Monday, 26 August 2024

Percakapan Si Kembar 38

 Sebuah pintu terbuka dengan ucapan salam. Tidak ada balasan. Seorang wanita masuk kemudian menutup pintu, ia berjalan menyusuri lantai dingin kemudian setelah melewati salah satu sisi tembok tangannya menaruh berbagai macam kunci yang sedari tadi ditangannya di sebuah gantungan yang menempel di dinding.

"Haaaaahhhh" helaan nafas terdengar dari mulut Si Wanita, "Seperti biasa, aku pulang pertama" lanjutnya sambil melangkah menuju kamar.

Sesampainya di kamar, ia menaruh tas ransel yang sedari tadi dibawa diatas meja rias yang ada disana. Ia duduk bersandar, pandanganya lekat kelangit langit.

"Mandi dulu lahh" gumamnya lalu bersiap mewujudkan ucapannya barusan.


*****



Entah berapa lama, kini Si Wanita sudah berada di depan kaca riasnya lagi. Demgan kaos abu-abu dan sebuah celana pendek berwarna coklat, handuknya masih diusap pelan ke rambutnya. Ia malas mengeringkan dengan hair dryer. Matanya lekat menatap dirinya sendiri dari pantulan kaca.

"Mau bikin anget-anget" ucapnya lirih.

Tak lama ia beranjak, handuknya ia letakkan  diatas kepala menjuntai kebawah menutup kepalanya.

Ia sedikit kaget saat memasuki ruang tengah yang bersebelahan dengan dapur. Sosok kakaknya sudah duduk disana, menghisap rokok seperti biasanya.

"Kapan datang ?" Tanya Si Wanita.

"Sekitar 10 menit lalu. Tidak ada jawaban salam dan saat masuk aku mendengar suara air. Jadi, kupikir kamu mandi" jawab Si Lelaki.

Si Wanita melanjutkan langkah, "Yaa, aku mandi" ucap Si Wanita.

Si Lelaki tak membalas hanya menatap Si Wanita melangkah menuji dapur dan dapat silihatnya ia mengambil sebuah panci kecil dan mengisinya dengan air.

"Aku mau bikin minum. Kamu mau titip ?" Tanya Si Wanita tanpa menoleh.

"Jangan idupin dulu kompornya" ujar Si Lelaki saat melihat Si Wanita menaruh panci keatas kompor.

Mendengar itu, Si Wanita menoleh. Pandangan mereka bertemu. Ia dapat melihat kakaknya tersenyum kemudian melambai memberi kode untuk mendekat.

"Ada apa, Mas ?"

"Jangan idupin apinya dulu. Sini"

"Ngomong langsung kan bisa ?"

"Jangan sampe kupanggil namamu"

Si Wanita cemberut seketika mendengarnya, tanpa menjawab ia melangkah mendekat kakaknya. 

"Ada apa ?" Tanya Si Wanita saat berdiri didekatnya.

Si Lelaki menggeser duduknya lalu menpuk ruang kosong disampingnya, "Duduk" ucap Si Lelaki lalu menekan putung rokoknya ke asbak.

Si Wanita tau itu bukan permintaan, tapi perintah. Ia segera duduk kemudian bersandar. Handuknya jatuh kebelakang dan berakhir melingkar pubdak dan leher Si Wanita.

Si Lelaki masih melihat adiknya. Tak lama Si Wanita melirik ke arah kakaknya. Tangan kakaknya mendekat meraih handuk kemudian mengusap rambut setengah basah milik Si Wanita.

"Kenapa gak pake hair dryer ?" Tanya Si Lelaki.

"Malas"

Si Lelaki tersenyum, "Mau ngomong ?"

Si Wanita tak menjawab. Ditengah goncangan lembut dikepalanya ia menggeleng pelan.

Si Lelaki tersenyum dan mengganti usapan lembut tadi dengan sebuah tarikan lembut kepala adiknya mendekat kepadanya. Si Wanita menurut hingga kepalanya membentur pelan dada kakaknya. Dapat dirasakan oleh Si Wanita sebuah tangan melingkar melewati punggungnya dan satu tangan lagi mendekap kepala belakangnya yang masih sedikit basah. Sebuah usapan lembut telapak tangan bergerak naik turun.

"Sudah, sudah. Kamu sudah melakukan yang terbaik, Dek. Tidak usah dipikir" ucap Si Lelaki.

Si Wanita yang sedari menahan diri, mulai meneteskan air mata dan berteriak, reflek tangannya melingkar ke tubuh kakaknya dengan memeluknya erat sekuat yang ia bisa.

"Udahh, masih ada aku kok. Aku memahaminya" ujar Si Lelaki

Suara tangis terus terdengar, sesekali tangan kanan Si Wanita mengepal dan memukul dada Lelaki yang memeluknya. Tidak ada percakapan. Si Kakak mengambil peran yang diperlukan.


No comments:

Post a Comment