Di bawah langit malam yang berbintang dan berbulan sabit, seorang lelaki tengah duduk di sebuah ayunan yang cukup diduki 3 orang di taman sempit di samping rumah kecilnya. Tangannya sibuk dengan sesuatu yang baru saja di kerjakannya. Dinginnya angin tidak membuatnya beranjak dari tempat favoritnya itu.
"Belum tidur ?" ucap seseorang dari dalam rumah.
"Belum, kamu terbangun ?", wanita yang tadi bertanya mengangguk sambil sedikit mengucek mata kanannya, lalu ia melangkah kearah laki-laki tersebut.
"Sudah aku kira kamu disini" ucapnya lalu duduk di sebelah lelaki tersebut, ayunannya sedikit bergoyang.
Lelaki tersebut melanjutkan garapannya tadi yang sempat terhenti sebentar, "Kebiasaan, jangan begadang" ujar wanita tersebut.
"Hehe, maaf. Biarkan saja. ".
Diam sejenak.
"Gimana adik-adikmu ?" si wanita memulai pembicaraan lagi.
"Hm ? kamu tau gimana keadaannya" jawab lelaki tersebut masih sambil masih sibuk dengan pekerjaan kecilnya.
"Yah, jangan jawab gitu dong. malah gak ada yang di bicarain. aku udah gak bisa tidur" ujar si wanita sedikit kesal.
"Kamu gak dingin ?"
"Ngalihin pembicaraan"
"Kamu gak dingin ?" si lelaki mengulang pembicaraan.
"Lumayan sih"
"Kamu gak ngantuk ?" si lelaki bertanya lagi sambil menoleh ke sampingnya, wanita disampingnya menggeleng. "Ambil jaket sana, di pake. sekalian bikin kopi" ujar si lelaki.
"Yee, malah nyuruh"
"Aku kan abang" jawab lelaki sambil sedikit meniru gaya di kartun Upin dan Ipin.
"Heum, iya deh. Kamu mau di ambilin juga?" tanya si wanita.sebelum beranjak.
"Apanya ?"
"Jaket" jawab si wanita, si lelaki menggeleng. "Yaudah, kamu pindahin meja kecil itu di sini" ujar si wanita, lalu ia melangkah masuk.
Si lelaki segera bangkit, meniggalkan pekerjaannya sebentar, memindah meja bundar kecil yang di tunjuk wanita tadi yang berada di dekat pintu yang menghubungkan rumah dan halaman. kemudian ia kembali diam sambil melihat langit dengan hiasan bintang dan bulannya sambil menunggu si wanita kembali dengan kopinya.
"Ngerokok lagi ?" tanya si wanita dari belakang sambil membawa dua cangkir kopi di tangannya, si lelaki hanya tertawa kecil mengangapinya. Lalu ia memberikan secangkir kopi di tangannya kepada lelaki yang masih duduk di ayunan yang sama.
"Makasih" ucap si lelaki sambil menerima cangkir kopi, "kamu ngopi juga ?".
"Teh" jawab si wanita, si lelaki mengagguk. "Menebus dosa memang harus begitu ya?" tanya si wanita lagi setelah duduk di samping lelaki tersebut sambil meniup cangkirnya.
Si lelaki menghirup rokoknya dalam-dalam, lalu membuang putungnya. Asap di hembuskannya dari mulutnya sambil menjawab pertanyaan wanita disampingnya, "Ya enggak sih".
"Lalu ?"
"Itu cuma pilihan yang ku pilih"
"Hm ?"
"Salah satu hal dalam hidup itu tentang memilih sesuatu dan menjalaninya. Jadi ya.... gitu"
"Hm, paham" ujar si wanita lalu meminum tehnya.
"Bagaimana adik kita ?" tanya si lelaki setelah menghirup sedikit kopinya.
"Ya begitulah, kita harus berusaha untuknya" jawab si wanita.
"Waktunya hampir habis." si lelaki menggantung nadanya.
"Enggak. Lagian juga belum pasti tentang hal itu. Makanya kamu harus jaga dirimu. " ujar si wanita lalu menghabiskan tehnya.
"hm...."
