Di dalam sebuah ruangan yang tak cukup luas seseorang sedang duduk menyilangkan kakinya diatas kursi yang hamppir selevel dengan seorang 'Raja' dengan kepalanya terpangku oleh tangan kanannya. matanya terpejam hingga akhirnya seseorang memasuki ruangan tersebut.
"Yow!! apa kabar ?" ujar seorang lelaki dengan menggunakan sebuah jaket hitam yang di dalamnya juga mengenakan baju, celana dan juga sama sepatu dengan warna yang sama.
"Owh, sudah kuduga itu kau, K. Apakah sudah waktunya aku yang maju?" tanya seseorang yang sedari tadi duduk di sebuah kursi yang ada di ruangan tersebut.
"Tuan kita masih tidak membutuhkanmu dalam melakukan hal 'seperti itu'. Kau sepertinya hanya menambah masalah di kemudian harinya, S." jawab K sambil menatap sesorang yang duduk di hadapannya dengan menggunakan kemeja, celana panjang dan sepatu dengan satu warna, putih.
"Benarkah?", S menutup mata kirinya dengan masih tidak merubah posisinya sedari tadi.
"Yah, begitulah" jawab K sambil menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal dan berjalan menuju salah satu pilar besar yang ada disana, lalu menyandarkan punggungnya.
"Oi. kamu sudah lihat apa yang terjadi kan ??" ucap S.
"Yah, setidaknya apa yang kau lakukan beberapa hari yang lalu bisa sedikit memuluskan rencanaku. Meskipun dasarnya kau melakukannya dengan tujuan lain. Tapi kamu membantuku" jawab K sambil menatap S dengan mata kirinya. Ya, hanya mata kirinya. mata kanannya di pejamkannya.
"Jangan bercanda, Tuan harus menjelaskannya"
"Tidak akan, dia akan menuruti apa yang ku katakan untuk hal itu. Sudah ku bilangkan? Tuan masih tidak membutuhkanmu. Mungkin juga seterusnya untuk mengatasi berbagai urusan yang 'ini'. Tuan sepertinya lebih memilihku dalam hal ini" jelas K dengan bangga.
"Setidaknya, kau bisa membaca hatinya kan ?" S tersenyum dengan masih membuka satu matanya saja.
"Aku tidak ada urusan dengan hatinya" jawab K dengan raut wajah yang berbeda, dengan hanay mata kirinya yang di buka, ia terlihat sedikit menyeramkan.
"Hihi, Kita lihat nanti. Siapa yang akan terlihat pada akhirnya. kau atau aku" ujar S sambil tersenyum dan perlahan menututp mata kannya.
"Baiklah" respon K singkat. "Aku harus kembali kepada Tuan" K mulai berjalan menuju pintu dimana ia masuk tadi sambil mencoba menyulut sebatang rokok dimulutnya.
"Berehentilah membunuhku. Jika kau ingin mati, matiilah sendiri. Jika kondisimu benar-benar memburuk,begitu juga aku. Kau tau kita berdua terikat dengan hal yang di sebut dengan takdir?" ujar S.
K berhenti di depan pintu, setelah menghembuskan asap dari mulut dan hifungnya, ia berbalik,"Itu kondisimu. Bukan kondisiku. Apa benar kita terikat takdir. Jika memang iya seharusnya aku merasakannya juga kan ? tapi sayangnnya tidak. Semoga berhasil" ujar K lalu pergi.
Perlahan tapi pasti setelah K keluar dari ruangan tersebut, pintu ruangan S tertutup dengan sendirinya. "dasar bodoh!" gumam S.
"Yow!! apa kabar ?" ujar seorang lelaki dengan menggunakan sebuah jaket hitam yang di dalamnya juga mengenakan baju, celana dan juga sama sepatu dengan warna yang sama.
"Owh, sudah kuduga itu kau, K. Apakah sudah waktunya aku yang maju?" tanya seseorang yang sedari tadi duduk di sebuah kursi yang ada di ruangan tersebut.
"Tuan kita masih tidak membutuhkanmu dalam melakukan hal 'seperti itu'. Kau sepertinya hanya menambah masalah di kemudian harinya, S." jawab K sambil menatap sesorang yang duduk di hadapannya dengan menggunakan kemeja, celana panjang dan sepatu dengan satu warna, putih.
"Benarkah?", S menutup mata kirinya dengan masih tidak merubah posisinya sedari tadi.
"Yah, begitulah" jawab K sambil menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal dan berjalan menuju salah satu pilar besar yang ada disana, lalu menyandarkan punggungnya.
"Oi. kamu sudah lihat apa yang terjadi kan ??" ucap S.
"Yah, setidaknya apa yang kau lakukan beberapa hari yang lalu bisa sedikit memuluskan rencanaku. Meskipun dasarnya kau melakukannya dengan tujuan lain. Tapi kamu membantuku" jawab K sambil menatap S dengan mata kirinya. Ya, hanya mata kirinya. mata kanannya di pejamkannya.
"Jangan bercanda, Tuan harus menjelaskannya"
"Tidak akan, dia akan menuruti apa yang ku katakan untuk hal itu. Sudah ku bilangkan? Tuan masih tidak membutuhkanmu. Mungkin juga seterusnya untuk mengatasi berbagai urusan yang 'ini'. Tuan sepertinya lebih memilihku dalam hal ini" jelas K dengan bangga.
"Setidaknya, kau bisa membaca hatinya kan ?" S tersenyum dengan masih membuka satu matanya saja.
"Aku tidak ada urusan dengan hatinya" jawab K dengan raut wajah yang berbeda, dengan hanay mata kirinya yang di buka, ia terlihat sedikit menyeramkan.
"Hihi, Kita lihat nanti. Siapa yang akan terlihat pada akhirnya. kau atau aku" ujar S sambil tersenyum dan perlahan menututp mata kannya.
"Baiklah" respon K singkat. "Aku harus kembali kepada Tuan" K mulai berjalan menuju pintu dimana ia masuk tadi sambil mencoba menyulut sebatang rokok dimulutnya.
"Berehentilah membunuhku. Jika kau ingin mati, matiilah sendiri. Jika kondisimu benar-benar memburuk,begitu juga aku. Kau tau kita berdua terikat dengan hal yang di sebut dengan takdir?" ujar S.
K berhenti di depan pintu, setelah menghembuskan asap dari mulut dan hifungnya, ia berbalik,"Itu kondisimu. Bukan kondisiku. Apa benar kita terikat takdir. Jika memang iya seharusnya aku merasakannya juga kan ? tapi sayangnnya tidak. Semoga berhasil" ujar K lalu pergi.
Perlahan tapi pasti setelah K keluar dari ruangan tersebut, pintu ruangan S tertutup dengan sendirinya. "dasar bodoh!" gumam S.
No comments:
Post a Comment