Sunday, 31 December 2023

Percakapan Si Kembar 26

 "Kak" panggil seorang wanita dari dalam sebuah tenda dengan posisi masih tengkurap dan kepalanya mengarah keluar menatap punggung lelaki yang sedang duduk bersila di depan tenda.

Si Lelaki yang terpanggil menoleh ke belakang, "Hmm ?" balasnya.

"Ternyata asyik juga" ucap Si Wanita.

Kini Si Lelaki berbalik, "Apanya ?"

"Menghilang seperti ini" jawab Si Wanita sambil nyengir.

Si Lelaki tersenyum, "Iya kan ? Kamu menikmatinya?" tanya Si Lelaki.

Si Wanita mengangguk, "Sedikit" jawabnya sambil mengangkat tangan dengan menunjukkan jari jempol dan telunjuk yang didekatkan.

Si Lelaki mengernyit, "Yang mana ?"

"Apanya ?"

"Kamu nikmatin atau enggak ?"

Si Wanita memiringkan kepalanya sambil melirik keatas, "Nikmatin, tapi sedikit"

"Kenapa sedikit ?"

"Kenapa tanya ?"

"Lha emang kenapa ?"

" Soalnya kamu tahu alasannya"

"Kurang ajar" Si Lelaki mencubit kedua pipi adiknya.

Si Wanita mengaduh, kemudian bangkit duduk dan memukul paha Si Lelaki. Kakaknya hanya tertawa.

"Sakit!"

"Lebay" Si Lelaki masih terkekeh.

Si Wanita merengut, tak lama kemudian ia keluar dari tenda. Si Lelaki memberi jalan sambil melihat gerak gerik Si Wanita yang berpindah duduk disampingnya.

"Geser, aku udah diujung matras ini" ujar Si Wanita.

Si Lelaki menggeser duduknya, mereka menghadap arah yang sama. Deretan pohon tinggi dan aliran sungai terpajang jelas dalam pandangan mereka. Warna senja menyembur diantara dedaunan dan batang pohon terpantul diantara aliran air sungai yang membunyikan nada yang menenangkan suasana mulai meredup.

"Sudah berapa lama ?" Si Wanita membuka percakapan lagi.

"Apanya ?"

"Kamu menginginkan hal ini"

"Entahlah" jawab Si Lelaki sambil mengedikkan bahunya.

"Jawaban entahlah mengisyaratkan kalo itu bisa cukup lama"

"Besok kita pulang" ujar Si Lelaki.

"Hmmm, singkat yaa"

"Enggak, kita menghilang setahun"

Si Wanita tertawa, "Sialan" tanggap Si Wanita sambil mencubit lengan lelaki disampingnya.

Hening.

"Untuk malam ini kamu boleh meminumnya" lanjut Si Wanita.

Si Lelaki menoleh kearah adiknya.

"Jangan dikira aku gak tau kamu membawanya"

Si Lelaki menelan ludah, "Apa ?" tanyanya dengan perasaan sedikit khawatir.

"Itu kamu bawa tumbler belum kamu keluarin sama sekali, isinya apa ?"

Si Lelaki terdiam sejenak, "hehehe" lanjutnya dengan terkekeh kikuk.

"Haha hehe haha hehe"

"Marah gak nih ?"

"Enggak"

"Bener ???"

Si Wanita mengangguk.

"Boleh nihh ???"

"Iyaaaaa"

"Aaaaa sayang deh" ucap Si Lelaki lalu memeluk Si Wanita dan mencium kepala adiknya.

"Ih apaan sih" ronta Si Wanita sambil mendorong Si Lelaki yang tertawa melihat respon adiknya.

"Udah gelap, mending kamu ambil jaket kita aku mau buat api unggun" ucap Si Lelaki memberi saran.

"Oke" jawab Si Wanita singkat kemudian beranjak masuk ke dalam tenda.

Si Lelaki mengambil kayu yang sebelumnya sudah dikumpulkan dan dikeringkan siang tadi. Kayu ditata sedemikian rupa sekitae satu meter didepan matras yang mereka duduki tadi. Si Wanita sudah duduk kembali didepan tenda dengan jaket abu abu di badannya dan sebuah jaket yang sama dipangkuannya, milik kakaknya. Ia menunggu kakaknya berusaha menghidupkan api unggun dengan bantuan korek dan beberapa sampah kering yang mereka hasilkan saat disana. Sekitar sepuluh menit, api berkobar, Si Lelaki kembali. Adiknya menyerahkan jaketnya.

"Makasih" ucap Si Lelaki menerima jaketnya, kemudian duduk sambil memakainya.

"Nih juga" Si Wanita menaruh tumbler milik kakaknya yang sempat mereka bicarakan tadi.

