Friday, 15 May 2015

#AkuLanjutinYa

(Ada baiknya sebelum membaca tulisan di bawah membaca tulisan berjudul Inilah Awalnya dari Ratu Vienny Fitrilya)

****

Aku mencoba mengenalnya sedikit demi sedikit. Seorang gadis yang menarik perhatianku bercerita banyak hal tentang dirinya. Aku lebih memilih menjadi pendengar yang baik. Terkadang merespon ucapannya dengan sesekali menyisipkan sebagian dari diriku juga. Mencoba bertindak fair.

Banyak hal yang ia ceritakan, mulai dari pengalaman berkesannya, kekesalannya yang pernah ia dapatkan, cita-citanya yang ingin berkeliling Indonesia, beberapa pengetahuan yang belum ku ketahui, hobi, bagaimana ia sangat menyukai membaca buku dan berkesenian. Yah, itu dapat kulihat dari novel yang sedang ia bawa dan beberapa garapan karya seninya saat di sekolah dulu dan bagaimana ia sangat mencintai dunia Seni Pertunjukan. Itu semua mengesankanku.

Dia...
Dia yang senyumnya aku sukai.Dia yang terkadang juga menyembunyikan mata indahnya ketika tersenyum maupun tertawa. Dia yang selalu bisa memotivasiku untuk terus belajar, mengejar mimpi dan berkarya. Dia yang juga menjadi salah satu guru di kehidupanku. Dia...... yang senyumnya aku sukai.

Beberapa menit kemudian kami saling diam setelah beberapa saat tertawa kecil bersama karena sebuah cerita lucu yang ia bagi. Perlahan tapi pasti suara rintik hujan yang jatuh terdengar oleh kami. Beberapa sudah menhantamkan diri ke kaca jendela di sebelah kami. Reflek kami menoleh keluar, kaca jendela di samping kami sudah tertutup butir-butir hujan, beberapa di antaranya sudah merayap turun.

Aku heran, hanya ada satu pertanyaan dalam pikiranku, "Bagaimana bisa aku atau kami tidak menyadari perubahan cuaca yang tadi panas menjadi mendung hingga berakhir hujan seperti saat ini ?"

Hujan semakin deras, kaca jendela di samping kami mulai mengembun. Sesaat kemudian aku mengalihkan pandangan kembali pada gadis yang sedari tadi duduk di depanku dengan melipat rapi kedua tangannya di belakang secangkir coklat hangat pesanannya.

Ia belum mengalihkan pandangannya.dari jendela yang tertutpi butir dan aliran kecil dari air hujan yang menempel disana. Ia terlihat menikmatinya.

"Aku suka" ucap gadis itu sambil tersenyum, aku mengernyitkan dahi. "Aku suka tetesan hujan yang ada di jendela begitu juga embunnya" tambahnya lagi dengan senyum yang lebih lebar.

Aku tersenyum, senang....

Juga iri....

Bagaimana tidak ? itu hal sederhana, tapi bisa membuatnya segembira itu. Sedetik kemudian aku meraih cangkir berisi kopi pesananku tadi, meniupnya sedikit. Di waktu yang bersamaan ia memangku kepalanya dengan tangan kirinya lalu mengarahkan tangan kanannya ke jendela menuliskan sesuatu dengan menghapus embun yang menempel di kaca jendela tersebut. Aku hanya menliriknya sambil menghirup sedikit kopiku. Ia selesai lalu kembali melipat tangan kanannya di atas meja bersamaan dengan aku menaruh kembali cangkir berisi kopi yang ku hirup tadi.

Ia masih menatap tulisannya tadi lalu kembali tersenyum, lebih lebar dari sebelumnya yang membuat beberapa giginya terlihat. Sebuah tulisan simple berbahasa Inggris yang hanya terdiri dari dua kata.

'Dream BIG'

Sedetik kemudian aku membiarkannya, tak berkata apa-apa. Membiarkan gadis yang senyumnya aku suka menikmati momennya saat itu.

Diatas hamparan pasir putih....


Dia masih berdiri disana, cahaya mentari juga masih setia menghalangi pandanganku ke wajahnya yang sedang menatap ke arah laut. Angin laut yang menerpanya tak dihiraukan. Suara deburan ombak yang menabrak karang maupun bibir pantai masih dapat didengar. Perlahan ombak yang menyentuh pantai semakin besar dan dapat menggapai kakinya. Ia tak bergeming, ia masih setia berdiri disana membiarkan debur ombak besar dan kecil menerpa kaki lincahnya yang sedang diam.

Aku ?

Aku masih diam melihatnya, menunggunya.

Menunggu ia kembali bercerita banyak hal. Menunggu ia meneriakkan mimpi-mimpinya.

Aku masih menunggunya,

No comments:

Post a Comment