"Haaaahhhhhh" desahan panjang terlontar karena rasa lelah dari seorang wanita. Kemudian wanita tersebut mengusap wajahnya pelan dengan kedua tangannya. Ia masih duduk bersila diatas sofa panjang diruang tengah dengan sebuah laptop dipangkuannya. Ia menoleh kebelakang, hujan deras yang tiba-tiba datang sejak kurang lebih tiga puluh menit sebelumnya semakin parah dengan hembusan angin kencang. Lalu, ia pindahkan laptop tadi ke meja yang ada di depan sofa. Si Wanita berdiri meregangkan badan dan kakinya. Tak lama kilatan cahaya menembus kaca jendela yang mengagetkannya. Reflek, ia menutup telinga. Bersiaga, dengan suara guntur yang biasanya mengekor dengan kilat tadi.
Benar saja, tak butuh lama suara menggelegar menggema. Begitu sudah hilang, Si Wanita melepaskan kedua tangannya dan meraih handphone yang ada diatas meja.
"Sudah jam segini, dan dia belum pulang" gumamnya sambil mengkhawatirkan kakaknya yang belum pulang dari tempat kerja.
Ia kembali duduk dan meletakkan handphonenya tadi di sebelahnya. Ia bersandar dipunggung sofa sambil menatap langit-langit. Mengingat suatu hal tentang semalam. Ia kembali menghela nafas sambil mendorong badannya kearah meja. Dicarinya sebuah note book diantara beberapa buku bacaan yang berserakan disana. Setelah dapat, ia menariknya dan mengambil sebuah pulpen disana. Tak lama, ia membuka sebuah halaman kosong dan menuliskan sesuatu.
Kita memiliki kuasa
Tapi kita tidak berkuasa
Atas langkah yang terlewati
Atas langkah yang terhenti
Mencari muara dari hujan yang membasahi
Si Wanita berhenti, karena mendengar suara motor tua masuk ke area rumahnya. Segera ia menutup buku tadi dan sedikit melempar keatas meja sambil berlari menuju pintu depan. Ia membuka pintu tersebut dengan terburu-buru. Lalu dapat dilihat kakaknya sudah memarkir motor di garasi kecil rumah mereka.
"Mas !!!" panggil Si Wanita sedikit kencang.
Si Lelaki yang masih berusaha melepas jas hujannya merasa terpanggil menoleh ke sumber suara.
"Kopi, teh apa susu coklat ?" tanya Si Wanita saat kakaknya menoleh.
Si Lelaki diam sejenak. "Apa ? Gak denger" teriak Si Lelaki karena kalimat kedua adiknya tidak bisa mengalahkan suata angin dan hujan yang sedang berlangsung.
"Mau dibikinin kopi, teh atau susu coklat ?!?!?!!!?" Si Wanita mengulang pertanyaannya dengan sedikit berteriak.
Si Lelaki membulatkan bibirnya, "Kopi aja!!!?!?!" Balas Si Lelaki sambil menaruh jas hujan yang baru dikenakannya diatas motor.
Si Wanita kemudian kembali masuk tanpa menutup pintu. Tujuannya adalah dapur. Segera ia memasak air dan menyiapkan gelas yang langsung diberi bubuk kopi.
Sambil menunggu air mendidih, ia bersandar di meja bar yang ada di dapur. Terdengar suara buka tutup pintu, Si Wanita menoleh. Dapat dilihat, kakaknya berjalan berjinjit dengan celana yang di tekuk sampai lutut. Kemeja putih yang dikenakan terlihat sedikit basah.
"Mau mandi air anget ?" tawar Si Wanita tiba-tiba.
Si Lelaki berhenti, menatap heran adiknya. Ia menjawab dengan gelengan.
"Yaudah, mandi dulu ganti baju" lanjut Si Wanita kemudian berbalik menengok air yang dimasaknya.
Si Lelaki masih diam, menatap wanita yang sedang menunggu air mendidih diatas kompor. Sebuah nama ia panggil, dan adiknya menoleh.
