Angin sepoi menerpa sebuah wajah 'tampan' yang sedang terpejam dari samping. Rambutnya yang mulai sedikit panjang bergoyang karena hembusan angin yang datang. Kedua telapak tangan yang di gunakannya sebagai bantal cukup bisa membuatnya nyaman tertidur dibawah sebuah pohon yang ada di taman kecil di samping rumahnya.Perlahan tapi pasti, matanya tiba-tiba terbuka. Setelah beberapa detik ia mencoba duduk, menurunkan sleeping bag yang sempat menyelimutinya hingga menutupi kakinya yang sedang bersila.
"Padahal kasur masih enak, malah milih rumput" ucap seseorang.
Lelaki yang baru terbangun hanya melirik kearah sumber suara, "Berapa lama ?"
"Lima"
"Udah cukup"
"Cukup, kalo kamu kemarin gak kurang tidur"
Lelaki itu hanya tersenyum kecut mendengar jawaban seorang wanita yang sedang duduk manis di ayunan yang ada di taman itu. "Ini kamu yang ngelakuin" tanya si lelaki sambil menunjuk sleeping bag yang menutupi kakinya.
Si wanita mengangguk, "Dari pada kamu masuk angin" jawabnya.
"Kenapa gak kamu aja, malem-malem gini di luar, gak pake jaket lagi"
"Enggak aja" jawabnya singkat masih dengan mata memandang buku yang ada ditangannya.
"Haa~h, kamu gak mau masuk ? aku mau ngetik" ujar si lelaki.
"Enggak, palingan entar kamu kesini lagi"
"Kamu udah tau kebiasaanku ya?"
"Kita udah tinggal dan hidup bersama selama dua puluh tahun, jadi ya wajar"
"Hehehe, iya juga. aku masuk dulu ngambil laptop" si lelaki bangkit sambil membawa sleeping bag yang menutupi kakinya tadi dan menaruhnya di sebelah wanita yang sedari tadi berbicara dengannya. Ia melirik ke sebuah meja bundar kecil yang ada di dekat sana. Ada dua cangkir kosong disana.
"Kopimu udah aku minum, keburu dingin" ujar si wanita setelah melihat lelaki yang ada di depannya menatap dua buah cangkir kosong.
"Aku mau buat lagi, kamu mau nitip?"
Si wanita tampak berfikir, hingga akhirnya ia memasrahkan pada lelaki yang menawarinya. "Disamain aja gapapa, daripada ribet" tambahnya.
Si lelaki masuk kedalam rumah, si wanita mengambil sleeping bag yang ada di sampingnya lalu menutupkannya dari belakang, menutupi punggungnya lalu tubuhnya. Di dalam rumah, si lelaki langung menuju dapur, memasak air lalu menyiapkan dua buah mug kosong. Ia membuka salah satu lemari gantung yang ada di sana, mengambil toples dengan tulisan 'kopi' dan 'gula'. Ia menuangkan tiga sendok gula dan dua sendok kopi kedalam salah satu mug yang di siapkannya. Saat ia akan melakukan hal yang sama pada mug kedua, ia terdiam. sejenak ia menatap mug kosong itu. kemudian menutup kedua toples yang sudah di ambilnya lalu kembali memasukkannya kedalam lemari lagi. Lalu ia tampak mencari sesuatu, setelah menemukannya ia meraih salah satu toples baru dan menuangkan beberapa sendok isinya kedalam mug. Airnya sudah matang, ia menunangkannya ke dalam kedua mug yang sudah disiapkannya tadi, lalu mengaduknya. Terasa selesai, lelaki itu melangkah keluar menuju halaman samping.
Melihat kedatangan kakaknya yang membawa dua buah mug , si wanita menggeser duduknya, membiarkan lelaki tadi duduk di dekat meja kecil yang masih terdapat dua cangkir kosong diatasnya. Wanita di sampingnya tiba-tiba membuka tangannya dan merangkul lelaki di sebelahnya sekaligus menyelimutkan sleeping bag yang di kenakannya tadi pada lelaki tersebut juga.
