Thursday, 30 August 2012

Merevisi Tentang "Pensiun Mendaki"


Jember, 31 Agustus 2012

Sedari selasa kemarin, telinga dan pikiran saya serasa di penuhi dengan cerita dari dulur-dulur saya yang melakukan pendakian ke Semeru yang tak dapat saya ikuti. Orang pertama yang cerita kesaya adalah Wanda. Meskipun dia tidak tergabung dalam organisasi OPA di sekolah, tetapi ia sering mengikuti kegiatan  kami dan terkadang lebih membantu dalam sebuah acara. Dalam pendakian kemarin ia ikut ambil bagian, saya tidak dan sudah di jelaskan dalam postingan saya sebelum yang ini.


Dan tadi waktu latihan rutin selesai, seperti biasa kami selalu berbincang-bincang ria di tengahi guyonan bersama alumni dan anggota. Kebetulan juga ada Wanda, alumninya Mas.BJ dan Mbak.Qiqi serta alumni muda yang berasal dari angkatan sediklatan dengan saya Talang dan Beruk. Di antara kami yang berkumpul di sana hanya Wanda, Mas.BJ, Talang dan salah seorang anggota baru dari kelas satu bernama Kharis. Saat itu lebih bisa di bilang bercerita tentang perjalanan kemarin dari pihak terkait. Namun Kharis lebih banyak diam. Dan ketika salah seorang nyelatuk tentang saya yang akan pensiun dalam urusan mendaki, Mas.BJ meyakin dan mengenyek dengan gayanya sendiri. Saya menjawab dengan ucapan tante saya dengan sedikit revisi, “Aku dikongkon pension karo ibuk mbek tante ku mas. Saya di suruh pension sama tante dan ibuk saya mas”. Kemudian mereka kemali bercerita. Kuping terpasang tapi tak ada yang masuk ke otak cerita mereka.

Pikiran saya melayang, mencoba kembali mengingat masa-masa di mana Tante dan Ibuk saya menyuruh saya pensiun. Saya kembali mengingat kata-katanya. Dan mencoba mengoreksi kembali. Saya dapat menangkap satu hal. Itu adalah sebuah kalimat perintah. Dan saya pernah mendengar sebuah kalimat berbunyi “Laksanakanlah perintah yang di berikan selama itu baik untukmu, dan buang perintah yang merugikanmu”. Dan dari perenungan tadi, saya menarik kesimpulan bahwa perintah tadi merugikan saya, hahahahaha. Jadi kemungkinan saya tidak akan menghiraukan perintah itu.

Yah, semoga saja di beri kesempatan untuk mendaki lagi, dan masalah perizinan saya mempunyai cara tersendiri untuk mendaptkannya, ha ha ha ha #DevilSmile. Untuk postingan sebelum ini yang berjudul Ketika Terpaksa Pensiun Mendaki seharusnya it berjudul Ketika Disuruh Pensiun Mendaki, tapi biarlah sudah menjadi hak ciptanya begitu.

Tuhan, jalan dalam permasalahan ini Kau telah terangkan meski hanya berupa secercah cahaya, Terima Kasih. Dan aku masih berdoa semoga Kau memberikan cahaya-Mu untuk menyinari semua.

7 comments:

  1. Selamat ya Mas Adam gak jadi pensiun dini sebagai seorang pendaki hehehe

    ReplyDelete
  2. Pensiun mendaki gunung ora masalah sam, tapi jangan sampai pensiun dari pencinta alam. Karena pencinta alam itu kontraknya seumur hidup.

    ingat pencinta alam itu bukan pendaki gunung loh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sip sam ..
      Mendaki cuma hobyy sam ..
      selama saya hidup saya akan berusaha menjaga sebuah kelestarian lngkungan yang apik .. :)

      Delete
  3. jadolah pencinta alam sejati mas adam, ojok setengah2

    ReplyDelete