"Makasih lagi, hehe"

"Haha hehe haha hehe"

Si Lelaki tersenyum kikuk lalu merogoh salah satu sudut depan tenda mereka. Dikeluarkannya sebuah gelas dari dalam. Kemudian ia segera menuangkan isi tumblernya, gelas terlihat penuh dan berbusa saat Si Lelaki menuangkan isi tumblernya. Didiamkan sejenak minumannya lalu ia memasukkan ketenggorokan dengan sekali tenggak.

"Kita tidak benar benar menghilang sebenarnya" ucap Si Wanita.

"Kok bisa ?"

"Sebenarnya masih ada sinyal disini, kita hanya merubah setingan handphone kita untuk sulit dihubungi"

"Iya sih"

"Masih sulit untuk benar benar menghilang"

"Kamu benar lagi"

Si Wanita menaruh kepalanya di pundak Si Lelaki. Disaat yang sama Si Lelaki menyulut api ke rokoknya.

"Kamu menikmatinya ?"

Si Lelaki tersenyum dengan asap yang keluar dari mulutnya, tidak segera dijawab. Ia menghisap lagi rokonya, "Yaaa, sedikit" jawabnya sambil menghembuskan asap dari mulutnya.

"Pfffftttt" Si Wanita menahan tawanya. Ia mengganti posisi kakinya yang bersila menjadi menekuk dan dipeluknya sendiri dengan kepala masih dengan kepala bersandar di bahu kakaknya.

"Kenapa ?"

"Jawabannya sama sepertimu, kamu tahu jawabannya"

"Pasti sama"

"Iyaa, karena kita terhubung"

"Tapi setidaknya ini menenangkan kita"

"Meski sedikit"

"Meski sebentar" ralat Si Wanita.

"Iyaa, meski sebentar" ucap Si Lelaki mengulang ucapan adiknya lalu menuangkan minumannya pada gelas dan menenggaknya lagi.

Hening lagi.

Si Wanita masuk kembali ketenda dan tak lama kembali ke posisi yang sama seperti sebelumnya. Ditangannya sudah ada dua makanan ringan dan satu dibuka. Si Wanita mengambil beberapa lalu mengunyahnya kemudian disodorkan kepada kakaknya.

Si Lelaki memasukkan tangan kedalam bungkusan tersebut da mengambil beberapa. Dikunyahnya pelan keripik kentang yang baru diambilnya.

"Kamu lapar ?" ujar Si Lelaki.

"Belum sih"

"Mau masak sekarang ?"

Si Wanita menggeleng dengan kepala masih bersandar di pundak kakaknya. 

"Kamu tahu ? Sepertinya kita tersesat" ucap Si Wanita

Si Lelaki diam.

"Kamu ngasih tahu tujuan kita dikereta

 Tapi aku masih gak tahu jalannya"

"Kamu masih memikirkannya ?" tanya Si Lelaki setelah mengeluarkan asap dari mulutnya.

"Gak usah sok kalo kamu gak kepikiran"

Si Lelaki tersenyum, "Iyaa iyaa"

Hening lagi.

"Kita pernah ada di fase menyerah dek"

"Kita ?"

Si Lelaki memutar bola matanya, "Iyaa, akuu"

Si Wanita kembali menahan tawa kecilnya.

"Tapi setelah waktu berlalu kita diajarkan bahwa mukjizat tidak hanya dimiliki oleh manusia para utusan Tuhan. Setiap manusia mempunyainya satu mukjizat yang juga dimiliki oleh mereka" lanjut Si Lelaki.

"Bedanya mereka bisa menggunakannya dengan baik, sedangkan kita belum" 

Ujar Si Wanita mencoba melanjutkan sambil memakan keripik kentang yang sudah mulai sedikit.

Si Lelaki menenggak lagi minumannya, "Kamu benar. Kita selama ini mencari cara untuk menggunakannya karena itu satu satunya cara untuk menemukan jalan yang tepat untuk sampai ke tujuan tersebut"

"Mukjizat yaa ?" Gumam Si Wanita.

Si Lelaki tidak merespon lagi, ia akan menuangkan kembali isi tumblernya ke gelas tapi dihalau Si Wanita.

"Cukup" ucap Si Wanita sambil menahan tangan Kakaknya. "Nanti lagi" lanjutnya.

"Ok" respon Si Lelaki dengan senyum, kemudian menutup tumbler nya.

"Masak yuk?" ajak Si Wanita setelah mengangkat kepala dan menegakan posisi duduknya.

"Udah lapar ?"

Si Wanita mengangguk.

"Itu udah abis ?" tanya Si Lelakk sambil menunjuk bingkisan ditangan Adiknya.

Si Wanita kembali mengangguk.

"Biar kubakar ke api unggun sekalian nambah kayu" Si Lelaki mengambil bungkusan di tangan Si Wanita. "Mau masak apa ?"

"Aku males masak nasi, pengen mie kornet aja"

"Pake telor ?"

