Sunday, 23 June 2013

Saya Perlu Alasan



Jember, 23 Juni 2013

Begitu banyak kisah dan kenangan manis disana.
Saat tak berdekatan membuat aku rindu.
(Tamasya - Pulang)

Sekarang sudah mendekati akhir Juni. Saya cukup lelah beberapa hari ini karena kegiatan verifikasi untuk pendaftaran mahasiswa baru di salah satu universitas di Jogjakarta. Yah, mau tidak mau bolak-balik beberapa kali Jember-Jogja sebelum akhirnya nanti saya harus menetap disana beberapa tahun. Dan sebenarnya jika saya tidak ingin bolak-balik sih bisa saja. Menetap di Jogja samapai kegiatan pendaftaran ulang selesai, hanya saja karena ada beberapa hal yang sudah dijanjikan tapi di batalkan. Yah, bukan masalah besar sih. Lagi pula saya juga ingin membantu adik-adik saya untuk persiapan acara tahunan organisasi, Ekspedisi.

Ekspedisi sendiri adalah sebuah kegiatan yang di adakan rutin setiap tahun, yaitu sebuah pendakian gunung untuk meraih puncaknya yang harus diatas 3000 mdpl (meter di atas laut). Kenapa diatas 3000 ? saya juga tidak tahu, yang saya tahu hanya itulah yang di infokan oleh senior sebelum saya. Yah, saya jadi teringat satu dan dua tahun lalu dimana saya menjadi seksi sok sibuk dalam acara itu. Saat itu karena saya masih menjadi pengurus harian. Itu masa yang lucu jika di kenang. Apalagi saat pendakiannya. Haha, rindu dengan itu semua.

Ha~h, setiap kali seperti ini selalu saja sedih. Amarah yang sudah saya coba pendam di dalam hati lagi-lagi mengamuk meminta keluar dari lubang kuburannya layaknya zombie. Dan lebih sering amarah itu keluar semua, tidak hanya amarah karena kejadian sebelum ramadhan tahun lalu. Semua amarah keluar dan merasuki hati saya. Saya kehilangan kendali hati saya. Pada akhirnya sayapun melampiaskan pada diri sendiri jika tidak saya kembali mencoba menggali lubang di hati saya dan berusaha memendam kembali amrah-amarah yang keluar itu. Hehe, saya pemarah.

Hehe, pada akhirnya saya membicarakan masalah ini lagi. Mimpi saya yang dihancurkan. Yah, mimpi saya tentang mendaki sebuah gunung. Ada beberapa teman saya yang tidak memepercayai kalau saya sudah tidak kuat. Saya hanya tertawa menanggapi hal tersebut. saya sendiri sebenarnya tak tahu saya kuat atau tidak. Saya sekarang merasa tidak kuat. Dan jika saya lihat dari dua pendakian yang telah saya lakukan memang sepertinya saya kalah kuat untuk mendaki dari pada dulur-dulur saya yang lain.

Sering juga salah satu dulur saya mengajak saya mewujudkan mimpi saya tadi. Tapi saya menolak. Saya tidak cukup pintar untuk bisa lolos dari hal buruk. Dan saya memutuskan untuk berhenti melangkah dalam perjalanan menggapai mimpi tersebut. Diam, hanya melihat ketinggian yang memang sepertinya terlalu tinggi untuk diraih. 3676 Mdpl memang sepertinya terlalu tinggi. Karena itu saya memutuskan untuk berhenti melangkah. Tapi saya munafik.  Sejujurnya saya masih ingin melangkah. Dan saya perlu alasan kenapa saya harus melangkah lagi menggapai ketinggian itu. Saya perlu alasan jika harus bertaruh dengan kemungkinan terburuk mendominasi. Saya perlu alsan untuk kembali mendaki.

2 comments:

  1. Bagaimana kalau alasannya adalah untuk mengalahkan diri sendiri?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bagus bun :D
      tapi entah kenapa saya sudah measa kalah telak dari diri saya sendiri :D
      makasih jawabannya ;D

      Delete