"Untung sleeping bagnya besar, jadi cukup buat berdua" ujar si wanita.
"Makasih" ujar si lelaki lalu menyodorkan sebuah mug di tangan kanannya.Si wanita menerimanya.
"Susu coklat?" tanya si wanita setelah menyruput sedikit isi dari mug yang di genggam kedua tangannya sambil menoleh kearah lelaki di sebelahnya.
Lelaki tersebut juga masih sedang menyeruput kopinya sambil mengangguk lemah.
"Kenapa ?" tanya si wanita lagi.
"Aku pernah baca buku..." ucapan si lelaki terhenti, matanya menatap air hitam yang terisi di dalam gelas. Si wanita masih memandang lelaki di sebelahnya sambil sesekali meniup mug berisi susu coklat panas dan meminumnyanya sedikit. "Katanya, kalo kita pas sedih, galau atau merasakan perasaan negatif lalu minum susu coklat, perasaan negatif itu bisa hilang" lanjutnya lalu meminum sedikit kopinya.
"Emang aku lagi sedih ?" tanya wanita itu, si lelaki mengangguk. "Hm, sulit nyembunyiin sesuatu ya kalo punya kembaran yang terikat kayak kita, hehe" ujar wanita tersebut.
Lelaki di sampingnya diam, ia teringat kejadian beberapa waktu tadi....
***
"Bang~~~" panggil seorang wanita dengan nada manja.
Lelaki yang sedang merokok di sebuah kursi di dekat jendela mengarahkan perhatiannya kepada wanita yang memanggilnya tadi, "Tumben manggil 'bang'?" tanya lelaki tersebut.
"Sehabis ngatur ruang tamu nanti kan ada pesta, kita ikut ya ?" ujar wanita tadi lagi dengan nada manja.
Lelaki tersebut tersenyum, "Iya, nanti dateng. Toh sekalian ketemu adek-adekku nanti" ujar lelaki tadi.
"Yeay!! oke nanti berangkat" ujar si wanita sambil berlari kecil ke kamar dengan riang.
Malamnya...
"Fuhhh, selesai juga. Ayo, bang. siap-siap berangkat ke pesta" ujar si wanita sambil menepuk lemah kedua tangannya. Ia lalu menyadari lelaki ayng tinggal serumah dengannya sedang menatap kosong langit malam yang ada di luar jendela."Bang" panggil wanita itu lagi,
"Eh, iya. Ayo. Siap-siap" ujar si lelaki.
"Kamu, sebenarnya mau berangkat apa enggak?"
"Kenapa tanya?"
"Jawab aja" lelaki itu diam menatap si wanita heran. "Aku mau beresin dapur aja" ujar si wanita lalu melangkah ke arah dapur.
"Eh, kenapa?" tanya si lelaki tambah heran.
"Kamu... gak mau berangkat. Gak perlu di sembunyiin. aku ga mau berangkat kalo salah satu di antara kita gak mau berangkat" ujar wanita itu tanpa berbalik.
"Aku mau berangkat, dek" wanita itu tidak menghiraukannya. Ia kembali menatap keluar jendela, "Maaf" gumammnya, lalu ia melangkah ke taman samping rumahnya.
****
"Maaf" ujar lelaki tersebut.
"Untuk ?"
"Pestanya"
"Gapapa, sedih yang aku rasain ini karena sedih yang kamu rasain. Sudah ku blang kita ini terikat kan?"
"Iya, maaf"
"Gapapa kok, Kak. Hm... taruh kopinya di meja" ujar si wanita.
"Eh ?"
"Taruh kopinya di meja" si wanita mengulangi ucapannya.
"Iya" ujar si lelaki sambil menaruh mug nya diatas meja.
"Nih" Si wanita memberikan mug nya yang berisikan separuh susu coklat.
"Eh, kenapa ?"
"Biar gak sedih. Aku setengah, kamu setengah" ujar si wanita sambil tersenyum.
