga berhasil" ujar K lalu pergi.

Perlahan tapi pasti setelah K keluar dari ruangan tersebut, pintu ruangan S tertutup dengan sendirinya. "dasar bodoh!" gumam S.