Sebuah nada dering berbunyi. Tanda sebuah chat masuk ke sebuah handphone. Seorang wanita beranjak dari duduknya dan pergi keluar dari sebuah gedung. Menyusuri jalan keluar dan saat sudah melewati gerbang kepalanya mengumbar pandang. Dilihatnya sebuah punggung seseorang yang familiar baginya duduk diatas sebuah motor. Si Wanita menghampirinya.
"Kak, kak" ucapnya sambil menepuk pundak seorang lelaki yang ditujunya.
Lelaki tersebut menoleh, "Wei, tumben cepet" ucap Si Lelaki sambil menyerahkan helm.
Si Wanita menyambut pemberian kakaknya dan memasang helm tersebut, "Udah selesai dari tadi sebenernya. Jadi dah siap siap di deket lobby" jawab Si Wanita sambil menaiki jok belakang motor tua dihadapannya.
"Sudah ?" Tanya Si Lelaki.
"Sudah"
"Ok, let's go" Si Lelaki memitar gas motornya.
"Mampir dulu ya, kak"
"He ? Kemana ? Jajan ?"
"Salah satunya"
"Salah duanya ?"
"Refreshing"
"Ada salah tiganya gak"
"Kota dong, hehe"
Wajah Si Lelaki datar masih memandang jalanan, "Serius"
Si Wanita terkekeh, "Kita liat nanti aja"
"Hmm, yaudah kemana ?"
"Taman kota"
"Yaudah, jangan jajan banyak tapi. Biar makan nanti malam"
"Iyaa kakakku"
Perjalanan berlanjut. Tak ada percakapan. Si Lelaki fokus membawa motor membelah jalanan yang belum ramai. Sehingga, sekitar lima belas menit perjalanan mereka sampai ditujuan. Motor sudah terparkir di tempatnya.
"Mau jajan apa ?" Tanya Si Lelaki sambil melepas helm dan menaruhnya di spion motor. Kemudian ia membantu adiknya melepas helm.
"Entah" jawab Si Wanita.
Mereka mulai berjalan menyusuri padestrian menuju kerumunan PKL.
"Ada apa dengan pekerjaan hari ini ?" Ucap Si Lelaki.
"Tidak ada apa apa"
"Lalu perasaan aneh apa yang sedikit mengganggu dari tadi ?"
"Bukan dari tempat kerja"
"Ahhh, berarti dari tempat satunya"
Si Wanita mengangguk. "Mau cimol ?" Tanya Si Wanita tiba-tiba.
"Jangan tanya, kalo kamu mau beli aja. Toh kalo ga habis aku yang habisin" jawab Si Lelaki sambil tersenyum.
Si Wanita menunjukkan cengirannya yang manis, lalu menfekat kepada pedagang cimol dan membelinya. Setelah selesai dan menukarnya dengan sejumlah uang mereka kembali berjalan.
"Enak, kak" ucap Si Wanita setelah memakan satu buah jajanan yang baru dibeli. "Nih, coba" lanjutnya sambil mengarahkan sebuah cimol dengan tusuk sate kearah lelaki disampingnya.
Si Lelaki memakannya, "Eh, iya. Mau nambah aja ?"
Si Wanita menggeleng, "Liat nanti aja, setidaknya bisa diulang"
Si Lelaki mengangguk beberapa kali, "Lalu, masalah yang tadi ?"
"Hmmm, ya benar. Dari tempat satunya" ujar Si Wanita yang mengetahui maksud kakaknya.
Si Lelaki tersenyum dan mengelus pelan rambut adiknya, "Yaudah, santai. Gak usah dipikir"
"Enak bener bilangnya"
"Lha, apa ?"
"Ya gak bisa gitu juga. Kamu sudah membuat keputusan. Sisanya tinggal aku"
"Ya tapi gak perlu sampe segitunya. Pada akhirnya bukan kita yang menentukan"
"Selalu seperti itu ?"