Si lelaki menerimanya, "Makasih" ujarnya lalu mengelus kepala wanita yang memberikan separuh susu coklatnya.
"Hehehe, abisin"
"Iya" Si lelaki menghabiskan susu coklat tersebut dengan beberapa tegukan, lalu menaruh gelas kosongnya di meja kecil di sampingnya.
"Nih, baca" Si wanita kembali menyodorkan sesuatu pada lelaki disampingnya, si lelaki menerima buku yang di sodorkan. "Kamu yang baca sekarang, aku mau tidur" ujarnya lagi sambil sedikit membetulkan sleeping bag yang menyelimuti mereka berdua. Lalu wanita tersebut mendekatkan badannya, menempelkan kepala di bahu dan melingkarkan tangan kiri di lengan kanan lelaki di sebelahnya.
"Kenapa gak baca novel bagian keduanya ? kan udah terbit"
"Belum beli"
"Oh, iya. kita belum punya uang. hehe" Si lelaki mulai melanjutkan membaca novel ayng di berikan wanita yang sedang bersandar di sebelahnya. Si wnata sendiri masih menatap langit yang berhias bintang.
"Bulannya ga ada" batin si wanita.
"Kak"
"Hm..?"
"Jujur itu sulit ya ?" Si lelaki mengangguk, "Kita harus belajar jujur"
"Udah dari dulu" mata si lelaki masih lekat kepada kalimat-kalimat yang dibacanya. "Tapi kita belum bisa".
"Kita harus bisa"
"Iya"
"Hm..."
"Kenapa, dek ?"
"Kamu pasti tau pikiranku"
"Iya, ini akan sulit. Tapi waktu untuk kita jujur pasti akan datang suatu hari nanti"
"He'em"
"Yaudah, tidur sana. Kalo kita-sama-sama kurang tidur bisa gawat. Cukup aku aja"
"Jangan gitu"
"Udah, sana cepet tidur. Lagi pula, kamu udah tau kan ?"
"Iyalah, kita kan terikat"
"Yaudah, merem sana"
Angin kembali berhembus kecil, tapi angin seperti itu tak membuat kedua orang itu kedinginan. Ayunan yang bergerak lembut membuat Si wanita tertidur dengan cepat, Lelaki di sebelahnya masih melanjutkan aktivitas membacanya.
"Padahal kasur masih enak, malah milih rumput" ucap seseorang.
Lelaki yang baru terbangun hanya melirik kearah sumber suara, "Berapa lama ?"
"Lima"
"Udah cukup"
"Cukup, kalo kamu kemarin gak kurang tidur"
Lelaki itu hanya tersenyum kecut mendengar jawaban seorang wanita yang sedang duduk manis di ayunan yang ada di taman itu. "Ini kamu yang ngelakuin" tanya si lelaki sambil menunjuk sleeping bag yang menutupi kakinya.
Si wanita mengangguk, "Dari pada kamu masuk angin" jawabnya.
"Kenapa gak kamu aja, malem-malem gini di luar, gak pake jaket lagi"
"Enggak aja" jawabnya singkat masih dengan mata memandang buku yang ada ditangannya.
"Haa~h, kamu gak mau masuk ? aku mau ngetik" ujar si lelaki.
"Enggak, palingan entar kamu kesini lagi"
"Kamu udah tau kebiasaanku ya?"
"Kita udah tinggal dan hidup bersama selama dua puluh tahun, jadi ya wajar"
"Hehehe, iya juga. aku masuk dulu ngambil laptop" si lelaki bangkit sambil membawa sleeping bag yang menutupi kakinya tadi dan menaruhnya di sebelah wanita yang sedari tadi berbicara dengannya. Ia melirik ke sebuah meja bundar kecil yang ada di dekat sana. Ada dua cangkir kosong disana.
"Kopimu udah aku minum, keburu dingin" ujar si wanita setelah melihat lelaki yang ada di depannya menatap dua buah cangkir kosong.
"Aku mau buat lagi, kamu mau nitip?"
