Jember, 12
Agustus 2012
Dulu, ketika saya masih
belajar di Taman Kanak-kanak, saya sangat ingin sekali memelihara binatang yang
termasuk binatang rumahan sejenis kucing atau burung. Namun setiap meminta ijin
selalu tidak di restui oleh ibu saya. Dengan berbagai alasan yang sudah saya
lupa sekarang beliau menolak keinginan saya. Yah, apa daya seorang anak kecil
jika keinginannya tidak dituruti. Menangislah saya.
Suatu ketika Almarhum
Kakek saya dari Kediri mengunjungi saya dan ibu saya di Jember. Beliau datang bersama
istri yang juga nenek saya. Ah, betapa senangnya mereka datang. Pada saat itu
masa liburan, jadi saya bisa bermain bersama mereka berdua seharian kalau tidak
ya melihat televise dirumah atau terkadang sekedar jalan-jalan kepasar. Di hari
terakhir kunjungan mereka, kakek saya bilang kalau ingin memberi saya hadiah. Layaknya
anak kecil yang dapat kejutan (padahal masih kecil waktu itu) saya
melompat-lompat kegirangan. Lari sana, lari sini. Hingga akhirnya beliau mengajak saya pergi ke
toko ibu saya. Sesampainya di sana beliau berbicara sebentar dengan ibu dan
kemudian mengajak saya kembali meninggalkan toko ibu saya bersama nenek yang
memilih untuk tetap disana. Kami berdua menyusuri pasar yang ramai. Hingga kakek saya berhenti di sebuah keramaian
bapak-bapak penjual beberapa hewan ternak. Saya bingung tujuan kakek di sana,
beliau bercakap dengan seorang penjual yang di sebelahnya terparkir sepeda
motor yang di jok belakangnya terdapat kurungan burung merpati. Saya tak dapat
mendengar pembicaraan mereka karena keadaan di sana ramai sekali, banyak orang
yang tawar menawar harga hewan yang di belinya, terkadang terdengar suara ayam
berkokok (padahal sudah siang) atau suara kambing.
Kulihat kemudian kakek memberi
si penjual ini beberapa lembar uang. Kemudian kakek di beri sebuah kurungan sederhana yang berisi dua
merpati. Satu berwarna abu-abu dengan terdapat goresan gelap dan hijau
mengkilap, satu lagi berwarna putih dengan terdapat warna di leher abu-abu. Dia
lalu memberikannya kepadaku. Wah, saya dapat hewan peliharaan. Saya sangat
senang pada saat itu, apa yang saya inginkan menjadi kenyataan. Kemudian, kami
pulang untuk menaruh merpati tersebut di rumah. Sesampainya di rumah, kakek
menggantungkannya di depan pintu belakang rumah. Kemudian mengambil
barang-barang bawaannya bersama nenek untuk berangkat pulang ke Kediri. Setelah
selesai kami kembali ke Toko dengan menaiki becak. Sesampainya di toko, kakek
dan nenek berpamitan pada ibu. Ibupun mengantar bapak dan ibunya ke tempat
pemberhentian bus di dekat sana bersama saya. Tak lama sesampainya bus datang
untuk mengantarkan kakek dan nenek saya tersebut kembali ke Kediri.
Kami kembali ke toko,
namun aku langsung saja meinta uang untuk membeli pakan merpati yang kata ibuku
adalah beras jagung. Dibelikanlah saya seplastik beras jagung saya menerimanya
dan langsung lari menuju rumah. Sesampainya, saya langsung mengambil kursi dan
meraih sangkar merpati tersebut dan member makan mereka dengan beras jagung. Sambil
tengkurap saya melihat mereka mematuk satu persatu beras
jagung yang saya taburkan hingga akhirnya saya ketiduran.
Saya di bangunkan oleh
pengasuh saya Mbok Mat. Hari sudah hamper senja. Kemudian di bertanya tentang
merpati tersebut, saya menjawab sesuai pertanyaan. Kemudian, aku di suruh untuk
segera mandi. Tapi, bukan membuka baju namun saya membuka pintu sangkar merpati
tersebut dengan niat membawa mereka dan juga ingin memandikannya. Saya merogoh
salah satu dari mereka tapi yang satu terbang keluar, saya berteriak pada Mbok
Mat untuk meminta tolong menagkapnya. Belum sampai beliau datang, merpati yang
satu juga terbang bebas keudara. Hanya tinggal yang berwarna putih masih
berjalan-jalan di depan saya. Saya reflek menagis sejadi-jadinya, Mbok Mat
datang dan mencoba menangkap Si Putih namun gagal. Si Putih akhirnya terbang
bebas di udara dan menghilang bersama teman sesangkarnya sebelumnya. Setelah itu,
saya menangis sepanjang malam karena kehilangan kesempatan memelihara merpati
pemberian kakek saya.
Ha~h, seandainya kedua
merpati itu masih saya miliki pasti sudah saya ajarkan untuk mengucapkan Happy
Birthday pada Maru Bunny Town (emang mereka burung beo #plak) hehehe
NB :
Sumber gambar dari www.Google.Com
kunjungan perdana..
ReplyDeletematur tengkyu :)
DeleteDirelain aja merpatinya syukur2 mungkin kali aja mereka sudah bebas, tapi setahu saya merpati itu akan balik ke tempat sebelumnya lho, coba di cek, oh ya sekalian ikut mengucapkan met ultah saja yah
ReplyDeletehaha ..
ReplyDeletekatanya sih begitu kang ..
tapi di tunggu-tunggu gak dateng-dateng :D
matur tengkyu apresiasinya kang :)
mungkin merpatinya dah terbang ke Argopuro sam hahaha
ReplyDeletemungkin sam, tapi kalo ke sana kok gak ketemu saya waktu pendakian ya ??
Deletehahah
habitatnya burung adalah terbang di alam bebas.. :))
ReplyDeleteterimakasih sudah berbagi cerita ya, salam kenal :)