"Yaaa, selalu seperti itu"
Si Wanita mengangguk beberapa kali sambil mengunyah cimol yang baru dimakannya.
"Duduk sana, kak" ajak Si Wanita menunjuk sebuah bangku taman kosong.
"Boleh, tapi beli minum dulu yaa"
Si Wanita mengangguk.
"Kamu mau apa ?" Tawar Si Lelaki.
"Es boleh ?"
"Boleh, tapi sedikit aja"
Si Wanita tersenyum ditengah kegiatan mengunyahnya. "Jeruk peras, ya"
"Oke"
"Tapi kakak gak boleh kopi"
"Lah kenapa ?"
"Nanti lama. Tau sendiri kalo kopi minumnya lama pake banget dan sekali"
"Yaudah, aku bel..."
"Air putih aja" potong Si Wanita
Si Lelaki memasang wajah datar, "Kan aku belum bilang mau apa"
"Udah, air putih aja. Gak, usah nolak"
Merasa tidak bisa dibantah akhirnya Si Lelaki mengiyakan permintaan Adiknya.
"Sekalian belikan sosis yaa, itu deket tempst es jeruknya"
"Berapa ?"
"Terserah"
"Ok"
Mereka berdua lalu berpencar. Si Wanita duduk di salah satu kursi taman yang kosong. Ia bisa melihat kakaknya yang baru saja meninggalkan tempat penjual sosis dan menuju penjual es yang tadi diminta Si Wanita. Si Wanita masih sibuk dengan jajanan yang ia bawa dengan tas kresek kecil dan tangannya masih menggenggam tusuk sate yang menjadi alat makannya. Sesaat kemudian ia mengeluarkan handphonenya setelah menaruh bungkusan jajanannya disamping ia duduk. Jarinya mulai beradu dengan layar handphone.
Entah sudah berapa lama, seorang kakaknya duduk disamping Si Wanita. Reflek, Si Wanita menoleh kesamping dan dapat dilihat Si Lelaki memegang gelas es, sebotil air putih dan sebuah mika berisi dua buah sosis bakar.
"Asyikkk makanan datang" ucap Si Wanita kegirangan dan menerima segelas es dari tangan Si Lelaki.
"Cimolnya abis ?" Tanya Si Lelaki.
Si Wanita tak menjawabnya hanya mengambil dan memberikan bungkusan yang sempat ia letakkan tadi, "Habiskan kakak deh" lanjutnya.
Si Lelaki memiringkan bibir dan menaruh bungkusan mika diantara mereka berdua lalu mengambil bungkusan plastik berisi sisa cimol yang tadi dibeli adiknya. Ia mengambil satu dari dalamnya. Adiknya menikmati es yang baru dihisapnya.
"Jadi ? Mau membicarakannya ?" Tanya Si Lelaki sambil mengunyah.
Si Wanita menghela nafas, "Kamu sudah membuat pilihan kak ?"
"Ya, sebagian"
"Kenapa sebagian ?"
"Karena sisanya tergantung dua hal lagi"
"Salah satunya aku ?"
Si Lelaki mengangguk sambil mencoba menghidupkan rokok.
"Aku sedang mengusahakannya, kak"
"Iyaa aku paham. Lagi pula, aku bisa merasakannya"
Si Wanita menoleh, "Merasakan apa ?"
"Rasa lega dari kamu"
Si Wanita tersenyum tipis, "Aku akan selalu mendukungmu, atas segala hal baik yang ingin dan sedang kamu lakukan. Hal yang juga selalu kamu lakukan padaku"
"Terima kasih"
"Yah, sama sama. Lagi pula dengan begitu langkah kita akan lebih mudah. Tidak terseok", Si Wanita mengambil satu tusuk sosis dan menggigitnya.
"Hahaha, gapapa. Kalau tidak seperti tiu hidup tidak akan menarik, lalu apa yang akan kamu lakukan ?" ujar Si Lelaki.