Si wanita tampak berfikir, hingga akhirnya ia memasrahkan pada lelaki yang menawarinya. "Disamain aja gapapa, daripada ribet" tambahnya.
Si lelaki masuk kedalam rumah, si wanita mengambil sleeping bag yang ada di sampingnya lalu menutupkannya dari belakang, menutupi punggungnya lalu tubuhnya. Di dalam rumah, si lelaki langung menuju dapur, memasak air lalu menyiapkan dua buah mug kosong. Ia membuka salah satu lemari gantung yang ada di sana, mengambil toples dengan tulisan 'kopi' dan 'gula'. Ia menuangkan tiga sendok gula dan dua sendok kopi kedalam salah satu mug yang di siapkannya. Saat ia akan melakukan hal yang sama pada mug kedua, ia terdiam. sejenak ia menatap mug kosong itu. kemudian menutup kedua toples yang sudah di ambilnya lalu kembali memasukkannya kedalam lemari lagi. Lalu ia tampak mencari sesuatu, setelah menemukannya ia meraih salah satu toples baru dan menuangkan beberapa sendok isinya kedalam mug. Airnya sudah matang, ia menunangkannya ke dalam kedua mug yang sudah disiapkannya tadi, lalu mengaduknya. Terasa selesai, lelaki itu melangkah keluar menuju halaman samping.
Melihat kedatangan kakaknya yang membawa dua buah mug , si wanita menggeser duduknya, membiarkan lelaki tadi duduk di dekat meja kecil yang masih terdapat dua cangkir kosong diatasnya. Wanita di sampingnya tiba-tiba membuka tangannya dan merangkul lelaki di sebelahnya sekaligus menyelimutkan sleeping bag yang di kenakannya tadi pada lelaki tersebut juga.
"Untung sleeping bagnya besar, jadi cukup buat berdua" ujar si wanita.
"Makasih" ujar si lelaki lalu menyodorkan sebuah mug di tangan kanannya.Si wanita menerimanya.
"Susu coklat?" tanya si wanita setelah menyruput sedikit isi dari mug yang di genggam kedua tangannya sambil menoleh kearah lelaki di sebelahnya.
Lelaki tersebut juga masih sedang menyeruput kopinya sambil mengangguk lemah.
"Kenapa ?" tanya si wanita lagi.
"Aku pernah baca buku..." ucapan si lelaki terhenti, matanya menatap air hitam yang terisi di dalam gelas. Si wanita masih memandang lelaki di sebelahnya sambil sesekali meniup mug berisi susu coklat panas dan meminumnyanya sedikit. "Katanya, kalo kita pas sedih, galau atau merasakan perasaan negatif lalu minum susu coklat, perasaan negatif itu bisa hilang" lanjutnya lalu meminum sedikit kopinya.
"Emang aku lagi sedih ?" tanya wanita itu, si lelaki mengangguk. "Hm, sulit nyembunyiin sesuatu ya kalo punya kembaran yang terikat kayak kita, hehe" ujar wanita tersebut.
Lelaki di sampingnya diam, ia teringat kejadian beberapa waktu tadi....
***
"Bang~~~" panggil seorang wanita dengan nada manja.
Lelaki yang sedang merokok di sebuah kursi di dekat jendela mengarahkan perhatiannya kepada wanita yang memanggilnya tadi, "Tumben manggil 'bang'?" tanya lelaki tersebut.
"Sehabis ngatur ruang tamu nanti kan ada pesta, kita ikut ya ?" ujar wanita tadi lagi dengan nada manja.
Lelaki tersebut tersenyum, "Iya, nanti dateng. Toh sekalian ketemu adek-adekku nanti" ujar lelaki tadi.
"Yeay!! oke nanti berangkat" ujar si wanita sambil berlari kecil ke kamar dengan riang.
Malamnya...
"Fuhhh, selesai juga. Ayo, bang. siap-siap berangkat ke pesta" ujar si wanita sambil menepuk lemah kedua tangannya. Ia lalu menyadari lelaki ayng tinggal serumah dengannya sedang menatap kosong langit malam yang ada di luar jendela."Bang" panggil wanita itu lagi,
"Eh, iya. Ayo. Siap-siap" ujar si lelaki.
