Tok...tok....tok....
Sebuah ketukan pintu terdengar sedikit menggema di sebuah rumah kecil. Seorang lelaki berjalan menghampiri pintu kayu dengan ukiran indah yang dilapisi plitur. Ia raih gagangnya dan kemudian membukanya. Ia bercakap-cakap dengan seorang pria berbaju dominan orange yang kemudian meminta tanda tangan Si Lelaki diatas sebuah kertas, setelahnya sebuah amplop di terima dari pria bersandang orange tadi. Sudah selesai, pria bersandang orange kabur dengan motornya.
Si lelaki masuk kedalam rumah lagi. Menutup pintu dan melangkah ke ruang keluarga sambil membuka lalu mengeluarkan isi amplop tadi. Ia lalu berhenti dihadapan sebuah meja kecil. Mata Si Lelaki masih terlihat serius sambil membaca tulisan dengan berbagai macam tinta di kertas yang terbungkus amplop tadi.
"Apa itu kak?" Tanya Si Wanita yang tadi membaca novel sambil tiduran di sebuah sofa panjang disana.
Si Lelaki tak menjawab.
"Oi!!!"
Sedetik kemudian, Si Lelaki duduk di sofa yang sama dengan Si Wanita setelah sedikit mengangkat kedua kaki Si Wanita untuk bisa dipangkunya. Selesai dengan itu, ia menyerahkan kertas tadi pada wanita yang sedang tiduran di sofa panjang yang juga didudukinya sambil memangku kaki Si Wanita.
"Apa ini ?" Tanya Si Wanita sambil mengambil kertas tadi setelah menaruh novel bacaannya diatas dadanya.
Si Lelaki tak menjawab lagi, hanya menyesap kopi hitamnya yang sudah sedikit,dingin. Si Wanita membaca kertasnya, beberapa saat kemudian ia tersenyum.
"Sialan kamu" ujar Si Lelaki tanpa menoleh ke arah Si Wanita.
"Lha, Kenapa ?"
"Kenapa kamu yang menonjol dimata mereka ?"
"Lah ya gak tau" Si Wanita masih mencoba menahan senyumnya.
"Harus ku coba lagi" ujar Si Lelaki.
"Udahlah, mas." Si Wanita menurunkan kakinya dari pangkuan Si Lelaki, kemudian duduk. "Akui saja kebenarannya !" Tambah Si Wanita.
"Itu kebohongan dek"
"Ya ampun"
"Kita sudah membagi tugas kita kan ?"
Si Wanita mengangguk.
"Haaaaah" Si Lelaki menghela nafas.
"Di coba beberapa kalipun kamu ga bisa melawan kenyataan, Bang"
Si Lelaki diam tak menanggapi, ia hanya membenamkan mukanya di kedua tangannya. Sedetik kemudian, Si Wanita mengelus rambut Si Lelaki.
"Ternyata memang cuma yaaa" ujar Si Lelaki masih membenamkan mukanya.
"Iya, memang cuma aku yang bisa begitupun sebaliknya" Si Wanita tersenyum masih sambil mengelus kepala Si Lelaki
Sebuah ketukan pintu terdengar sedikit menggema di sebuah rumah kecil. Seorang lelaki berjalan menghampiri pintu kayu dengan ukiran indah yang dilapisi plitur. Ia raih gagangnya dan kemudian membukanya. Ia bercakap-cakap dengan seorang pria berbaju dominan orange yang kemudian meminta tanda tangan Si Lelaki diatas sebuah kertas, setelahnya sebuah amplop di terima dari pria bersandang orange tadi. Sudah selesai, pria bersandang orange kabur dengan motornya.
Si lelaki masuk kedalam rumah lagi. Menutup pintu dan melangkah ke ruang keluarga sambil membuka lalu mengeluarkan isi amplop tadi. Ia lalu berhenti dihadapan sebuah meja kecil. Mata Si Lelaki masih terlihat serius sambil membaca tulisan dengan berbagai macam tinta di kertas yang terbungkus amplop tadi.
"Apa itu kak?" Tanya Si Wanita yang tadi membaca novel sambil tiduran di sebuah sofa panjang disana.
Si Lelaki tak menjawab.
"Oi!!!"
Sedetik kemudian, Si Lelaki duduk di sofa yang sama dengan Si Wanita setelah sedikit mengangkat kedua kaki Si Wanita untuk bisa dipangkunya. Selesai dengan itu, ia menyerahkan kertas tadi pada wanita yang sedang tiduran di sofa panjang yang juga didudukinya sambil memangku kaki Si Wanita.
"Apa ini ?" Tanya Si Wanita sambil mengambil kertas tadi setelah menaruh novel bacaannya diatas dadanya.
Si Lelaki tak menjawab lagi, hanya menyesap kopi hitamnya yang sudah sedikit,dingin. Si Wanita membaca kertasnya, beberapa saat kemudian ia tersenyum.
"Sialan kamu" ujar Si Lelaki tanpa menoleh ke arah Si Wanita.
"Lha, Kenapa ?"
"Kenapa kamu yang menonjol dimata mereka ?"
"Lah ya gak tau" Si Wanita masih mencoba menahan senyumnya.
"Harus ku coba lagi" ujar Si Lelaki.
"Udahlah, mas." Si Wanita menurunkan kakinya dari pangkuan Si Lelaki, kemudian duduk. "Akui saja kebenarannya !" Tambah Si Wanita.
"Itu kebohongan dek"
"Ya ampun"
"Kita sudah membagi tugas kita kan ?"
Si Wanita mengangguk.
"Haaaaah" Si Lelaki menghela nafas.
"Di coba beberapa kalipun kamu ga bisa melawan kenyataan, Bang"
Si Lelaki diam tak menanggapi, ia hanya membenamkan mukanya di kedua tangannya. Sedetik kemudian, Si Wanita mengelus rambut Si Lelaki.
"Ternyata memang cuma yaaa" ujar Si Lelaki masih membenamkan mukanya.
"Iya, memang cuma aku yang bisa begitupun sebaliknya" Si Wanita tersenyum masih sambil mengelus kepala Si Lelaki
No comments:
Post a Comment