Si Wanita menggeleng.

"Bahan-bahannya ada ?"

"Ada"

"Yaudah kamu siapin bahan bahannya aku siapin kompornya setelah ngurus api unggun" Ucap Si Lelaki.

Si Wanita mengangguk dan beranjak ke dalam tenda untuk melaksanakan perintah kakaknya. 

Si Lelaki menutup tumblernya kemudian berdiri dan melaksanakan tugas yang sudah dibaginya sendiri. 


Monday, 25 December 2023

Percakapan Si Kembar 25

 Sebuah troli berjalan pelan melewati berbagai barang yang tersusun rapi di rak display. Seorang lelaki yang berada dibalik kemudi troli masih berjalan sambil memperhatikan berbagai barang tersebut. Sesuatu menarik perhatiannya dan membuatnya berhenti. Sebuah benda berbentuk balok kecil berwarna coklat dengan warna tulisan merk berwana merah ber-outline putih diambilnya.

"Tiba - tiba pengen" ucapnya lirih. Tanpa pikir panjang dilemparnya pelan benda tersebut kedalam troli yang sudah lumayan terisi setengahnya.

Ia melanjutkan langkah sambil melihat sekitar. Mencari sesuatu yang menarik baginya. Saat hampir berada di persimpangan rak ia melihat seorang wanita berjalan dengan kepala mengumbar pandanh, ia memeluk berbagai macam benda.

"Oi!!" pannggil Si Lelaki.

Wanita tadi menoleh, "Ish !!! Ini dia yang dicari dari tadi" balasnya sambil sewot. "Dari mana aja ?" lanjutnya sambil menghampiri Si Lelaki kemudian menaruh barang bawaannya di troli.

"Yaa nyari-nyari lah"

"Ya tapi tiba tiba ngilang"

"Lahh, kamu yang tiba-tiba ilang. Wong, tadi ada dibelakangku. Tau-tau kamu udah gak ada aja"

"Ya kan aku masih milih barang"

"Ya kamu gak ngasih tahu"

"Panjang"

Si Lelaki tertawa mendengar tanggapan terakhir adiknya.

"Yaudah, setidaknya udah ketemu lagi. Kamu dapet apaan ?" ucap si lelaki sambil melihat lihat barang yang ditaruh Si Wanita.

"Tadi ambil perlengkapan mandi, sabun cuci juga"

"Sabun cuci bajunya ?"

Si Wanita ikut memilah, "Ini !" tunjuknya saat menemukan barang yang ditanyakan Si Lelaki.

"Gak kurang ?"

Si Wanita menggeleng. Si Lelaki mengangguk.

"Lanjut nih ?" Tawar Si Lelaki.

"Bolehh"

Mereka mulai kembali berjalan. Beberapa barang sesekali dimasukkan kedalam troli setelah mereka berdiskusi sebelumnya. Trolinya hampir penuh, Si Wanita mengecek list belanja yang sudah dicatat dai handphone miliknya sebelum berangkat tadi.

"Sepertinya udah semua" ucapnya.

"Tinggal bayar dong" Ujar Si Lelaki.

"Tapi aku pengen beli buah"

"Buah apa ?"

Si Wanita memegang dagunya sambil melirik keatas, "Entah" jawabnya.

"Hmm, yaudah kita ketempat buah-buahan aja dulu"

Mereka lalu berjalan menujubtempat yang dimaksud. 

"Sejak kapan pingin buah ?" Si Lelalki bertanya ditengah perjalanan.

"Barusan"

"Ngidam ?"

"Bisa jadi" Si Wanita menjawab sambil tersenyum

Si Lelaki juga ikut tersenyum. "Asal jangan yang aneh-aneh"

Si Wanita berhenti, Si Lelaki juga.

"Coba ulangi"

"Yang mana ?"

"Omonganmu barusan"

Si Lelaki tampak berfikir, "eummmm, Yaaaanngg maaannaaa ?"

"Bukan, bukan. Sebelum itu"

"Asal jangan yang aneh-aneh ?"

"Nahh, itu. Kamu gak salah ngomong gitu ?"

"Apanya ?"

"Siapa diantara kita yang sering punya pikiran ngidam aneh ?" Si Wanita melipat tangan sambil mengangkat alisnya sebelah. Senyumnya seolah mengejek kakaknya.

Si Lelaki menampakkan wajah datar, karena paham maksudnya, "Iya, iya. Aku" jawabnya sambil sedikit sewot.