"Nih, tolong" si wanita memberikan cangkirnya pada si lelaki, tanda untuk menaruhkannya di meja kecil yang di mintanya untuk di pindah. Lelaki tersebut menerimanya lalu menaruhnya di atas meja bundar kecil yang sudah di pindahnya tadi di samping ayunan. "Kalo emang hal itu kejadian, lalu waktumu, yang juga waktuku habis sebelum adik kita benar-benar bisa hidup bahagia. Itu akan menjadi sebuah dosa. iya kan?"
Si lelaki mengangguk, "Maaf"
"Gapapa, kita kan anak kembar Dan juga sudah di ikat dengan takdir yang sama. Kita ini salah satu dari orang-orang yang spesial" ujar si wanita.
"Seperti zodiak kita, Gemini. Heheh" balas si Lelaki.
Si wanita tertawa kecil, "Iya kamu bener. Hm, aku mau tidur dulu deh" ujarnya sambil sedikit menggeser duduknya menjauh dari lelaki di sampinnya yang merupkan kakaknya, lalu ia meletakkan kepala di pangkuan kakaknya.
"Kalo tidur di dalem"
"Mau disini"
"Entar kedinginan, masuk angin"
"Mau disini" si wanita mengulang ucapannya.
"Ya sudah, aku mau lanjut garapan dulu ya?" adik wanitanya mengangguk. Lalu si lelaki kembali meraih garapan yang sempat di tinggalkannya lalu kembali mengerjakannya.
"Teru Teru Bozu" ucap si wanita.
"Iya"
"Kenapa?"
"Biar gak hujan"
"Kita kan udah bisa ngatasi dan nahan hujan tanpa itu"
"Bukan buat kita"
"Lalu?"
"Buat adik kita"
"Oh.."
"Sudah, tidur sana. nanti kurang tidur. Kalo aku mau pindah nanti aku bangunin" ujar si lelaki masih fokus dengan garapannya.
"Jangan di bangunin"
"Kenapa?"
"Nanti gak bisa tidur lagi"
"Lalu? ditinggal ?"
"Jangan juga"
"Terus?"
"Di gendong" ujar si wanita dengan nada manja.
"Manja"
"Gapapa, aku kan adik" blas si wanita sambil tersenyum.
"Hm, iya-iya"
Si wanita tersenyum, lalu memejamkan matanya. Di bawah langit ayng berhias bintang dan bulan, saudara kembar itu menghabiskan malam di taman kecil mereka.
"Belum tidur ?" ucap seseorang dari dalam rumah.
"Belum, kamu terbangun ?", wanita yang tadi bertanya mengangguk sambil sedikit mengucek mata kanannya, lalu ia melangkah kearah laki-laki tersebut.
"Sudah aku kira kamu disini" ucapnya lalu duduk di sebelah lelaki tersebut, ayunannya sedikit bergoyang.
Lelaki tersebut melanjutkan garapannya tadi yang sempat terhenti sebentar, "Kebiasaan, jangan begadang" ujar wanita tersebut.
"Hehe, maaf. Biarkan saja. ".
Diam sejenak.
"Gimana adik-adikmu ?" si wanita memulai pembicaraan lagi.
"Hm ? kamu tau gimana keadaannya" jawab lelaki tersebut masih sambil masih sibuk dengan pekerjaan kecilnya.
"Yah, jangan jawab gitu dong. malah gak ada yang di bicarain. aku udah gak bisa tidur" ujar si wanita sedikit kesal.
"Kamu gak dingin ?"
"Ngalihin pembicaraan"
"Kamu gak dingin ?" si lelaki mengulang pembicaraan.
"Lumayan sih"
"Kamu gak ngantuk ?" si lelaki bertanya lagi sambil menoleh ke sampingnya, wanita disampingnya menggeleng. "Ambil jaket sana, di pake. sekalian bikin kopi" ujar si lelaki.
"Yee, malah nyuruh"
"Aku kan abang" jawab lelaki sambil sedikit meniru gaya di kartun Upin dan Ipin.
"Heum, iya deh. Kamu mau di ambilin juga?" tanya si wanita.sebelum beranjak.
"Apanya ?"
"Jaket" jawab si wanita, si lelaki menggeleng. "Yaudah, kamu pindahin meja kecil itu di sini" ujar si wanita, lalu ia melangkah masuk.
