Friday, 15 November 2024

Percakapam Si Kembar 41

 Langit gelap. Taburan bintang. Bulan sabit. Angin dingin. Senyum di depan layar handphone yang menyala.

"Hei, kak! Bukankah yang kamu lakukan terlihat sedikit menakutkan" ujar seorang wanita yang berdiri diambang pintu yang menghubungkan rumah dengan taman samping.

Si Lelaki yang tengah duduk di ayunan menoleh, "Yang mana ?"

Si Wanita melangkah, "Tersenyum tanpa ada apa apa"

"Hahaha, benarkah ?"

"Hm ? Kalau dipikir kembali, jika kamu yang melakukannya, tidak juga"

Si Lelaki masih mengikuti gerak langkah adiknya hingga berdiri di sebelah ayunan yang didudukinya.

"Itu masih bisa terlihat normal bagimu, juga sedikit lucu dan menjijikkan disalah satu sisi sudut pandang" tambah Si Wanita.

Si Lelaki terbahak mendengarnya, "Lucu sekali mendengarnya darimu"

"Ya, ya, ya. Apa yang kamu lakukan disini ?"

Si Lelaki mengalihkan pandang kembali lurus kedepan, tangan kanannya terangkat menunjuk reflek adiknya mengarahkan pandang ke arah yang ditunjuk kakaknya. "Tidakkah lembayungnya indah ? Bersamaan dengan lautan awan itu" ujar Si Lelaki.

"Yahh, kamu ada benarnya" tanggap Si Wanita singkat.

"Mau duduk ?"

"Boleh"

Si Lelaki sedikit bergeser ke arahbkiri sambil mengambil benda yang sedari tadi diletakkan disampingnya. Memberi ruang Si Wanita untuk duduk.

"Aku tidak melihat benda itu dari tadi" ucap Si Wanita sebelum duduk.

"Ini ?" Tanya Si Lelaki sambil mengangkat benda yang digenggamnya.

Si Wanita mengangguk.

"Berkamuflase dengan warna ayunannya. Dia punya skill seperti bunglon" jelas Si Lelaki.

Si Wanita terkekeh sejenak, "Emang ada rencana untuk meminumnya ?"

"Ada"

"Hari ini ?"

Si Lelaki menggeleng.

Alis Si Wanita mendekat satu sama lain, "Lalu ?"

"Menunggu waktu, tapi kan memang sudah direncanakan" jawab Si Lelaki

"Hmmm, iyasih. Bukankah sudah lewat jadwalnya ?"

"But, shows must go on"

"Haha, lucu sekali"

"Apanya ?"

"Hidup"

Si Lelaki tersenyum, "Iya kan ? Menarik bukan ?"

Si Wanita menoleh, "Yeps, benar benar seperti roda yang berputar"

Si Lelaki membenarkan posisi duduknya menoleh menyamping menghadap adiknya, tangan kanannya ia letakkan diatas sandaran ayunan, jemarinya tetiba memainkan rambut wanita didepannya. "Apa yang menarik dimatamu ?"

"Kamu" jawab Si Wanita mengambil botol dari pangkuan Si Lelaki kemudian memangkunya.

"Iya kah ?"

Si Wanita mengangguk, "He'em"

"Dimana letak menariknya ?"

"Keputusanmu"

Si Lelaki mengerutkan kening, "Sepertinya aku tahu arah pembahasan ini"

"Ya kamu tahu, bukankah ini sudah yang kedua kali kamu merubahnya ?"

"Yeps, kamu benar"

"Keputusan besar ini lhoo"

"Yes, dan kamu juga merubah keputusanmu untuk kesekian kalinya"

"Iya"

"Cemas ?"

"Sedikit. Kamu ?"

"Sama" Jawab Si Lelaki dengan terkekeh, "Tapi, bukankah ada yang kita yakini" lanjutnya.

"Apa ?"

"Suatu hal yang sudah dijanjikan"

Si Wanita mengalihkan pandang ke langit yang mulai menghitam dengan titik bintang. "Iya sih. Tapi, apa yang dijanjikan kepada kita ?"