Si Wanita tertawa sambil memukul gemas kakaknya. Si Lelaki tersnyum melihatnya dan membiarkan adiknya memukulnya pelan. Mereka kembali berjalan dengan tawa Si Wanita yang masih ada di wajah cantiknya. Saat sudah mendekati letak rak buah buahan, Si Wanita berlari kecil mendahului Si Lelaki yang masih mendorong troli. Ia sampai lebih dulu dari pada kakaknya. Kemudian melihat-lihat buah buahan disana mencari yang menarik baginya. Dapat dilihat Si Wanita menunjukkan sebuah mangga ditangannya, dengan gerak bibir yang dapat dibaca Si Lelaki. Si Lelaki memberi jawaban mengangguk. Dengan segera Si Wanita memilih mangga yang terlihat bagus dan memasukkannya ke dalam plastik buah yang disediakan.

Empat buah mangga sudah dimasukkan kedalam plastik tersebut. Si Wanita menoleh kearah ia datang. Kakaknya belum menyusul, dapat dilihat ia berhenti di depan salah satu mesin pendingin minuman dan menatap isinya. Dengan rasa penasaran ia melangkah  menghampiri kakaknya.

"Kak !!! Liat apa ?" panggil Si Wanita sambil melangkah mendekati kakaknya.

Si Lelaki menoleh, "Dek, sini!"

Si Wanita mempercepat langkahnya. Ditaruhnya mangga tadi kedalam troli, lalu lengannya ditarik oleh Si Lelaki, kemudian menunjuk isi pendingin minumn itu.

"Boleh ya ?" Si Lelaki memohon.

Si Wanita yang mengetahui isinya segera mengernyitkan dahi, "Buat apa ?"

"Ya diminum"

"Gak usah aneh-aneh"

"Baru tadi dibahas masalah aneh aneh"

"Kenapa gak yang lain aja?"

"Butuhnya itu, boleh yaa ?"

"Butuh apa pemgen ?"

Si Lelaki tersenyum kikuk, "Dua-Duanya"

Si Wanita menghela nafas, dan melihat isi pendingin minuman tersebut. Ada berbagai botol kaca didalamnya dengan berbagai merek dengan stiker tertempel dibotolnya. Si Wanita tau, salah satu botol dengan stiker berwarna biru adalah salah satu favorit kakaknya. Si Lelaki masih memohon. Di dalam lubuk hatinya ia tahu alasan kakaknya mengingininkannya dan itu sudah cukup lama.

Si Wanita menghela nafas, "Yaudah, berapa ?"

"Selusin"

"Gilaa!!! Gak!!!"

"Setengahnya" tawar Si Lelaki.

"Tiga aja!!"

"Lim..."

"Atau enggak?!?!?"

"Yadeh tiga"

"Tapi ada syaratnya"

"Masih ada syarat ?"

"Mau, enggak ?"

"Ya udah deh apa syaratnya, jangan yang aneh aneh"

"Minumnya harus seijinku"

Si Lelaki tampak berfikir sejenak, "Ok deal" jawabnya, kemudian ia segera menaruh tiga botol minuman tadi ke troli.

"Yaudah, yuk bayar aja. Malah makin banyak yang dibeli nanti. Padahal gak butuh" Ajak Si Wanita.

Segera mereka melangkah ke area kasir. Ada lima kasih yang terbuka, mereka memilih dengan antrian yang terlihat pendek.

"Dek!!" Panggil Si Lelaki.

"Apa kak ?" tanya Si Wanita sambil mencoba meraih dompet dari tas kecilnya.

"Mau ikut ?"

"Kemana ?"

"Menghilang"

Si Wanita menoleh ke arah Si Lelaki, "Berapa lama ?"

"Entahlah, berapa lamanya kita pasrahkan kepada waktu. Mau sebentar, mau lama bahkan mau selama-lamanya pun terserah si waktu" jawab Si Lelaki sambil tersenyum.

Si Wanita juga tersenuim dengan menarik ujung bibir kirinya, "Boleh"


Sunday, 17 December 2023

Percakapan Si Kembar 24

 Ctekkk!!!


Kobaran api padam bersamaan dengan bunyi barusan. Sebuah panci dengan air mendidih diangkat oleh Si Wanita. Ia berbalik dan kini berhadapan dengan dua buah mug berisikan kopi. Satu dengan gula, satunya tanpa gula. Ditunggunya gelembung air tadi menghilang kemudian ia menuangkan air panas kedalam mug tersebut perlahan secara bergantian. Dirasa sudah cukup, ia menaruh kembali panci diatas kompor. Sedetik kemudian suara dentingan gelas dan sendok terdengar bersamaan dengan terciptanya pusaran kecil di dalam mug. 

Selesai.

Ia memangku kepala dengan tangan kirinya diatas meja bar dapur sederhana dirumah tersebut. Memperhatikan kedua kopi yang masih mengepulkan asap tipis yang baru saja dibuat.

"Lamanya" gumamnya, kemudian mengumbar pandang kesekitar.

Beberapa waktu lalu ruangan dirumah tersebut kosong. Kini mulai terisi kembali dengan tata letak yang sedikit berbeda.