"Apa ? Tumben panggil pake nama ?"
Si Lelaki diam sejenak, Si Wanita menunggu.
"Tumben baik, mau nyaleg ya ?" tanya Si Lelaki dengan muka herannya.
Sebuah sendok langsung melesat ke arah Si Lelaki, tapi berhasil dihindari.
"Apaan tanya tanya gitu ?!?!?"
"Lah, abisnya tumben sikapmu gini"
"Ya, terus apa salahnya ?!!"
"Gak salah, cuma heran aja"
"Udah cepet mandi, kalo masih nyebelin ku siram dari sini!!!" balas Si Wanita sambil memegang gagang panci berisi air yang mukai memunculkan gelembung-gelembung kecil.
Melihat hal itu Si Lelaki reflek berlari ke meninggalkan adiknya. Si Wanita menghela nafas setelahnya. "Dasar!! Awas yaa!?!?" gumamnya sambil melipat kedua tangannya.
****
Dua puluh menit berlalu, Si Lelaki melangkah pelan menuju ruang tengah, sejenak ia berhenti memastikan kondisi adiknya. Terlihat Si Wanita sedang duduk di sofa. Posisinya miring sambil melihat hujan yang belum mereda di luar jendela. Sadar ada yang menatapnya ia menoleh.
"Itu kopimu" ujarnya sambil menunjuk sebuah gelas diatas meja dengan kepalanya.
Melihat hal itu Si Lelaki melangkah mendekat. Mejanya sudah sedikit rapi dari sebelumnya. Ia lalu duduk di samping adiknya.
"Punyamu mana ?" tanya Si Lelaki.
"Nanti aja"
Si Lelaki mengangguk beberapa kali, kemudian meraih helas dan menyesap kopinya. "Manis banget"
"Biarin, suruh siapa nyebelin"
"Yeee masih marah"
"Gak sih, cuma sebel"
"Beda tipis"
Si Wanita merespon dengan menendang kecil paha bagian samping kakaknya.
"Gimana kerjaan ?" tanya Si Wanita mengalihkan pembicaraan.
Si Lelaki melirik sejenak. "Lagi repot repotnya"
"Repot repotnya atau merepotkan diri ?"
"Ok, yang kedua" Si Lelaki menyulut rokonya, "Kamu juga kan ?" tanyanya setelah menghembuskan asap rokok.
"He'em" jawab Si Wanita sambil mengangguk.
"Kerjaanmu gimana hari ini ?" kini Si Lelaki yang balik bertanya.
"Ada perkembangan meski sedikit"
"Ada deadline ?" Si Lelaki mengubah posisi menghadap adiknya.
Si Wanita menggeleng, "Gak ada. Jadi masih bisa sedikit nyantai ngerjainnya"
"Dikit-dikit lama-lama jadi bukit"
Si Wanita tersenyum, "iyaa, hehe"
Si Lelaki hanya tersenyum kemufian mengusap pelan kepala adiknya. Kemudia ia menoleh melihat hujan diluar.
"Kehujanan dari mana ?" Si Wanita kembali membuka obrolan.
"Dari awal, bahkan sebelum ngidupin motor. Meski awalnya gak langsung deres" jawab Si Lelaki.
"Tapi deres sampe kesini ?"
"Iya, sempet keujanan dijalan bentar. Trus maksa pake jas hujan. Padahal gak suka pake jas hujan"
"Kalo gak gitu kamu gak bakal nerusin perjalan, karena opsinya harus berteduh"
"Kan bisa ujan-ujan"
"Nyari penyakit"
"Salah satu hobi kita kan merepotkan diri"
"Tapi gak gitu juga!?!" ujar Si Wanita sambil menendang kecil kembali kaki kakaknya dengan nada sedikit jengkel setelah mendengar ucapan kakaknya barusan.
Si Lelaki hanya terkekeh.
"Kamu kalo ada apa-apa kelihatan" ucap Si Lelaki.
"Kamu juga"
"Lah sama dong"
Si Wanita hanya merespon dengan menarik salah satu ujung bibirnya. Si Lelaki mengheleng pelan lalu meminum kopi milikya lagi dan dilanjutkan menikmati rokoknya.
