Jember, 28
Agustus 2012
Sudah sepulh hari ini
blog ini saya telantarkan. Memutus hubungan dengan dunia maya dan meninggalkan
segala kabar yang ada di dunia maya. Jika ada ang bertanya kenapa ?? saa akan
menjawab dengan dua alasan. Pertama, gratisan modem habis pas di hari
keberangkatan saya mudik yang juga bertepatan dengan hari kemerdekaan RI lagi
pula di rumah nenek saya jarang mendapatkan sinyal. Kedua, warnet bisa saya jumpai puluhan kilometer dari rumah
nenek saya yang termasuk dusun yang belum begitu terjamah dengan dunia maya
meski beberapa penduduk sana sudah mengerti dan paham akan itu.
Seperti halnya tradisi
saat lebaran, ada dengan kumpul bersama keluarga di sebuah dusun di Kota
Kediri. Ada juga tradisi makan ketupat lebaran dengan berbagai macam lauk yang
di sediakan. Dan yang terlebih menarik lagi, pasti akan dapat banyak pemasukan
di kantong dalam hal itu. Yah, entah tradisi dari mana membagikan beberapa
hartanya kepada-anak-anak yang berkunjung ataupun saudara sendiri. Tapi
biarlah, buat apa protes, toh saya juga kecipratan.
Dalam suasana lebaran
aku mengingat sebuah acara yang sempat hamper saya ikuti. Sebuah pendakian,
tapi terkadang saya menyebutnya dengan penenangan. Yah, hoby baru yang membuat
kecanduan sejak menggeluti dunia Arek PA.
salah satu hal yang bisa tenangkan saya dari segala beban dan pikiran yang
di derita. Salah satu cara yang bisa tenangkan sebuah kedepresian yang melanda.
Hanya saja saya masih belum punya perlenkapan mendaki mandiri dan saya
berkeinginan mempunainya meski tidak semuanya. Dan dengan sebuah tekad itu saya
bermimpi bisa mendaki gunung saat saya memerlukannya asalkan dalam waktu luang,
tanpa memusingkan peralatan yang di butuhkan.
Di rumah nenek banyak
yang saling bercerita. Dan yang lebih sering adalah saya yang di ceritakan, dan
hoby mendaki serta style saya yang menjadi Trend
Topic. Mulai karena sayamempunyai rambut yang katanya gondrong
sampai yang pakaian-pakaiannya gak ada yang baru dari beberapa tahun lalu hingga uang kiriman
saudara-saudara yang seharusnya bukan untuk mendaki saya gunakan untuk mendaki
ataupun membeli peralatan atau perlengkapan pendakian. Dan yang paling
memperhatikan adaalah tante yang juga adik ibu saya. Selalu saja membahas
tentang kedua itu ketika berkumpul.
Hingga akhirnya, hari
dimana tante saya dan suaminya akan pulang ke Ponorogo di karenakan masa cuti
sudah habis. Di akhir salaman saya dengan beliau, tante memberikan sangu
lebaran untuk saya dengan nominal yang bisa di bilang banya buat saya. Pikiran
saya langsung melayang ke beberapa peralatan pendakian yang saya butuhkan. “Jika untuk membeli carier atau sepatu track
masih bisa dengan menambahkan beberapa uang tabungan saya” batin saya.
Kemudian beliau bilang, “Uangnya gak
boleh buat naik gunung ataupun beli barang yang berhubungan dengan naik gunung lho”.
Mendengar itu mimik wajah saya berubah dan beliau menyadarinya kemudian berkata
“Wongan, kamu punya penyakit katanya
ibumu, sering sakit dadane juga sering sesak nafas kok yo sek mau naik gunung,
lagi pula sudah kelas tiga, mikir sekolah sama kuliah terus masa depane ndak
usah naik-naik gunung, pensiun wes”. Aku hanya tersenyum mencoba
menampakkan mimic wajah yang baru saja salah tingkah dan kebingungan tentang
apa yang di maksud penyakit dan sesak nafas.
Kemudian beliau memanggil ibu saya dan memberitahukan percakapan yang baru saja
terjadi. Ibu meresponnya dengan sebuah pernyataan yang setuju dengan tante saya
beserta alasan-alasannya. Yang intinya saya harus pension di dunia pendakian.
Setelah kejadian itu,
aku berjalan dengan mencangklong tas
kecil melewati pekarangan belakang rumah nenek kemudian menembus sedikit
belantara bamboo hingga bertemu sebuah petak sawah kering yang di tumbuhi
beberapa pohon kates selutut. Di sana aku duduk menmbakar ujung rokok yang ada
di dalam tas dan kemudian menikmatinya bersama hembusan angin, suara dedauan
berbagai pohon yang bergesekan dan rengekan pohon-pohon bamboo di belakangku.
Merenungkan sebuah pertanyaan, dan mencari jawaban atas apa yang di tanyakan
dalam sebuah perenungan.
“Arah
hidupku yang terakhir telah hilang, kemana langkah ini akan melangkah lagi.
Salah satu cara bersih untuk memblock sebuah kedepresian telah di larang,
haruskah ku kembali ke cara hitam. Tentang sebuah penyakit yang mereka jadikan
alasan, dari mana dia kudapatkan.. Tuhan, tentang doa-doaku di masa itu, saat
itu dan saat ini apakah Kau mendengarkan ??”
kalo dadanya sering sakit mungkin rokoknya di kurangin *sok nasehatin ya saya :D
ReplyDeletegak apa-apa bun,
Deletegak ada salahnya kok nasehatin orang :D
wkwkwk, aku yo arek PA, tapi g isok mandek PA jeh
ReplyDeleteseng penting tekan arek PA iku duduk munggah gunung tapi bagaimana kita mencitai alam dengan benar
sip kui pernyataane, like that (y)
Deletelek munggah gunung hoby sam, mbek di gawe obat rekenane *bingungkah ??
haha :D