Di atas sebuah motor tua. Sepasang kakak beradik sedang berboncengan membelah keramaian jalan yang masih basah setelah diguyur hujan dua jam sebelumnya. Mereka baru saja meninggalkan Alun-alun kota. Sebuah balon di pegang oleh wanita yang duduk dibelakang. Tangannya terlilit sebuah tali yang mengikat balon tersebut supaya tidak terbang terlalu jauj terkena angin akibat kendaraan yang mereka naiki.
"Kamu laper ?" tanya Si Wanita berbicara sambil mendekatkan kepalanya ke samping kepala Si Lelaki.
Tanpa mengalihkan pandang dan sambil masih mengendalikan laju sepeda motornya, Si Lelaki menanggapi pertanyaan adiknya, "Kamu gak kenyang ?"
"Ha ? Kita makan terakhir tadi jam setengah satu siang. Sekarang udah setengah 9 malem"
"Iyaa sih. Tapi tadi di alun alun ?"
"Kan jajan"
"Sempol, cilor, onde-onde mini, bakpao, es jeruk"
"Terus ?"
Motor berhenti karena lampu merah, Si Lelaki menoleh sejenak melihat kearah adiknya, "Kamu belum kenyang ?"
"Kan itu dibagi dua bareng kamu"
"Tumben makanmu banyak" ucap Si Lelaki heran sambil mengalihkan pandang ke depan lagi.
Si Wanita mencubit perut samping lelaki di depannya. Si korban mengaduh sejenak.
"Tetep harus makan lagi!!" ucap Si Wanita dengan sedikit sebal.
Lampu hijau, motor tua yang mereka kendarai kembali berjalan. "Tapi aku ga mau nasi" respon Si Lelaki.
"Aku memikirkan hal yang sama"
"Yaudah apa ?"
"Indomie aja"
"Warmindo berarti"
"Gak"
"Terus ?"
"Kan katanya tadi mau nyusu"
Si Lelaki diam.
"Udah, ke tempat langganan seperti biasa. Disana kan jual indomie juga" lanjut Si Wanita.
Si Lelaki paham itu bukan tawaran. Ia memghela nafas sejenak lalu menuju lokasi yang dimaksud. Setelah melewati dua lampu merah dan memasuki sebuah jalanan kampung. Mereka sampai di sebuah bangunan dengan beberapa sepeda motor dan mobil yang parkir di sebelahnya. Si Lelaki memarkirkam motornya di tempat yang sama seperti lainnya. Kemudian melangkah menuju Kedai Susu Segar langgananya.
"Kamu duduk aja. Biar aku yang pesen" Perintah Si Wanita sambil menyerahkan balon yang didapat dari alun alun tadi.
Tanpa menjawab, Si Lelaki menerimanya dan duduk di tempat kosong. Tak butuh waktu lama Si Wanita datang dengan sebuah piring melamin.
"Kamu mau apa ?"
"Apanya ?"
"Cemilannya"
Mata Si Lelaki membulat sejenak, "Kamu sudah pesen mie ?" tanyanya.
Si Wanita mengangguk.
"Pesen berapa ?"
Adiknya menjawab dengan mengangkat jari telunjuk dan tengah tangan kirinya.
"Dan kamu masih mau nyemil?"
"Berisik!! temenin nyemil!!" ujar Si Wanita sewot.
Sejenak, Si Lelaki merasa memahami sesuatu. Sambil pasrah, ia memberi jawaban terserah pada adiknya. Tak lama kemudian Si Wanita menuju ke sebuah meja dengan berbagai macam camilan dan dominan jajanan model sate-satean. Setelah puas memiliha ia kembali duduk berhadapan dengan kakaknya dan menaruh piring berisi beberapa jajanan sate di antara mereka.
"Nih, dimakan" pinta Si Wanita sambil mengambil sebuah sate usus dari piring yang dibawanya.
"Aku tau kamu lagi stress sesuatu" ucap Si Lelaki sambil.meraih sebuah jajanan yanh dibawa adiknya.
"Kamu juga"
"Iya, aku juga"
"Kita butuh hal kayak gini juga kak"
"Apa bakal berhasil ?"
"Kamu dan aku sedang dalam posisi 'sudah berada pada batasnya', tidak salah dicoba"
Si Lelaki tak menjawab dan menatap heran wanita didepannya.
"Kamu sedang sulit melanjutkan hal yang kamu kerjakan kan ?"
"Iya sih"
"Aku juga sama"
"Tidak ada salahnya berhenti sejenak meski kita tidak bisa menyelesaikan apa yang membebani kita" ucap Si Wanita
Diwaktu bersamaan dua gelas besar berisi minuman berwana coklat datang dibawa oleh seorang pemuda. Selesai di letakkan, mereka berdua berterima kasih pada mas-mas yang mengantarkan minuman mereka.
"Susu coklat ?" tanya Si Lelaki.
Si Wanita mengangguk sambil tersenyum, "Kamu yang ngajari kan ?"
"Dan kamu masih bisa tersenyum ?"
"Itu juga yang kamu ajari"
Si Lelaki menarik ujung bibirnya, karena merasa lucu sebab perkataan adiknya benar.
"Malah kamu yang gak ngelakuin hal tersebut" lanjut Si Wanita.
"Kamu benar"
"Karena merasa kali ini berat lagi, ya ?"
Si Lelaki tertunduk melihat tusuk sate jajanan yang baru selesai ia makan. Kemudian ia menjawab "Banget"
"Punyaku memang gak seberat kamu. Tapi, kamu tetap harus tersenyum. Bukan untuk menyepelekan. Tapi untuk menormalkan"
Si Lelaki diam.
"Itu yang kamu pernah kamu ajarkan padaku. Saat ini aku hanya mengingatkan"
Si Lelaki memgangkat kepalanya, "Jadi saat ini kita bertukar posisi ?"
Si Wanita mengangguk.
Si Lelaki tersenyum dan hal tersebut membuat adiknya juga ikut tersenyum
No comments:
Post a Comment