“Selamat bertmasya ke Jember di
masa lalu”
Sepenggal
kalimat diatas di berikan oleh penulis novel ‘Sang Patriot’, Irma Devita, di
lembar awal dan kemudian di tanda tangani oleh beliau. Yah, Alhamdulillah saya
bisa mendapatkan novel beserta tanda tangan penulis sekaligus saat bedah buku
tersebut di selenggarakan di Yogyakarta. Novel yang bisa di bilang menarik
karena terdapat unsur sejarah yang di hadirkan asli setelah melalui riset yang
memakan waktu selama satu setengah tahun.
Irma
Devita menyuguhkan tokoh kepahlawanan dari asli Jember, Letkol Mochammad
Sroedji, sebagai tokoh utama, dan juga beserta keluarganya. Beliau juga
menghadirkan pahlawan asli dari kota yang sama, Dr. RM Soebandi. Dalam novel
tersebut terdapat berbagai macam peristiwa yang di ceritakan penulis. Mulai dari
perjalanan hidup tokoh utama dan keluarganya, percintaan, hingga
pertempuran/peperangan saat para tentara Indonesia memperjuangkan bumi pertiwi
ini dari tangan penjajah.
Di
bagian prolog, penulis menghadirkan klimaks dari novel tersebut secara singkat
tapi menegangkan dan sedikit di taburi bumbu mengerikan. Memang, sepertinya
(bagi saya pribadi) hal tersebut efektif untuk membuat pembaca mempunyai
pertanyaan awal “bagaimana hal itu bisa terjadi ?” dan akhirnya menimbulkan
sebuah rasa penasaran untuk segera mengetahui cerita selanjutnya hingga sampai
akhir.
Novel
ini secara garis besar menceritakan kisah hidup ‘Sang Patriot’ dalam novel ini,
Letkol Mochammad Sroedji. Mulai dari kehidupannya dari kecil, remaja, hingga
bagaimana dia berjuang untuk menjadi seorang tentara hingga memperjuangkan
tanah air dan akhirnya gugur menjadi seorang Patriot asal kota kecil di sudut
timur pulau Jawa, jember.
Tidak
hanya itu, dalam novel yang menggunakan judul ‘Sang Patriot’ secara tidak langsung beberapa orang pasti akan
beranggapan “ini pasti tentang pahlawan” (pasti lah!!!), “lalu ini pasti penuh
cerita tentang perang” (oh, jelas !!!), “pasti ada cerita pembunuhan yang
sangat tragis” (jenenge wae perang lek !!)
dan hal yang tidak saya perkirakan disini adalah di dalamnya di isi dengan
cerita ber-aura pink, alias ‘lophe-lophe’ (hehe). Yap, meski tidak
banyak, Irma Devita menyuguhkan nuansa percintaan
orde lama yang di alami sang tokoh utama, Letkol Mochammad Sroedji dan
Rukmini istrinya.
Lalu,
meskipun penulis menokoh utamakan Letkol Mochammad Sroedji, tidak serta merta
sang pahlawan Jember tersebut mengambil alih setiap bagian cerita untuk menjadi
sorot utamanya. Ada beberapa cerita yang memaksa Rukmini beserta anak-anaknya
menjadi tokoh utama yang harus berjuang dengan caranya sendiri. Ada juga Dr. RM
Soebandi yang saat di kenalkan penokohannya di ceritakan sangat keren (bagi
saya). Selain itu, jalan ceritanya juga tidak selamanya tragis dan menyeramkan
dengan atar belakan perang. Penulis menghadirkan berbagai suasana, mulai dari
haru, senang, hingga cerita yang bisa membuat (saya) naik pitam dan juga tak
luput dari romantis sekalipun di hadirkan dalam berbagai cerita yang berbeda.
Namun
sayangnya, di berbagai cerita yang menghadirkan pertempuran/peperangan melawan
penjajah, penulis tidak menceritakannya secara mendetail. Hal itu memang wajar,
dalam bedah buku juga di sebutkan alasannya karena (jika tidak salah) hal
tersebut di takutkan dapat mempengaruhi mental pembaca di karenakan terlalu
kejamnya gambaran perang sesungguhnya yang di ceritakan secara mendetail. Tapi memang
bagi saya terbesit sedikit kecewa karena saya penyuka hal-hal action (siahhh!!), hehe.
Di
beberapa bab akhir mulai di ceritakan kronologi akan klimaks dari cerita yang
sebelumnya bersambung dengan prolog yang di sampaikan oleh penulis, tentang
bagaimana ‘Sang Patriot’ Jember gugur serta menjadi korban kekejian para penjajah
meski nyawa Letkol Mochammad Sroedji sudah berada di sisi Yang Maha Kuasa.
Novel
ini sangat ‘recommended’ sekali. Ini
dapat menjadikan jiwa nasionalisme kita meningkat, dan dapat memperluas
pengetahuan tentang sejarah Republik Indonesia juga, serta mengenalkan para
pahlawan asli bumi pertiwi kepada seluruh masyarakat negeri ini.
Novel 'Sang Patriot' dan Karya saya berjudul 'Tiga Hari Dalam Bara'
Sekarang pastinya sudah bisa bercerita ttg sosok yang ada di depan kantor Bupati Jember :)
ReplyDeleteSemoga semangat Sang Patriot bisa kita teladani bersama. Aamiin.. Terima kasih atas partisipasi dan reviewnya ya Adam...
Hehe, makasih ya mbak Irma :)
DeleteTerima kasih atas partisipasinya :)
ReplyDeleteMi-sami sam :)
DeleteAsyik Mas review sampean. Sungguh...
ReplyDeleteMakasih banget Pak Azzet :)
Deletekeren review nya .. semoga sukses terus yaa
ReplyDelete