Si lelaki segera bangkit, meniggalkan pekerjaannya sebentar, memindah meja bundar kecil yang di tunjuk wanita tadi yang berada di dekat pintu yang menghubungkan rumah dan halaman. kemudian ia kembali diam sambil melihat langit dengan hiasan bintang dan bulannya sambil menunggu si wanita kembali dengan kopinya.
"Ngerokok lagi ?" tanya si wanita dari belakang sambil membawa dua cangkir kopi di tangannya, si lelaki hanya tertawa kecil mengangapinya. Lalu ia memberikan secangkir kopi di tangannya kepada lelaki yang masih duduk di ayunan yang sama.
"Makasih" ucap si lelaki sambil menerima cangkir kopi, "kamu ngopi juga ?".
"Teh" jawab si wanita, si lelaki mengagguk. "Menebus dosa memang harus begitu ya?" tanya si wanita lagi setelah duduk di samping lelaki tersebut sambil meniup cangkirnya.
Si lelaki menghirup rokoknya dalam-dalam, lalu membuang putungnya. Asap di hembuskannya dari mulutnya sambil menjawab pertanyaan wanita disampingnya, "Ya enggak sih".
"Lalu ?"
"Itu cuma pilihan yang ku pilih"
"Hm ?"
"Salah satu hal dalam hidup itu tentang memilih sesuatu dan menjalaninya. Jadi ya.... gitu"
"Hm, paham" ujar si wanita lalu meminum tehnya.
"Bagaimana adik kita ?" tanya si lelaki setelah menghirup sedikit kopinya.
"Ya begitulah, kita harus berusaha untuknya" jawab si wanita.
"Waktunya hampir habis." si lelaki menggantung nadanya.
"Enggak. Lagian juga belum pasti tentang hal itu. Makanya kamu harus jaga dirimu. " ujar si wanita lalu menghabiskan tehnya.
"hm...."
"Nih, tolong" si wanita memberikan cangkirnya pada si lelaki, tanda untuk menaruhkannya di meja kecil yang di mintanya untuk di pindah. Lelaki tersebut menerimanya lalu menaruhnya di atas meja bundar kecil yang sudah di pindahnya tadi di samping ayunan. "Kalo emang hal itu kejadian, lalu waktumu, yang juga waktuku habis sebelum adik kita benar-benar bisa hidup bahagia. Itu akan menjadi sebuah dosa. iya kan?"
Si lelaki mengangguk, "Maaf"
"Gapapa, kita kan anak kembar Dan juga sudah di ikat dengan takdir yang sama. Kita ini salah satu dari orang-orang yang spesial" ujar si wanita.
"Seperti zodiak kita, Gemini. Heheh" balas si Lelaki.
Si wanita tertawa kecil, "Iya kamu bener. Hm, aku mau tidur dulu deh" ujarnya sambil sedikit menggeser duduknya menjauh dari lelaki di sampinnya yang merupkan kakaknya, lalu ia meletakkan kepala di pangkuan kakaknya.
"Kalo tidur di dalem"
"Mau disini"
"Entar kedinginan, masuk angin"
"Mau disini" si wanita mengulang ucapannya.
"Ya sudah, aku mau lanjut garapan dulu ya?" adik wanitanya mengangguk. Lalu si lelaki kembali meraih garapan yang sempat di tinggalkannya lalu kembali mengerjakannya.
"Teru Teru Bozu" ucap si wanita.
"Iya"
"Kenapa?"
"Biar gak hujan"
"Kita kan udah bisa ngatasi dan nahan hujan tanpa itu"
"Bukan buat kita"
"Lalu?"
"Buat adik kita"
"Oh.."
"Sudah, tidur sana. nanti kurang tidur. Kalo aku mau pindah nanti aku bangunin" ujar si lelaki masih fokus dengan garapannya.
"Jangan di bangunin"
"Kenapa?"
"Nanti gak bisa tidur lagi"
"Lalu? ditinggal ?"
"Jangan juga"
"Terus?"
"Di gendong" ujar si wanita dengan nada manja.
"Manja"
"Gapapa, aku kan adik" blas si wanita sambil tersenyum.
"Hm, iya-iya"
Si wanita tersenyum, lalu memejamkan matanya. Di bawah langit ayng berhias bintang dan bulan, saudara kembar itu menghabiskan malam di taman kecil mereka.
No comments:
Post a Comment