"Segalanya"

Si Wanita tersenyum, "Apakah ini termasuk Plin plan, kak ?"

Si Lelaki menggeleng kemudian mengembalikan posisi duduknya ke posisi semula, "Tidak, bukan plin plan"

"Lalu ?"

"Seperti yang kamu bilang, hidup itu seperti roda yang berputar. Segalanya punya peluang untuk berubah. Tapi rodanya harus terus berputar. Menurutku itu semua penyesuaian supaya rodanya bisa terus berputar dengan semestinya" jelas Si Lelaki.

"Jadi, bukan masalah berada diatas atau dibawah ?"

Si Lelaki menggeleng, "Kurasa tidak sesimpel itu. Tapi juga tidak sampai rumit"

"Hmmmmm"

"Mikir kan ?"

Si Wanita menatap sinis dengan senyum, "Jelaslah!!!" ujarnya sambil mencubit lengan kakaknya.

Si Lelaki mengaduh sejenak, kemudian tertawa saat cubitan adiknya terlepas, "Tenang, kubantu mikir" ucapnya sambil mengelus kepala Si Wanita.

"Yang mana ?"

"Semua. Setidaknya aku yang terbangun lebih awal dan memulainya lebih dulu"

"Tapi saat aku bangun dari tidurku itu sudah terbagi kan. Kurasa aku masih bisa"

"Sombongnya"

"Bukan gitu, ihhh"

"Lalu ?"

"Lebih baik kamu memikirkan cara mengatasi apa yang akan kamu hadapi, Kak. Bukankah kita sudah diberi porsi masing-masing"

"Hmmmmm"

"Gantian kan, hahaha. Mukamu lucu ketika diingatkan seperti itu. Ku peringatkan kamu, kak"

Si Lelaki merubah posisi duduknya dan memasang telinga, "Apa ?"

"Tidak semua bisa menerima cara setiap manusia. Kebanyakan manusia ingin merubahnya sesuai dengan keidealisannya" jelas Si Wanita.

Si Lelaki terdiam.

"Aku tahu, kita keras kepala. Tak banyak yang bisa memahami. Berkata itu tidak perlu tapi jauh di palung hati berharap ada yang mampu" lanjut Si Wanita.

"Bahkan mereka serasa tidak mampu" tanggap Si Lelaki dengan menekan nada pada kata kedua dikalimatnya.

"Mungkin"

"Tanggapanmu seakan menyetujui tapi berisi penuh harap"

Si Wanita terkekeh, kemudian hening.

"Kamu tahu kak ?" Si Wanita membuka suara.

Si Lelaki menoleh.

"Kamu selalu berlebihan" ujar Si Wanita

Kening Si Lelaki mengkerut, "Dalam hal ?"

"Banyak"

"Contohnya"

Si Wanita menghela nafas, "Kenapa kamu harus memikirkan tanaman liar yang tumbuh di tempat lain. Sedangkan di tempat kita banyak tanaman liar yang masih perlu dirapikan"

"Hahaha, sialan"

"Beberapa bukan porsimu, kak"

Si Lelaki tersenyum. Si Wanita turun dari ayunan dan berdiri, kedua tangannya menggenggam botol kakaknya dibelakang badannya. Matanya lekat menatap langi yang mulai gelap. Tak lama ia setengah berbalik menatap kakaknya.

"Aku tahu kekhawatiranmu. Tapi sekali lagi itu bukan porsimu" ujar Si Wanita sambil sepenuhnya berbalik. "Atau mungkin itu belum menjadi porsimu" lanjutmya lagi.

Si Lelaki tersenyum, "Wow, tahun ini, aku sering diceramahi olehmu"

"Hehehe, jangan lupa bayarannya yaa"

"Aku membayarmu untuk menjagaku bukan menceramahiku" tanggap Si Lelaki sambil terkekeh. "Makan ?"

"Boleh. Lalu ini bagaimana ?" Tanya si Wanita menunjukkan benda yang digenggamnya sedari tadi.

"Tolong simpan kulkas"

"Sampai ?"

"Surat ijinnya turun"

"Oke"

"Beli atau bikin ?"