Ia berjalan meninggalakan kedua kopi tadi menuju pintu samping yang sudah terbuka setengah, ia menggesernya lagi hingga terbuka sepenuhnya. Kemudian duduk di tengah tengah pintu. Merasakan angin yang menabrak tubuhnya.

"Ayunannya belum ada" pikirnya setelah menoleh ke tempat ayunan rumag tersebut yang kini sudah kosong karena baru saja dibersihkan.

"Assalamu'alaikum" suara seorang lelaki terdengar bersamaan dengan pintu yang terbuka kemudian ditutup.

Si Wanita menoleh, kemudian dikihatnya Si Lelaki datang dengan menunjukkan sebuah tas kresek yang diangkatnya.

"Ada ?" tanya Si Wanita.

"Ada" jawab Si Lelaki sambil menuju arah dapur.

Si Lelaki menyandingkan tas kresek yang ia bawa disamping kedua mug berisi kopi.

"Yang jumbo goreng kan ?" lanjut Si Wanita.

"Iyaaa, ini yang mana punyaku ?" tanya Si Lelaki sambil mengeluarkan sebungkus rokok dan koroek dari kresek.

"Mug warna biru" jawab Si Wanita.

Si Lelaki mengangguk-angguk sambil membulatkan mulutnya.

"Jangan dilantai lah, kan udah ada sofa dideketmu itu" ucap Si Lelaki.

"Pengen di sini. Adem" Si Wanita nyengir.

"Yaudah kubawa kesana" segera Si Lelaki membawa kedua mug tadi kearah Si Wanita.

Si Wanita merangkak menuju meja kecil didekatnya. Ia mengambil satu asbak yang ada diatas meja tersebut dan kembali duduk di posisi semula sambil menyenderkan punggungnya disalah satu lis pintu dan menekuk kakinya. Si Lelaki duduk didekat adiknya dengan posisi ada sejajar tengah dengan pintu yang terbuka.

"Kamu tahu ?"

Si Wanita memperhatikan.

"Kata orang-orang tua, duduk di tengah pintu kayak gitu gak baik. Pamali" lanjut Si Lelaki lalu menyulut api ke rokoknya.

Si Wanita tersenyum, "Kenapa ?"

"Katanya nanti sulit dapat jodoh"

Mereka berdua tertawa.

"Enteng banget kamu bilang gitu, kak" ujar Si Wanita di sisa tawanya.

Si Lelaki menaikkan sebelah alisnya.

"Setelah yang kamu alami" ujar Si Wanita.

"Kalo gak gini, bukan kita" Si Lelaki kemudian nyengir dan menghisap dalam asap rokoknya.

"Hehe, iya juga"

"Ayunannya baru dateng besok" Si Lelaki mengganti arah pembicaraan.

"Oiya ?"

Si Lelaki menggeleng sambil menghembuskan asap rokoknya, "Tadi aku telpon tukangnya, dianter besok"

"Asik, mulai besok sudah bisa nongkrong disana lagi" Ucap Si Wanita gembira sambil bertepuk tangan.

"Iya, selama gak hujan" balas Si Lelaki masih memperhatikan adiknya.

"Selama gak hujan" Si Wanita menirukan kalimat Si Lelaki.

"Akhir-akhir ini sering hujan sih"

"Ya, setelah kemarau panjang"

"Sekalinya hujan langsung deres, bahkan memporak-porandakan" Si Lelaki tersenyum dengan menarik ujung bibir kanannya.

Si Wanita menoleh. Dilihatnya Si Lelaki sedang menunduk, kemudian ia mengelus pelan kepalanya. Kakaknya mengangkat kepalanya, dengan tangan adiknya masih mengelus lembut, ia bisa melihat adiknya tersenyum. Tak lama, Si Wanita menarik kembali tangannya, kemudian berpindah ke mug berisi kopi yang mulai menghangat. Tak butuh lama menyesap kopi manis tersebut. Si Lelaki mengikuti hal tersebut.

"Seharusnya bikin es aja, hawanya panas"

"Nanti flu, udah tahu kita gampang kena flu"

"Hehe"

"Kita butuh belanja"

"Hmmm, kapan yaa ? Lagi males keluar masih pengen didalem rumah ini"

"Padahal bentar, kan pasti balik kesini"

"Ya kalo males"

Si Lelaki menggeleng sambil tersenyum, "Sudah berapa hari ini kita boros, makan harus beli terus"

Si Wanita memanyunkan bibirnya, "Masih males keluar"

"Kalo besok ?"

"Gak tau, hehe"

"Yaudah besok"

"Lah, langsung diputusin"

"Kamu pasti ada yang mau dibeli kan ?" tanya Si Lelaki dengan ekspresi yang monggoda adiknya.

"Hehe, iya sih. Abang juga kan sebenernya ?"

