Aku diam. Hanya
diam. Membiarkan semuanya terlintas. Hanya terlintas. Untuk kesekian
kalinya, aku merindukan"nya". Bukan siapa, tapi apa. Bukan seseorang
tapi sesuatu. Sesuatu yang telah lama hilang. Bukan hilang tapi
dihilangkan (Benarkah ??). Sedetik kemudian aku mencoba menjadi orang
lain. Aku menceritakannya. Tidak membuahkan hasil karena keegoisanku.
Yang terjadi hanyalah perdebatan. Aku salah. Bagaimanapun salah sudah
sangat akrab dengan diriku. menjadi orang lain ide buruk. Dan akhirmya
itu hanya merepotkanku.
Bagaimanapun juga aku tak bisa menghilangkannya total. Aku masih sering merindukan sesuatu yang hilang atau dihilangkan itu. Aku menangis, tanpa air mata. Yang terlihat hanya senyum simpul biasa. Di baluk itu, aku mengutuk mereka yang memaksa"nya" untuk hilang dariku. Mereka mengerti apa ?? mereka tau apa ?? persetan dengan itu semua. Mengeluh sekarang sudah terlambat. Merak masih bisa tertawa seperti biasa. Tak ada gurat penyesalan sepertinya. Ha~h, meraka menyesalpun sesuatu yang hilang itu tak bisa kembali.
Aku sudah merasa tak bisa mendaki lagi. kini aku hanya merindukannya. Rindu akan mimpiku tentang mendaki satu gunung lagi, yang sebelumnya kujadikan janji untuk menjadi pendakian terakhir sebelum aku mengurus hidupku dengan serius. Itu adalah mimpi yang juga sebagai salah satu tujuan hidup yang sangat lama ku impikan. Karena aku merasa itu adalah satu langkah maju dari aku yang dulu, dari aku yang pada hari kemarin hidup untuk hari kemarin. Pada hari ini hidup untuk hari ini. Pada esok hari hanya hidup untuk esok hari. Itu semua berubah ketika aku mempunyai tujuan untuk menadki gunung itu.
Sejak saat itu aku mampu hidup untuk masa depan, dan memperjuangkannya dengan semangat yang juga sempat lama hilang. Tapi aku hanya diam ketika mereka dengan mudahnya menghancurkannya.
1 Maret 2013
23 : 43 WIB
Adam Alfarisyi a.k.a Bletang
NB : Tulisan ini saya copy dari Note Facebook saya sendiri ...
Bagaimanapun juga aku tak bisa menghilangkannya total. Aku masih sering merindukan sesuatu yang hilang atau dihilangkan itu. Aku menangis, tanpa air mata. Yang terlihat hanya senyum simpul biasa. Di baluk itu, aku mengutuk mereka yang memaksa"nya" untuk hilang dariku. Mereka mengerti apa ?? mereka tau apa ?? persetan dengan itu semua. Mengeluh sekarang sudah terlambat. Merak masih bisa tertawa seperti biasa. Tak ada gurat penyesalan sepertinya. Ha~h, meraka menyesalpun sesuatu yang hilang itu tak bisa kembali.
Aku sudah merasa tak bisa mendaki lagi. kini aku hanya merindukannya. Rindu akan mimpiku tentang mendaki satu gunung lagi, yang sebelumnya kujadikan janji untuk menjadi pendakian terakhir sebelum aku mengurus hidupku dengan serius. Itu adalah mimpi yang juga sebagai salah satu tujuan hidup yang sangat lama ku impikan. Karena aku merasa itu adalah satu langkah maju dari aku yang dulu, dari aku yang pada hari kemarin hidup untuk hari kemarin. Pada hari ini hidup untuk hari ini. Pada esok hari hanya hidup untuk esok hari. Itu semua berubah ketika aku mempunyai tujuan untuk menadki gunung itu.
Sejak saat itu aku mampu hidup untuk masa depan, dan memperjuangkannya dengan semangat yang juga sempat lama hilang. Tapi aku hanya diam ketika mereka dengan mudahnya menghancurkannya.
"Aku lebih memilih mati dalam pendakian Semeru (saat itu). Dari pada hidup dengan hanya merindukannya"
1 Maret 2013
23 : 43 WIB
Adam Alfarisyi a.k.a Bletang
NB : Tulisan ini saya copy dari Note Facebook saya sendiri ...
Essih...
ReplyDeleteEssip :D
DeleteTeruslah berkarya Dam.. Dan jangan berhenti berdoa untuk Haidar..
Deleteiya sam,terima kasih ..
Delete