"Kamu, sebenarnya mau berangkat apa enggak?"
"Kenapa tanya?"
"Jawab aja" lelaki itu diam menatap si wanita heran. "Aku mau beresin dapur aja" ujar si wanita lalu melangkah ke arah dapur.
"Eh, kenapa?" tanya si lelaki tambah heran.
"Kamu... gak mau berangkat. Gak perlu di sembunyiin. aku ga mau berangkat kalo salah satu di antara kita gak mau berangkat" ujar wanita itu tanpa berbalik.
"Aku mau berangkat, dek" wanita itu tidak menghiraukannya. Ia kembali menatap keluar jendela, "Maaf" gumammnya, lalu ia melangkah ke taman samping rumahnya.
****
"Maaf" ujar lelaki tersebut.
"Untuk ?"
"Pestanya"
"Gapapa, sedih yang aku rasain ini karena sedih yang kamu rasain. Sudah ku blang kita ini terikat kan?"
"Iya, maaf"
"Gapapa kok, Kak. Hm... taruh kopinya di meja" ujar si wanita.
"Eh ?"
"Taruh kopinya di meja" si wanita mengulangi ucapannya.
"Iya" ujar si lelaki sambil menaruh mug nya diatas meja.
"Nih" Si wanita memberikan mug nya yang berisikan separuh susu coklat.
"Eh, kenapa ?"
"Biar gak sedih. Aku setengah, kamu setengah" ujar si wanita sambil tersenyum.
Si lelaki menerimanya, "Makasih" ujarnya lalu mengelus kepala wanita yang memberikan separuh susu coklatnya.
"Hehehe, abisin"
"Iya" Si lelaki menghabiskan susu coklat tersebut dengan beberapa tegukan, lalu menaruh gelas kosongnya di meja kecil di sampingnya.
"Nih, baca" Si wanita kembali menyodorkan sesuatu pada lelaki disampingnya, si lelaki menerima buku yang di sodorkan. "Kamu yang baca sekarang, aku mau tidur" ujarnya lagi sambil sedikit membetulkan sleeping bag yang menyelimuti mereka berdua. Lalu wanita tersebut mendekatkan badannya, menempelkan kepala di bahu dan melingkarkan tangan kiri di lengan kanan lelaki di sebelahnya.
"Kenapa gak baca novel bagian keduanya ? kan udah terbit"
"Belum beli"
"Oh, iya. kita belum punya uang. hehe" Si lelaki mulai melanjutkan membaca novel ayng di berikan wanita yang sedang bersandar di sebelahnya. Si wnata sendiri masih menatap langit yang berhias bintang.
"Bulannya ga ada" batin si wanita.
"Kak"
"Hm..?"
"Jujur itu sulit ya ?" Si lelaki mengangguk, "Kita harus belajar jujur"
"Udah dari dulu" mata si lelaki masih lekat kepada kalimat-kalimat yang dibacanya. "Tapi kita belum bisa".
"Kita harus bisa"
"Iya"
"Hm..."
"Kenapa, dek ?"
"Kamu pasti tau pikiranku"
"Iya, ini akan sulit. Tapi waktu untuk kita jujur pasti akan datang suatu hari nanti"
"He'em"
"Yaudah, tidur sana. Kalo kita-sama-sama kurang tidur bisa gawat. Cukup aku aja"
"Jangan gitu"
"Udah, sana cepet tidur. Lagi pula, kamu udah tau kan ?"
"Iyalah, kita kan terikat"
"Yaudah, merem sana"
Angin kembali berhembus kecil, tapi angin seperti itu tak membuat kedua orang itu kedinginan. Ayunan yang bergerak lembut membuat Si wanita tertidur dengan cepat, Lelaki di sebelahnya masih melanjutkan aktivitas membacanya.
No comments:
Post a Comment