"Iyaaa"

"Mau beli apa ?"

"Spare part, mau benerin motor tua sama sepeda yang ada di garasi. Lama gak kepake soalnya"

Si Wanita membulatkan mulutnya.

"Kamu mau beli apa ? jangan bilang baju" tanya Si Lelaki.

"Enggak" Jawab Si Wanita sambil menggeleng dengan tatapan menuju ke langit yang mulai mendung.

"Terus ?"

"Pengen punya piano" 

Si Lelaki diam sejenak, "Apa ?"

"Piano" ulang Si Wanita sambil menoleh kearah kakaknya.

Si Lelaki tertawa, "Oke sekalian aku mau beli senar gitar kalo gitu"

Si Wanita tersenyum, tak lama kemudian ia berdiri, "Mienya kumasak ya ?"

"Boleh, udah mulai laper ?"

"Dari tadi" Si Wanita beranjak ke dapur melewati kakaknya.

Sesampainya didapur ia mengeluarkan isi tas kresek yang dibawa Si Lelaki.

"Kamu juga yang goreng ?" tanya Si Wanita.

Si Lelaki menoleh dan memberi jawaban dengan anggukan. "Seperti biasa ya" Pinta Si Lelaki.

"Mie goreng kuah ?"

Si Lelaki mengacungkan kedua jempolnya.

"Pake telor ?"

"Yesss"

"Ok, bentar" Si Wanita melanjutkan kegiatannya.

Si Lelaki memandang keluar, dilihatnya langit mendung mulai meredupkan cahaya. Ia menekan putung rokok miliknya ke asbak, kemudian menyeruput kopi pahitnya.

"Bang" Si Wanita memanggil.

Si Lelaki menoleh.

"Aku tahu dari mengintip kepalamu"

Si Lelaki masih diam menunggu.

"Kenapa kamu tidak memberitahu mereka ?"

Tahu arah pertanyaan adiknya, Si Lelaki tersenyum, "Karena pertanyaannya"

"Maksudnya?"

"Karena kata tanya yang digunakan 'Siapa', kalo yang digunakan 'dimana' baru akan ku jawab" ucap Si Lelaki sambil memperhatikan adiknya membuka bungkus mie. "Yah, meskipun hanya dengan clue, hehe"

Si Wanita tersenyum sambil menggeleng pelan mendengarnya.

"Kalo gak gitu memang bukan kita, ya ?"

"Tentu saja, hehe"

Friday, 8 December 2023

Percakapan Si Kembar 23

 "Wa'alaikumsallam" suara seorang lelaki terdengar.

Si Wanita menoleh ke belakang dengan malas. Dilihatnya Si Lelaki terkekeh.

"Kerja bagus" ucap Si Wanita merespon dengan sedikit malas.

"Bukankah sebuah salam harus dijawab" tanya Si Lelaki mengekor adiknya yang baru masuk kedalam rumah.

"Iya, tapi kan gak harus kamu juga" jawab Si Wanita sambil memperhatikan sekeliling ruangan yang lama ditinggalkan.

"Iya, sih. Akan lebih mengasyikkan kalo seumpamanya memang ada yang njawab dari dalam"

Si Wanita menatapnya sinis, "Gak lucu. Malah nakutin"

Si Lelaki tertawa, kemudian ia mengikuti  Si Wanita sambil membawa masuk tas dan koper mereka. Setelah diletakkan mereka memperhatikan sekeliling ruangan.

"Tidak terlalu kotor" ucap Si Wanita.

"Yap, syukurlah. Bersih bersihnya tidak terlalu berat ntar lagi"

Si Wanita melangkah ke sebuah pintu kaca slide yang menghubungkan ke teras dan halaman samping rumah. Dibukanya kunci pintu tersebut, kemudian menggesernya. Semilir angin lembut membelainya pelan, ia menikmatinya sambil memejamkan mata. Si Lelaki juga mulai merasakan sejuknya angin mengisi ruang tersebut. Tak lama, ia berinisiatif membuka jendela-jendela rumah tersebut.

"Well.... Bagaimana kita mengisi kembali tempat ini" ucap Si Lelaki saat kembali ke tengah ruangan tadi.

Si Wanita menengok kebelakang, "Kita pikirkan nanti" ujarnya. "Yang pasti kita butuh ayunan pengganti" lanjutnya kemudian kembali menatap sisi halaman dimana dulu ada sebuah ayunan disana.

Dalam penglihatannya, ia merasa masih melihat ayunan favorit mereka berdiri kokoh disana, tapi sekarang sudah berada dikondisi yang parah.

"Bikin baru atau perbaiki ?" tanya Si Lelaki dari dalam.

"Dua duanya boleh"

"Tamak"

"Kamu bilang gitu seolah-olah kamu nggak"

Si Lelaki tertawa. kemudian ia melanhkah menuju dapur. Dibukanya satu satu kabin yang ada disana.

