Jember, 24 Juni
2012
22
Juni 2011
Suara adzan
membangunkan saya dari masa peristirahatan saya. Cukup kaget awalnya mendengar
suara adzan di Cisentor. Ternyata itu suara alarm dari handphone alumni saya. Tak
lama setelah itu, masih dalam posisi tidur, saya mendengar beberapa suara
lainnya mulai dari suara pertanda akan datangnya sebuah kereta hingga alarm
dari jam tangan. Beberapa orangpun mulai menyusul untuk tersadar dari tidur
mereka, dan segera membangunkan yang lainnya untuk segera bersiap menuju
puncak.
Yah__pukul 01.00 WIB,
kelompok kami sudah bangun semua, dan segera bersiap untuk menuju puncak, sebelum
itu, pembagian tugas lagi, beberapa orang mengambil air untuk bekal minum
selama perjalanan, dan ada yang membuat kopi dan teh, yang nantinya akan di isi
kedalam botol, dan sisanya mempacking bahan makanan kedalam daypack yang akan
di bawa e puncak.
Seitar pukul 02.00 WIB,
semua sudah bersiap. Dengan segera kita membuat lingaran dan berdoa bersama. Setelah
selesai kami langsung mengambil langah untuk menapaki jalan setapak dengan
bantuan beberapa senter yang di bawa dan sebuah lampu badai sebgai penerangan
jalan setapak. Sam.Agrie tinggal di camp untuk menjaga camp dan barang-barangnya.
Saya mengambil posisi 2 dari belakang. Sepanjang perjalanan tidak banyak
percakapan yang terjadi di antara kami, hanya terkadang trdengar peringatan
dari saudara yang di depan jika ada ranting/akar pohon ataupun batu yang
menghadang jalan setapak.
Hawanya cukup dingin,
sekitar 10 menit berjalan akan di hentikan untuk istirahat sejenak. Dan yang membuat saya bingung saat itu adalah
kenapa tenggorokan saya selalu kering, padahal saya sudah banyak minum. Entahlah,
aku hanya bingung saja. Tak lama kemudian saya kebagian membawa daypack berisi
makanan dan beberapa minuman yang tadi di siapkan di camp, dan sekiranya kami
sudah cukup untuk istirahat kami melanjutkan perjalanan. Tak terasa, melihat
langit timur sudah terlihat secercah cahaya jingga meski hanya sedikit dan
perseddiaan air semakin menipis.
Tak lama setelah itu,
kami sampai di sebuah padang savanna yang di panggil rowo embik (rawa kambing). Di sana kami istirahat sejenak dan
beberapa orang di antara kami pergi ke aliran sungai kecil yang ada di dekat sana
untuk mengisi air. Yah___ternya serngingi
pagi sudah semakin menunjukkan esistensinya di langit timur. Dan untunglah
ada kenangan yang di ciptakan di sana, hehe.
Setelah saudara yang
tadi mengambil air kamipun melanjutkan perjalanan di karenakan mathari sudah
mulai berani membuyarkan warna hitam
langit malam. Yah___setelah melewati savanna kami mulai memasuki rimba pepohonan
(entah itu pohon cemara, pinus atau pohon yang lain saya tidak sempat bertanya)
yang tak begitu rapat. Dan di ujung dari rimba itu di sambutlah kami dengan
padang edelweiss dengan beralaskan rumput yang kecoklatan. Yah, sayangnya hanya saudara saya, Njegider,
yang bisa menciptakan kenangan dengan tempat itu.
Njegider, Photo Take by : Sam.Johan
Yah___setelah itu,
selama perjalanan kami di manjakan dengan bunga-bunga edelweiss yang lebih
sering menemani perjalan ami menyusuri jalanan setapa menuju puncak.
Ohhh___Indah sekali. Setelah lama kami bejalan, ahirnya sampailah kami di bawah
Puncak Sejati Argopuro. Terlihat beberapa saudara saya sudah berusa menapaki
jalan yang menuntun mereka menuju puncak. Yang tertinggal tinggal saya, Beruk,
Talang, Sam.Ilham, Sam Johan dan Sam.Rosy. sayangnya Sam.Rosy tidak dapat
menuju Puncak Sejati Argopuro di karenakan beberapa hal. Dan setelah selesai,
kami ber-5 mulai menapaki jalanan berbatu untuk mencapai Puncak Sejati
tersebut. Dan akhirnya, kami sampai di puncak tersebut. Ahh__betapa indahnya,
sejauah mata memandang lebih di dominan lautan awan. Saat itu saya mengerti,
mengapa beberapa alumni saya menyebut Puncak sebuah gunung merupakan negeri di
atas awan, jadi karena itu saya benar-benar terpana akan Anugrah Ilahi itu. Segera
kami membentuk lingkaran dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bagimu Negeri dan
Syukur lalu kemudian mengucapkan syukur telah berhasil menginjak daratan
setinggi 3088 Mdpl.
Setelah semua kelar,
saatnya menciptakan kenangan di tempat itu, tempat yang indah sekali J
Setelh kelar segala
acara jeprat-jepret yang ada di sana, kami segera turun menyusul Sam.Rosy yang
menunggu untu menuju Puncak Rengganis. Selama perjalanan masih saja sang Edelweiss
ramah menyapa kami dengan keindahannya yang semakin lama tersinari cahaya
mentari pagi. Cukup dekat perjalanan ke Puncak Rengganis, jadi tak perlu waktu
lama kami menuju kesana. Ternyata Puncak Rengganis berbeda dengan Puncak
sebelumnya. Rengganis merupakan puncak yang didominasi dengan batuan dan jarang
terlihat tanah. Konon puncak tersebut merupakan tempat bersemayamnya Dewi
Rengganis yang juga terdapat candi yang trkubur di sana. Dan, Edelweiss juga
masih menyapa kami di sana. Tempatnya lebih indah dari Puncak Argopuro, landscape-nya lebih dapat.
Yah____bingung mau menggambarkan, langsung saja ke fotonya dah …… (hehehe)
Edelweiss Di Puncak Rengganis
Saya, hehehe
Cukup lama kmai berada
di sana, menikmati makanan yang di bawa dan minuman kemenangan (Fanta dan Coca-Cola), Rokok nikmat
yang sengaja di persiapkan untuk Puncak (Marlboro),
menikmati keindahan Landscape dan sepoinya anginyang menerpa raga yang sedang
berada di Puncak tersebut. Apalagi di nikmati dengan lagu Tamasya-Edelweiss yang
Sam.Novan putar lewat handphone-nya. Akhirnya sekitar pukul 09.00 WIB kami
turun dari puncak itu. Sedikit rasa kecewa terbesit dalam hati saya dan
berharap bahwa suatu hari nanti saya bisa kembali ke tempat itu.
To
Be Continued…….
SALAM
LESTARI
Wah udah lama ga naik gunung nih saya, terakir gunung pendek krakatau. hehe.
ReplyDeleteevent ngeblog: menulis di blog dapet android, ikutan yuk!
wah ..
Deletepadahal krakatau salah satu gunung yang "Most Wanted" untuk di daki sam :D
yang paling mantap dari sebuah trip adalah foto2nya.. :D
ReplyDeleteitu benar mas ..
Deleteserasa abadi di tempat itu mas kalo di foto :D