Jember, 24 Maret
2012
Yah ____ bukankah
nikmat berada di malam hari di temani dengan kopi, sambil mencoa
membuat catatan Kehidupan. Hm ___ tapi kurang pas karena pasangan kopi tidak
ada, yups __ Rokok, terasa hambar rasanya. Yah ___ tak apalah, apa boleh buat
di sini masih area No Smoking
bagiku.
Tapi
____ bukan itu intinya kawan, itu hanya sekedar menceritakan keadaan saat aku
menulis (hahahaha).
Yah ____ aku ingat
beberapa hari yang lalu aku berada di pos satpam sebuah perumahan di belakang
sebuah kantor polisi di daerah Jember. Yah ___ di sana aku sedang menunggu
teman-temanku yang saat itu mengajak untuk latihan Panjat Dinding di sebuah MAPALA
di Jember, yang leaknya dekat dengan perumahan yang salah satu pos satpamnya
aku tempati untuk bermamong ria (hahahaha) . Wah ____ bisa di bilang cukup lama
aku harus menunggu mereka. Dalam penungguanku itu ku hibur diri sendiri dengan
mendengarkan music dari handphoneku.
Selama bermamong ria di sana, cukup banyak orang-orang yang lewat di jalan
masuk ke perumahan itu, dari yang seperti warga biasa sampai
mahasiswa-mahasiswi di Universitas yang nantinya menjadi tempat latihanku dan
lainnya.
Setelah beberapa lagu
di dendangkan oleh Handphoneku, teman-temanku tak kunjung perlihatkan mukanya.
Ku hentikan dendangan Hanphoneku ___ tak lama dari itu, dari kejauhan aku liat
seorang kakek tua sedang mengayuh sepeda *Bajong
yang sudah cukup usang, dengan di belakangnya membawa karung dan *arit. Di depan pos satpam yang aku diami
dia menyebrang menuju gapura nama perumahan tersebut dan memarkirkan sepedanya
diperbatasan masuk perumahan itu yang juga berada di samping kantor polisi dan
sekitar beberapa meter dari tempat aku duduk. Dengan beberapa langkah dia
menuju ke arahku. Dan sesampainya di dekatku kakek tersebut mulai membuka
pembicaraan,
“Assalamu’alaikum, Le, nyuwun sewu, mbahe arep
ngarit nang kaliwates, tapi mbahe gurung sarapan le, lek enek duwek mbahe
nyuwun le”, ucapnya. “Wa’alaikumsalam, Oh … Enggeh mbah, tapi kula Cuma wonten
Tiga ngewu mbah”, jawabku sambil memberikan uang selembar seribuan dan selembar
dua ribuan, “mboten nopo-nopo lee, mbahe tak tuku *tape , mbahe ngarit ngolek
duwek gawe mangan seng nang omah, bojone mbahe sek warang nang omah, dadi Cuma
mbahe saiki seng nggolek nduwek,” ucapnya lagi. “Enggeh mbah, mugi-mugi di
paring kelancaran panjenengan mbah, amin” ucapku lagi, “matur nuwun lee yo,
mbah tak budal sek, matur nuwun le, Assalamu’alaikum” ucapnya dan kemudian
pergi menuju sepedanya. (sekiranya
seperti itulah percakapannya)
Sejenak ku palingkan
wajah ke sisi lain dari arah kakek itu berjalan. Ukannya aku menggerutu, tapi
aku tak sanggup melihat kepahitan itu. Orang setua beliau masih harus menayuh
sepeda tanpa sesuap nasi sebagai energinya, dan pulang membawa beban sekarung
rerumputan dan entah beliau sudah mengisi perutnya atau belum. Seharusnya,
orang seumuran beliau berada di rumahnya, dan istirahat. Tapi kenyataannya,
masih banyak di luar sana senasib dengan beliau. Beliau berjuang dari pagi
hingga selesai pekerjaannya dengan bermodalkan uang Rp.3000 yang katanya ingin ia belikan tape. semoga Allah SWT selalu menjagamu kek.
Sejenak aku tolehkan
kembali pandangan ke arah sang kakek, tapi dia sudah menghilang mengayuh
sepedanya untuk berjuang mendapatkan rupiah untuk sekedar membeli penyambug
nyawa dalam keluarganya. Pikiranku terbang jauh mendampingi Garuda
yang sedang menawasi negeri ini, Indonesia.
Bukakah kakek tersebut termasuk salah satu golongan yang bisa dikatakan ‘tidak
mampu’ ???. Apa sang Garuda
tak melihatnya ??, Apa sang wakil rakyat
tidak melihat mereka yang berada sama di golongan kakek tersebut ???. Apa
mereka terlalu sibuk dengan Toilet yang diharuskan mewah untuk
mereka gunakan di gedung untuk Tidur
Rapat ?. Apa mereka terlalu sibuk untuk tidak hadir dalam rapat
yang brtempat dalam gedung dengan Toilet berharga 1 Milyar rupiah ??. 1 milyar bukan nominal kecil kawan.
Ini bukan tentang aku
yang melecehkan negeri ini, ini tentang bagaimana Negara ini menjaga warganya
yang berada seperti di kalangan kakek tadi. Ini hanya sebuah catatan yang
berbumbu dengan pendapatku. Dan ini bukan tentang melecehkan Negara dan wakil
yang berada di Negara ini, hanya sebuah pendapatku.
*NB :
Bajong : sepeda tua yang biasanya terdapat lampu di
bagian stirnya, umunya berwarna hijau tua atau hitam. -> aku biasa menyebutnya sepeda bajong.
Arit : sebuah sejata tajam yag berbetuk bulan
sabit, bahasa Indonesianya Celurit. (Arit bahasa Madura dari celurit)
Tape : sebuah makanan dari bahan sejenis
umbi-umbian (gak tau bahasa Indonesianya, kalau bahasa jawanya ‘Puhung’) yang sudah di fermentasi.
No comments:
Post a Comment