Jember, 23 Juni
2012
21
Juni 2011
Terbangun di pagi
cikasur, ternyata udah ada beberapa orang dari kelompok saya ternagun dahulu.
Segera saya mengumpulkan nyawa dan mulai bangkit keluar dari tenda.
Wah___dinginnya maih terasa, matahari mulai bersinar mei masih enggan menembus
kabut pagi cikasur. Mungkin saat itu masih pukul 05.30 WIB, dan dingin menembus
kulit saya yang memaka aya menyilangkan tangan berharap dapat memberi sedikit
kehangatan. Terlihat beberapa orang sudah menimbulkan asap yang menandakan mereka
sedang memasak. Dari kelompok saya masih ada yang tertidur dan sebagian duduk
di pondasi bekas bangunan belanda. Momen yang pas untuk menciptakan sebuah
kenangan di sana, hahaha.
Semakin terik sinar
mentari menyinari rerumputan coklat cikasur. Kabut pun semakin menyerah untuk
berusaha menghalangi sinar sang surya. Satu persatu yang sebelumnya tadi
terlelap dalam mimpi mereka semakin tersadar dan keluar dari tenda. Terlihat
dari kelompok lain sudah menyantap hidangan yang sebelumnya di masak. Dan kami
pun mulai membagi tugas seperti biasanya, saya masih sibuk dengan buku yang
selalu di bawa untuk mencatat jadwal perjalanan yang telah di lalui. Seperti
biasa, setelah selesai, saya langsung bergegas membantu saudara yang lain. Saat
itu saya kebagian memasak lauk-pau untuk sarapan sebelum berangkat. Setelah selesai, sayapun mengajak beberapa
saudara saya untuk membersihkan diri di aliran sungai kecil cikasur. Air dingin
dan segar mulai membasahi muka saya dan terlihat beberapa saudara saya sibuk
memetik Arnong (selada air) yang
tumbuh hijau di sana. Ketika semua beres, kami kembali menuju tempat camp, di
tengah perjalanan saya melihat sesuatu bergerak di antara ranting-ranting pohon
yang sedikit jauh dari jalan setapak yang kami lalui. Awalnya saya mengira itu
sebuah lutung dan mengabari yang saudara saya yang sedang
focus di jalan setapak yang sedang di lalui. Kemudian saya meminjam handphone
yang Ngeden, bawa untu
memngabadikannya, setelah sediit saya dekati ternyata itu sebuah burung, burung
Merak. Sayang, momen itu tak dapat di abadikan dengan jelas, di arenakan
keterbatasan kamera handphone dan sang Merak keburu kabur duluan. Dengan
sedikit kecewa saya kembali ke camp dan kembali membantu yang lain memasak
sebisa saya.
Yah___setelah berhasil
menyelesaikan semua hidangan, kini saatnya menyantap makanan. Terlihat
rombiongan dari kelompok tetangga, sudah memulai perjalanan mereka, dan
ternyata ada seorang yang tinggal untuk menjaga camp. Setelah selesai mengisi
perut, saatnya kembali membagi tugas seperti biasa. Sempat, terdengar
percakapan antara Sam.Ilham dengan seorang yang tinggal untu menjaga camp
tetangga selagi teman-temannya berangkat, ternyata merea tidak meneruskan
langsung untk ke Bremi, melainkan kembali ke Baderan.
Setelah semua persiapan
selesai, akhirnya kami kembali berangkat menuju camp selanjutnya, Cisentor.
Terik matahari pukul 11.00 WIB menyinari perjalan kami membelah padang rumput
yang menutupi jalan setapak. Setelah sekian lama perjalanan kami menyusuri
padang savanna, akhirnya kami kembali lahi bertemu dengan rimba yang di
kelilingi pohon-pohon tinggi. Kembali kami menyusuri rimba demi mencapai tempat
camp selanjutnya. Yah___di kala kami menapaki jalan setapak yang terdapat
tebing berlumut dengan warna hijau segar yang mampu mempesona saya akan
keindahannya. Seketika di depan berjalan sepasang suami-istri yang berjalan
berlawanan arah dengan kami, kemungkinan mereka baru dari puncak. Dan
alahamdulillah sempat di jepret oleh
salah seorang alumni.
Setelah beberapa jam
menyusuri jalan setapak dan akhirnya kami sampai di camp Cisentor sekitar pukul
15.30 WIB. Seperti biasa, kami langsug membagi tugas mendirikan tenda dan
mangambil air. Setelah semua selesai, saya mengajak saudara saya Kocreng mencari kayu bakar untuk membuat
api unggun di malam hari. Setelah mencari beberapa menit, Kocreng lebih dulu turun untuk menyetor kayu bakar yang di dapat,
saya masih saja sibuk mencari ranting-ranting yang seiranya bisa di gunakan
untuk kayu bakar, dan kemudian saya menemukan beberapa pohon tumbang. Setelah
itu saya turun untuk menyetor kayu bakar yang saya dapat, dan ternyata kurang.
Kemudian saya bertanya apakah boleh mengambil
kayu dari pohon tumbang ??? dan ternyata mboten nopo-nopo. Kemudian saya kemmbali di tempat saya menemukan
pohon tumbang tersebut dngan mengajak Talang
ikut membantu. Dengan sebilah parang sebagai bekal, kami menuju lokasi pohon
tumbang tersebut dan kemudian memotongnya. Setelah di kira cukup kamipun turun
untuk menyetor kayu bakarnya.
Tak terasa malam mulai
menghitamkan langit yang sebelumnya berwarna jingga ke biru-biruan. Saatnya
untuk memasak datang, yang sebelumnya sudah di sepakati sebagai juru masak
selama pendakian mulai memainkan keahliannya dan sisanya membantu sebisa mereka
dan sebagian sedang menghangatkan tubuh di tepian api unggun yang membara
bersama beberapa pendaki dari kota Situbondo yang datang setelah kami. Untung
bisa di abadikan J
Kemudian setelah
hidangan siap, kami mulai mengisi perut yang beberapa dari kami sudah mulai
mengadakan konser didalam perutnya, hehehehe. Yah___setelah itu bagian cuci
piring turun di sungai untuk membersihkan peralatan yang sebelumnya di gunakan.
Setelah semuanya kelar, kami langsung
memasuki tenda dan mencoba tertidur karena keesokan harinya harus bangin
pagi-pagi buta untuk perjalanan menuju PUNCAK.
To
Be Continued…….
SALAM
LESTARI
pics nya asyik asyik asyik.......
ReplyDeleteTerima kasih :)
Deletesepertinya asyik tu sob... asyik lg kalo berkunjung ya? follownya juga
ReplyDeleteok bro :D
ReplyDelete