"Kamu tahu ?" ucap Si Wanita, Si Lelaki menoleh menunggu lanjutan ucapan adiknya.
"Aku melihat seorang wanita semalam"
Pupil Si Lelaki seidikit membesar.
"Aku juga" ucap Si Lelaki.
Si Wanita menoleh ke Kakaknya. Terjadi keheningan beberapa detik.
"Tua" lanjut Si Lelaki.
"Muda" ujar Si Wanita.
"Beda ya"
"Tapi aku juga lihat kamu di tempat dan waktu yang sama" respon Si Wanita
"Wow, yang barusan juga sama"
Si Wanita tersenyum kecut. Memahami keadaan tersebut.
"Masih bingung ya ?"
"Aku ?" tanya Si Lelai sambil menunjuk dirinya sendiri.
Si Wanita menggeleng, "Kita"
"Yaaa, kita berada di posisi sama sama bingung. Tapi, sedikit berbeda" ujar Si Lelaki
"Kebingungan yang sama tapi beda"
Mereka berdua tertawa kecil setelah Si Wanita merespon barusan.
Si Wanita kembali melihat keluar jendela, kini dagunya dia tempelkan di atas punggung sofa. Tak lama kemudian, Kakaknya memeluknya. Ia sedikit terkejut akan hal itu, tapi ia membiarkannya. Tak butuh waktu lama, air matanya mengalir keluar sambil kemudia membalas pelukan kakaknya. Si Lelaki hanya mengelus kepala bagian belakang Si Wanita, mencoba menenangkan.
Entah berapa lama hal tersebut berlangsung, hingga perasaan Si Wanita sedikit mereda.
"Kak" panggil Si Wanita dalam dekapan kakaknya.
Si Lelaki masih mengelus kepala adiknya dan merespon, "Hmmm ?"
"Tumben baik, mau nyaleg ya ?"
Mendengar hal tersebut Si Lelaki mempererat dekapannya.
"Aduduh lepas!!!!?!?!" Si Wanita meronta berusaha melepaskan diri.
Si Lelaki langsung melepaskan adiknya, "Malah balas dendam" ujar Si Lelaki.
"Biarin" jawab Si Wanita sambil menyeka matanya, "Tapi, makasih"
Si Lelaki tersenyum, "Sama-sama" jawabnya lalu meminum lagi kopinya.
Kemudian, Ia menawari kopinya ke adiknya,. Si Wanita menggeleng. Melihat hal itu, Si Lelaki kembali meletakkan gelas diatas meja dan kembali menyulut rokok baru.
Sebuah nama disebut oleh Si Wanita, membuat Si Lelaki terpanggil dan menoleh.
"Tumben panggil nama, balas dendam tadi ?" tanya Si Lelaki.
Si Wanita menggeleng, "Aku pengen sesuatu"
"Apa ?"
"Pinjam telinga"
"Bisik bisik segala, disini cuma ada kita berdua"
"Ishhh!?! Pinjem telinga!?!?"
Si Lelaki memutar bola matanya, lalu mendekatkan telinga kirinya kepada adiknya. Si Wanita kemudian membisikkan sesuatu dan direspon dengan tawa kecil oleh kakaknya.
"Mau ya ?" ucap Si Wanita kemudian.
"Gitu aja pake bisik-bisik" Si Lelaki masih terkekeh.
"Biarin. Mau ya ?"
"Iyaaa"
"Yeaaayy, asyik !! udah lama" Si Wanita girang sambil bertepuk tangan kecil.
"Mandi dulu deh sana, nanti aku turutin" perintah Si Lelaki.
Si Wanita mengangkat kedua jempol tangannya. Lalau bergegas meninggalkan kakaknya.
Si Lelaki hanya menggeleng heran sambil menyedot asap rokoknya. Kemudian ia beranjak kedapur sambil membawa gelas kopinya yang masih terminum satu se per-empat gelas.
No comments:
Post a Comment