Jember, 12
Februari 2012
Saat mereka berkicau, mereka solah menceitakan
kisah-kisah kehidupan yang mereka dapatkan ketika mereka terbang, ketika
hinggap di dahan pohon atau ketika mereka sedang saling bercengkrama di atas
kabel listrik. Aku hanya mengajukan pendapatku tentang mereka. Ada banyak hal
yang bisa di dengar, bukankah itu indah ??. tapi, apakah ini masih bisa ku dengar beberapa tahun lagi ???. mereka bebas, tapi tak semuanya begitu ???. Ada beberapa burung yang menagis. Hanya karena mereka diburu atau rumahnya yang di
rusak. Oleh siapa ?? makhluk yang
mengaku manusia. Mereka berwujud seperti kita, tapi mereka bukan kita (manusia). Mereka hanyalah seonggoh daging yang hidup
tanpa hati dan otak. Yang selalu bergerak
di bawah tali yang di mainkan oleh UANG. Yah….. oleh uang. Bumi, aku, kamu,
dan kalian masih membutuhkan mereka. Membutuhkan burung, dan tempat tinggalnya di sana, tempat
hinggap mereka, tempat mereka mletakkan sarang dan menetaskan telurnya secara
alami, dan tempat untuk berpetualang serta menemukan berbagai kisah dan makna
kehidupan. Kini, bumi memb uthkan warna
hijau dari alam, bukan warna hitam dari aspal, bukan warna coklat dari
padang pasir, bukan warna putih dari gedung-gedung megah yang selalu berkembang
seiring berkembangnya zaman.
Periculum In Mora, berbahaya bila di tunda, berbahaya dalam penundaan.
Yah, jika kita menunda untuk memberikan warna hijau itu terhadap bumi kita,
kita sama saja akan mempercepat kerusakan bumi. “Kita tidak mewarisi bumi dari nenek moyang kia, melainkan meminjamnya
dari anak-cucu kita” (sebuah kata bijak). Yah,, bukannya aku mencermahi aku hanya memberikan
renunganku terhada kicauan burung yang kudengar.
No comments:
Post a Comment