"Jelas gak ada isinya, kak. Kalaupun ada apa kamu gak mikir mereka gak akan kadaluarsa ?" ucap Si Wanita.

Sejenak Si Lelaki terdiam mencoba mendengarkan adiknya berkomentar. Kemudian ia melanjutkan aktifitasnya. hingga ia berhenti saat membuka salah satu kabin bawah. Ia terdiam karena menemukan sesuatu disana. Ia berjongkok dan mencoba mengeceknya, tak lama ia tersenyum.

"Syukurlah masih bisa dipakai" ujarnya sambil menarik keluar sebuah benda yang ditemukannya.

Kemudian ia menaruhnya ditempat biasa benda itu berada dulu. Si wanita sejenak menengok kedalam. Ia bisa nelihat kakaknya saat ini mencoba menyambubgkan selang regulator kompor ke tabung gas berwana ungu. Kemudian ia melihat kembali sekeliling bagian dalam rumah itu. Ia memiliki sebuah gambaran layout bagaimana ia ingin mengisi ruangan kosong tersebut. Tak lama, ia kembali menatap kehalaman samping.

"Sudah" ucap Si Lelaki.

Ia beranjak dan menuju sebuah kompor yang tertutup sebuah kain. Diangkatnya kain tersebut. Ia mencoba menghidupkan kompornya beberapa kali. Kemudian api menyala dari benda tersebut.

Si Lelaki tersenyum.

Ia menepuk tangannya beberapa kali mencoba membersihkan debu yang terasa di tangannya sambil berjalan kembali ketengah ruangan.

"Jadi, kita mulai dari bersih-bersih ?" ucap Si Lelaki menawarkan kepada Si Wanita.

Si Wanita mendengarnya, kemudian berbalik menatap lelaki yang sedang mengumbat pandang ke berbagai arah didalam. Ia mulai melangkah perlahan. Si Lelaki menyadarinya dan segera menoleh ke arah Si Wanita.

"Apa ?" tanyanya.

"Tidakkah kau ingat janjimu ?"

Si Lelaki mengingat sejenak dan kemudian matanya membulat. Dirinya mulai mundur perlahan.

"Dek, kamu ndak akan ngelakuin yang aneh aneh kan ?" tanyanya sambil mundur perlahan.

"Bukankah yang biasanya suka melakukan hal aneh itu kamu" balasnya.

"Trus kamu mau ngapain ?" Si Lelaki berhenti sebelum mendekati tembok.

Si Wanita masih melangkah dan semakin mendekati Si Lelaki, tepat berada didepannya Si Wanita berhenti dan melempar senyum manisnya kepada lelaki dihadapannya.

"Kamu inget film The Purge ?" 

Si Lelaki melirik atap sejenak, kemudian mengangguk.

"Kurang lebih seperti itu" lanjut Si Wanita dengan masih tersenyum,


Plakkkk!!!!


Suara keras tamparan menggema diruangan. Si Lelaki yang tak siap menerima tamparan di pipi kirinya langsung menggeser posisi berdirinya beberapa langkah ke kanan. Ia menatap adiknya lagi. Wajahnya memerah, matanya berkaca-kaca dan satu sisi sudut matanya sudah mengalirkan air mata. Si Wanita melangkah lagi mendekati Si Lelaki. Dihantamnya bertubi-tubi wajah dan badan Si Lelaki sebisanya. Si Lelaki diam menerimanya, tidak menangkis, menghindar ataupun membalas. Entah sudah berapa tamparan dan pukulan diberikan Si Wanita kepada Si Lelaki hingga Si Wanita berhenti setelah mendaratkan satu pukulan sekuat tenaganya kearah wajah Si Lelaki. Si Lelaki mundur beberapa langkah, salah satu sisi bibir bawahnya  terasa perih setelah baru saja dihantam oleh adiknya.

Ia merasakan rasa darah dari mulutnya. Benar saja, saat ia menyentuh bibirnya dan melihat jarinya ada darah disana.

"Well, sepertinya luka." ucap Si Lelaki lalu kembali menatap Si Wanita. "Masih belum selesai kan ?" lanjutnya sambil tersenyum.

Si Wanita tersentak ia kembali menghampiri  Kakaknya dan melanjutkan serangannya.

"KAMU!!!! KAMU MASIH BISA SAJA TERSENYUM SAAT KITA SEPERTI INI!!!" teriak Si Wanita.

Ditengah perseteruan tersebut. Si Wanita melampiaskan segala hal yang ada di dalam dirinya. Ia tak peduli sesakit apa tangannya dan sesakit apa lelaki yang dipukulinya. Si Lelaki masih sama, diam dan menerima. Beberapa luka mulai terlihat di beberapa sisi muka miliknya. Hingga akhirnya dia terjatuk setelah menerima hantaman yang keras dari adiknya sehingga membuatnya mundur beberapa langkah, menabrak koper dan carier mereka yang membuatnya terjatuh.

