Saturday, 11 February 2012

Cerita Di Balik kicauan Sang Burung


Jember, 12 Februari 2012

Kawan …
Apakah kau sering mendengar kicauan burung ???
Aku hanya bertanya ..



Saat mereka berkicau, mereka solah menceitakan kisah-kisah kehidupan yang mereka dapatkan ketika mereka terbang, ketika hinggap di dahan pohon atau ketika mereka sedang saling bercengkrama di atas kabel listrik. Aku hanya mengajukan pendapatku tentang mereka. Ada banyak hal yang bisa di dengar, bukankah itu indah ??. tapi, apakah ini masih bisa ku dengar beberapa tahun lagi ???.  mereka bebas, tapi tak semuanya begitu ???. Ada beberapa burung yang menagis. Hanya karena mereka diburu atau rumahnya yang di rusak. Oleh siapa ?? makhluk yang mengaku manusia. Mereka berwujud seperti kita, tapi mereka bukan kita (manusia). Mereka hanyalah seonggoh daging yang hidup tanpa hati dan otak. Yang selalu bergerak di bawah tali yang di mainkan oleh UANG. Yah….. oleh uang. Bumi, aku, kamu, dan kalian masih membutuhkan mereka. Membutuhkan  burung, dan tempat tinggalnya di sana, tempat hinggap mereka, tempat mereka mletakkan sarang dan menetaskan telurnya secara alami, dan tempat untuk berpetualang serta menemukan berbagai kisah dan makna kehidupan. Kini, bumi memb uthkan warna hijau dari alam, bukan warna hitam dari aspal, bukan warna coklat dari padang pasir, bukan warna putih dari gedung-gedung megah yang selalu berkembang seiring berkembangnya zaman.

Periculum In Mora, berbahaya bila di tunda, berbahaya dalam penundaan. Yah, jika kita menunda untuk memberikan warna hijau itu terhadap bumi kita, kita sama saja akan mempercepat kerusakan bumi. “Kita tidak mewarisi bumi dari nenek moyang kia, melainkan meminjamnya dari anak-cucu kita” (sebuah kata bijak). Yah,, bukannya aku mencermahi aku hanya memberikan renunganku terhada kicauan burung yang kudengar.


No comments:

Post a Comment