Jember, 03 Maret 2013
Malam ....
Saya diam. Di depan layar komputer aku berpikir. Saya berimajinasi. Saya mencoba merubah sesuatu. Saya masih mencari hal baru untuk menggantikan sesuatu tadi yang mngkin telah hilang menjadi hal yang hanya bisa kurindukan. Saya menerawang jauh, entah sampai ke belahan bumi mana imajinasiku membawa. yang kulihat hanya awan-awan putih yang luas seperti samudra.
Seperti yang telah saya ceritakan dalam tulisan saya sebelumnya. Untuk jenjang perkuliahan saya memilih Seni Rupa dan Seni Kerajinan sebagai tujuan di Universitas Negeri Yogyakarta. Saya sangat tertarik dalam berbagai bidang seni, tapi sayangnya saya tak banyak tahu dan tak banyak punya basic dalam hal seni. Ambil satu contoh saja yang paling sederhana dari kata seni, menggambar. Dalam hal menggambar, saya hanya mempunyai basic secuil kuku. Saya tidak mahir dalam memainkan garis.
Pernah saya disuruh menggambar di depan kelas oleh guru kesenian saya, Pak Yatim. Beliau menyuruh saya menggambarkan sebuah adegan. Jadilah saya kalang kabut karena saya tidak mahir dalam hal itu. cukup lama saya berpikir akhirnya dengan pasrah saya mulai menorehkan garis-garis kecil di papan tulis. Dan menghasilkan sebuah gambar yang sangat kecil di papan tulis kelas. Banyak yang tidak paham dengan gambar saya termasuk pak Yatim sendiri.
Akirnya pak Yatim mengambila alih spidol yang tadi saya pegang, dan berkata pada saya, "Itungen le (hitung nak), berapa lama Pak Yatim gambar". Setelah itu saya menyiapkan stopwatch di jam tangan, dan beliau memulai menggambar. Sreet, Sreet dengan entengnya beliau menggoreskan garis-garis di papan tersebut. Dengan waktu sangat cepat dari pada saya, beliau mengisi 3/4 papan tadi dengan gambar seorang bocah yang sedang tertidur dan terdapat monster yang bertarung dengan seekor tikus.
Saya hanya melongo, kagum. Lalu beliau berkata sekiranya seperti ini "Sesuatu itu bisa saja di kerjakan oleh siapapun. Termasuk menggambar. Kalian sudah kelas XII dan daya imajnisai kalian seharusnya sudah luas. Menggambar kok kayak batu korek gitu", kata pak Yatim secara melirik saya. Saya menjawab "Sayah gak bisa gambar pak", lalu beliau menimpali kata-kata saya lagi "Nah, itu kesalahannya. Sesuatu yang bisa kamu kerjakan jadi tidak bsa kamu kerjakan karena itu tadi. pikiranmu sudah ter-password dengan sebuah kata yang menjatuhkan, 'tidak bisa'. Jika kamu membuat mind set-mu menjadi bisa dan yakin. Saya yakin kalian bisa.
Sejak saat itu saya mencoba untuk membuat mind set saya menjadi bisa, kata 'tidak bisa' saya ganti dengan 'belum bisa'. Saya mulai belajar menggambar (lagi) untuk di jadikan sedikit modal masuk fakultas kesenian. Dan hasilnya, saya dapatkan ketika harus memnuhi persyaratan portofolio seni rupa dalam pendaftaran SNMPTN kemarin. Saya menyertakan 5 gambar, yang menurut saya adalah 5 gambar terbaik yang pernah saya buat selama ini.
Setelah masa-masa itu, masa-masa dimana saya mandek menulis, saya sempat berfikir bahwa menggambar sepertinya tidak jauh berbeda dengan menulis (bagi saya). Perlu banyak latihan untuk bisa ketimbang materi, dan jika bercerita hanya berbeda caranya. Jika menulis bermain dengan kata-kata sedangkan menggambar bermain dengan garis. Kedua-duanya memiliki seni-nya tersediri.
Baiklah sekian cerita saya tentang pengalaman pada saat masa-masa saya mandek nulis. Semoga celotehan saya tadi tidak dapat membuat para pembaca yang ingin begadang mengantuk malam ini, hehe.
Selamat Malam
bener banget yah, pak guru nya bener2 memotivasi ya :D
ReplyDeletehehe ..
Deleteiya ...
makasih :)
mengambar dan menulis itu memang hobi saya.
ReplyDeleteSama dong mbak :D
Delete