Si Lelaki sempat 'meng-aduh' sesaat setalh tubuhnya menghantam lantai. Tak lama, Si Wanita menghampirinya dan menindah tubuh Si Lelaki. Sambil duduk diatas perut kakaknya, Si Wanita melanjutkan melampiaskan perasaannya kepada Si Lelaki. Entah sudah berapa lama, tindakan wanita berhenti setelah memukil dada Si Lelaki dengan kedua kepalan tangannya sambil membungkuk.

Ia berhenti. Si Lelaki menatap langit langit ruangan tersebut. Masih merasakan sakit di wajah dan tubuhnya.

Suara sesenggukan terdengar. Si Lelaki melirik adiknya yang duduj sambil membungkuk membenanmkan wajah di dadanya bahunya bergetar. Tangan Si Lelaki bergerak meraih kepala dan pundak Adiknya. Mengelus lembut kepala wanita yang sedang menangis dalam dekapannya.

"Seandainya...." suara lembut Si Wanita terdengar. "Seandainya kita tidak memutuskan untuk berpisah, apakah akan tetap seperti ini ?" tanya Si Wanita di tengah tangisnya.

Si Lelaki diam.

"Seharusnya, aku menolak permintaanmu dulu kan ?" lanjut Si Wanita lagi.

Si Lelaki masih mengelus kepala Si Wanita.

"Pilihan kita membuat semuanya...."

"Tidak" potong Si Lelaki.

Si Wanita mengangkat sedikit kepalanya melihat kakaknya yang sudah memiliki beberapa lebam dan luka di mukanya.

"Pilihanku" lanjut Si Lelaki.

Si Wanita mengankat tubuhnya dan menopang menggunakan kedua tangannya sambil masih menatap Si Lelaki. Rambut sebahunya jatuh menutupi wajah sampingnya.

"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, dek. Tapi kita perlu berjuang" Ujar Si Lelaki. "Keputusan itu terlalu berat, dek, buat kamu yang memutuskan. Lebih baik kamu yang marah daripada aku" lanjutnya lagi.

Si Wanita masih mendengarkan.

"Kita saling tahu satu sama lain. Kita hidup dibumi yang sama, di dunia yang sama dan juga ada di satu jalan yang sama. Tapi jalurnya berbeda" Si Lelaki tersenyum, tangannya mengarah ke wajah adiknya. Disekanya wajah basah adiknya menggunakan tangannya. Ada goresan merah disalah satu sisi wajah adiknya setelah ia mengelapnya.

Si Lelaki tersenyum, "Yahh, ada sedikit darahku di wajahmu" ucapnya sambil menunjukkan telapak tangan miliknya yang memilik bekas darah setelah sempat menyeka darah dari mukanya tadi.

"Di dalam tubuhku lebih banyak" respon Si Wanita.

Si Lelaki tersenyum lagi.

"Kamu sudah mengintipnya kan ?" tanya Si Lelaki sambil menunjuk kepalanya.

Si Wanita mengangguk.

"Kamu setuju ?"

Si Wanita mengangguk lagi.

"Kenapa ?"

"Kalau diingat, kita kembali ke jalan yang sempat kita putuskan" jawab Si Wanita

"Semoga bercabang ke jalan lain yang pernah kita buat sehingga kita bisa benar benar menyelesaikan jalannya"

"Amin"

Si Lelaki terkekeh.

"Sekarang, ada 3 hal yang harus kita lakukan sekarang"

Si Wanita memiringkan kepalanya sambil menunggu lanjutan kalimat kakaknya.

"Pertama, kita harus beli makan dulu. Tidakkah kamu lapar ?"

"Boleh, pakai akunmu ?"

"Boleehhh"

"Pakai uangmu ?"

"Pakeee"

"Pesennya boleh apa aja ?"

"Iyaaa, kita pesta perayaan"

Si Wanita tersenyum, "Yang kedua ?"

"Berdiri dek, mau berapa lama kamu diatas situ. Berat t..."


Plakkkk!!!!!!


Si Wanita beranjak setelah mendaratkan satu tamparan keras ke arah kakaknya lagi. Kemudian meraih tas kecil.kakaknya mencari handphone miliknya.

"Sakit"

"Biarin"

Si Lelaki mengangkat tubuhnya ke posisi duduk, "Yang Ketiga...."

Si Wanita menoleh keaeah lelaki. Menghentikan aktiditasnya mencari warung dan makanan untuk dipesan.

"Setelah selesai pesan, Ambil kotak P3K di carierku. Kuobati luka ditanganmu. Setelah selesai, kamu obati mukaku"

Si Wanita tersenyum.