Saya
sedang dilanda susah tidur akhir-akhir ini. Tersiksa sih, tapi biarkan. Saya
tak peduli dengan hal itu. Yah, seperti saat ini juga. Saya sedang mengerjakan
proyek saya yang berhubungan dengan tulis-menulis namun sedang bertemu dengan ‘gang
buntu’. Lalu saya tidak tahu harus apa. Mau melihat film atau anime, sudah
kehabisan stok. Mau menggambar sedang tidak ada ide, mungkin bertemunya ‘gang
buntu’ saat menulis tadi membuat ide menggambar saya menemukan permasalahan
yang sama. Entahlah.
Jadi saya
harus bagaimana ?
*Beberapa
waktu kemudian setelah menghabiskan lagu berjudul Boku No Uchiage Hanabi-JKT48*
Saya
ingin berbagi pengalaman seseorang yang saya tahu. Saya ingin mendongengkannya,
sedikit mungkin. Untungnya seseorang tadi tidak pernah keberatan jika
pengalamannya yang saya tahu ini di bagikan kepada orang lain. Dia lebih ke ‘tidak
peduli’ dengan hal tersebut, selama tidak merusak nama baiknya. Keren bagi
saya. Tapi saya di sini akan menggunakan nama samaran terhadapnya. Tidak perlu
susah, cukup mengambil dari nama saya yang keren, Adam Alfarisyi. Saya akan
menyamarkan namanya menjadi Aris.
Oh ya,
saat saya mendongeng saya akan mengganti kata ‘saya’ menjadi ‘aku’. Kenapa ?
entahlah, hanya ingin saja. Biar seperti rubrik soliloqui di buletin LPPM kampus,
dimana saya menjadi hantu didalamnya. Hm, sebentar lagi saya akan mendongeng. Jangan
di tertawai, saya tidak pintar untuk mendongeng. Jadi terima apa adanya saja
untuk para pembaca. Baiklah, mari kita mulai.
**
Entah
sudah berapa tahun aku mengenalnya. Jika mengetahuinya, mungkin lebih lama. Atau
mungkin aku belum mengenalnya sama sekali dan hanya mengetahuinya saja. Dia Aris,
seperti yang ku sebutkan tadi. Banyak hal yang aku lalui dari menjalani hidup
dan permasalahannya bersamanya. Aku bisa belajar banyak hal dengannya. Salah satu
orang gila yang pernah ku kenal. Silahkan berimajinasi sedniri tentang
pengertian ‘gila’ yang ku title-kan
padanya.
Seperti
manusia biasa. Ia pernah terlihat tersenyum, senang, terawa, sedih, menangis,
galau, bingung, marah dan lainnya. Seiring
berjalannya waktu ia mulai banyak perubahan. Terlihat dewasa, mulai dari
pemikiran dan gayanya. Tidak hanya raganya, ‘jiwanya’ juga mengalami perubahan
pastinya, ketertarikan di lawan jenis juga sudah mulai tumbuh. Sering sekali ia
bercerita banyak hal tentang apa yang terjadi dalam hidupnya. Sempat ia
bercerita bagaimana ia mudah sekal tertarik kepada lawan jenis. Sebuah tipe playboy kata orang. Namun setauku ia tak
pernah memiliki dua pacar atau lebih, selalu satu. Yah, jika anggapanku yang di
namakan playboy itu adalah orang dengan pacar lebih dari satu.
Ia
terlihat lebih santai dalam menjalani hidupnya. Aku hampir sering heran dengan
sikap santainya. Pernah dulu teman-temannya sibuk akan suatu hal dan seharusnya
ia terlibat di dalam hal yang membuat teman-temannya sibuk. Ia masih bisa
terlihat santai. Meski hal tersebut tak selamanya terjadi. Ia seirng mensupport
dan membantu orang lain. Entah kenapa aku melihatnya ia sering memiliki pikiran
yang optimis dan positif.
Pernah juga
ketika kita sedang nyangkruk,
mengobrol sambil join kopi dan
sebungkus rokok, aku menyinggung bagaimana perkembangannya dari dulu hingga
saat itu. Perubahan yang terjadi padanya yang intinya ia bisa disebut dengan
orang yang baik. Ia sedikit tersentak dan kaget tidak percaya. Lalu ia
menanyakan hal yang ku sebutkan tadi apa hanya saja pendapatku. Aku menggeleng.
Ya, yang ku bicarakan dengannya bukan hanya pendapatku namun juga pendapat
orang lain yang pernah ku dengar. Dia kemudian menggeleng sambil menghisap
nikmat rokoknya. Kemudian tertunduk. Aku hanya heran dan mengeluarkan sebuah
kata dan tanda tanya, ‘Kenapa ?’.
“Kamu
salah” ujarnya lalu memandangku yang duduk didepannya, “Kalian salah” tambahnya
lagi, lalu kembai menghisap rokoknya. Aku hanya diam bingung dengan ucapannya
barusan. Yang ku tangkap adalah cap ‘orang baik’ yang aku, dan lainnya berikan
merupakan kesalahan.
Lalu ia
bercerita banyak hal. Sambil menikmati rokok, semilir angin malam, indahnya
bintang-bintang serta secangkir kopi yang mulai mendingin. Setelah ia
bercerita, kali ini giliranku yang kaget. Menurutnya, ia bukan orang baik. Ia menggunakan
(mungkin sekitar) 90% hidupnya mulai sejak ia keluar dari masa anak-anak hingga
saat itu untuk berbohong. Kepada setiap orang yang di temuinya. Dan presentase
keberhasilannya dalam berbohong katanya lebih besar. Ia berhasil membuat
orang-orang melihat apa yang ingin dia perlihatkan. Membuat orang-orang
berfikir apa yang ingin orang lain fikir tentangnya. Aku sedikit kaget.
“Pasti
kamu berbohong saat ini” ucapku mencoba mematahkan ceritanya barusan.
Aris
menggeleng dan menjawab jika ia jujur untuk saat ini. Yah, sekalipun ia juga
berhasil dan sering membohongiku. Lalu ia tersenyum dengan hanya menarik ujung
bibir kanannya. Aku tahu maksud senyum itu. Lalu ia menegaskan jika ia bukan
orang baik, melainkan orang jahat. Orang jahat yang sudah banyak membohongi
orang-orang di sekitarnya. Termasuk aku.
Entah,
bagaimana bisa ia hidup selama ini dengan membohongi orang-orang. Aku sendiri
untuk berbohong sekali saja sudah seperti mempunyai tanggungan berat dan sudah kepikiran.
Dia sudah berapa tahun ? untuk kali ini keherananku benar-benar besar. Dan aku
tak tahu harus bagaimana menanggapinya. Ia kemudian berkata jika untuk
setelahnya terserah padaku. Apapun yang kulakukan nanti ia tak peduli, asalkan
aku tak membuat buruk namanya. Kemudian aku tak menjawab dan hanya diam sambil
menghisap rokokku dalam-dalam sambil menikmatinya.
**
Yaps,
terima kasih sudah menyimak. Sedikit dongeng dari pengalaman seseorang bernama
samaran Aris, hehe. Jika pembaca ada yang ingin menanggapi atau memberi saran
menururt doengeng diatas sangat di perbolehkan menulis di kolom komentar.
No comments:
Post a Comment