"Entahlah, aku sudah memberi kabar. Tapi yaa, aku kurang suka responnya"
"Seolah sama kan ?"
Si Wanita memganggu, "Tapi aku tak ingin berpikiran terlalu jauh"
"Husnudzon ?"
"Iya"
"Bisa ?"
"Dicoba"
Si Lelaki kembali tertawa mendengar jawaban tersebut. "Mau kubantu ?"
"Dengan kebencianmu yang masih seperti itu ?"
Si Lelaki tersenyum dan tak menjawab.
"Cukup beresiko sih. Tapi, kita liat nanti saja" lanjut Si Wanita lalu memakan sisa sosisnya dari tusuk sate yang dipegangnya.
"Okee, lagi pula apapun hasilnya kita akan tetap sama kurasa" tanggap Si Lelaki.
"Ya kalau bisa jangan berubah lagi"
"Tergantung situasi dan kondisi"
"Maksutnya ?"
"Ketika kita menyadari sebuah kebenaran baru, yaaa kita harus berubah"
"Iyaasih"
"Kita jalan ditempat atau mundur ?"
"Semoga jalan ditempat, karena gak mau mundur dan bergerak maju masih sulit"
"Hahaha, amin"
"Masih bisa ketawa, kak ?"
"Harus bisa"
"Aku tahu. Tapi kan percuma melakukan hal itu didepanku"
"Iya juga sih", tanggap Si Lelaki sambil mematikan rokoknya dan kemudian mengambil satu sosis yang tersisa dari mika.
"Lalu bagaimana ?"
"Tentang ?"
"Perayaan di bulan ini ?"
"Sedikit meleset dari rencana"
"Trus ?"
"Kamu paham kan ?"
"Tentang ?"
"Show must go on. Jadi, yaaa meskipun sedikit merubah konsep. Intinya Jadi"
Si Wanita mengangguk angguk. Si Lelaki mengelus lembut kepala adiknya.
"Aku tahu yang kamu pikirkan, perayaan ini biar aku yang mengatasi"
"Jangan berlebihan"
"Iyaaa"
Hening.
"Udah mulai mau petang, kak. Ayo beres beres lalu pulang"
"Iyaa iyaa"
"Btw belanja dulu cari bahan. Kan butuh masak"
"Mau apa ?"
"Kakak pengen apa ?"
"Paket paling hemat ajadeh yaa"
"Yakin ?"
Si Lelaki mengangguk, "Iyaa, gapapa"
"Hmmmm" gumam Si Wanita sambil melirik langit biru yang mulai sedikit mendapat bias orange, "Tempe jelas kan yaa ?" Lamjutnya.
"Iyaa"
"Sambal ?"
"Wajib"
"Sayurnya ?"
Kini Si Lelaki yang nampak berpikir sejenak, "Oseng kangkung ?" Tawarnya.
"Kenapa kangkung ?"
"Biar kamu cepet ngantuk dan tidur dibawah jam dua belas" jawabnya sambil terkekeh.
"Ya kan kamu juga"
"Sulit, dan kamu tahu alasannya"
Si Wanita memicingkan mata mendengarnya, "Yaudah, lagian memang itu kehendakmu. Tapi perlu kamu tahu, kamu tidak perlu sok ngambil porsi yang besar. Karena belum tentu porsimu sebesar itu. Untuk saat ini"
Si Lelaki tak menjawab, hanya merespon dengan senyum dan mengelus lembut kepala Adiknya. Tiba tiba Si Wanita beranjak dsri duduknya.
"Yuk berangkat, sebelum jalan rame" ucap Si Wanita.
Si Lelaki tersenyum, "bentar ini diberesin sampahnya" Si Lelaki kemudian memilih satu persatu sampah makanan mereka untuk dijadikan satu kedalam satu kresek. Si Wanita terkekeh sejenak kemudian membantu kakaknya.
x
No comments:
Post a Comment