"Bikin sendiri aja. Sedang mood dan sedang hemat"

"Perlu bantuan ?"

"Kamu belum merokok sejak tadi. Jadi jika ingin membantu habiskan dulu satu rokok"

"Wow, perhatian sekali" Si Lelaki menunjukkan raut wajah terkejut yang dibuat buat.

"Dari pada kamu membantuku sambil merokok"

Si Lelaki terbahak mendengarnya.

"Yaudah, cepat selesaikan. Kutunggu didalam. Aku siap siap dulu" ucap Si Wanita kemufian melangkah menuju rumah.

Si Lelaki merogoh rokok dan segera menyelipkan satu dibibirnya. Menyulut api, membakar ujungnya dan mulai menarik-hembuskan asap dari rokok yang sedang dinikmatinya

Wednesday, 16 October 2024

Percakapan Si Kembar 40

 Sebuah nada dering berbunyi. Tanda sebuah chat masuk ke sebuah handphone. Seorang wanita beranjak dari duduknya dan pergi keluar dari sebuah gedung. Menyusuri jalan keluar dan saat sudah melewati gerbang kepalanya mengumbar pandang. Dilihatnya sebuah punggung seseorang yang familiar baginya duduk diatas sebuah motor. Si Wanita menghampirinya.

"Kak, kak" ucapnya sambil menepuk pundak seorang lelaki yang ditujunya.

Lelaki tersebut menoleh, "Wei, tumben cepet" ucap Si Lelaki sambil menyerahkan helm.

Si Wanita menyambut pemberian kakaknya dan memasang helm tersebut, "Udah selesai dari tadi sebenernya. Jadi dah siap siap di deket lobby" jawab Si Wanita sambil menaiki jok belakang motor tua dihadapannya.

"Sudah ?" Tanya Si Lelaki.

"Sudah"

"Ok, let's go" Si Lelaki memitar gas motornya.

"Mampir dulu ya, kak"

"He ? Kemana ? Jajan ?"

"Salah satunya"

"Salah duanya ?"

"Refreshing"

"Ada salah tiganya gak"

"Kota dong, hehe"

Wajah Si Lelaki datar masih memandang jalanan, "Serius"

Si Wanita terkekeh, "Kita liat nanti aja"

"Hmm, yaudah kemana ?"

"Taman kota"

"Yaudah, jangan jajan banyak tapi. Biar makan nanti malam"

"Iyaa kakakku"

Perjalanan berlanjut. Tak ada percakapan. Si Lelaki fokus membawa motor membelah jalanan yang belum ramai. Sehingga, sekitar lima belas menit perjalanan mereka sampai ditujuan. Motor sudah terparkir di tempatnya.

"Mau jajan apa ?" Tanya Si Lelaki sambil melepas helm dan menaruhnya di spion motor. Kemudian ia membantu adiknya melepas helm.

"Entah" jawab Si Wanita.

Mereka mulai berjalan menyusuri padestrian menuju kerumunan PKL.

"Ada apa dengan pekerjaan hari ini ?" Ucap Si Lelaki.

"Tidak ada apa apa"

"Lalu perasaan aneh apa yang sedikit mengganggu dari tadi ?"

"Bukan dari tempat kerja"

"Ahhh, berarti dari tempat satunya"

Si Wanita mengangguk. "Mau cimol ?" Tanya Si Wanita tiba-tiba.

"Jangan tanya, kalo kamu mau beli aja. Toh kalo ga habis aku yang habisin" jawab Si Lelaki sambil tersenyum.

Si Wanita menunjukkan cengirannya yang manis, lalu menfekat kepada pedagang cimol dan membelinya. Setelah selesai dan menukarnya dengan sejumlah uang mereka kembali berjalan.

"Enak, kak" ucap Si Wanita setelah memakan satu buah jajanan yang baru dibeli. "Nih, coba" lanjutnya sambil mengarahkan sebuah cimol dengan tusuk sate kearah lelaki disampingnya.

Si Lelaki memakannya, "Eh, iya. Mau nambah aja ?"

Si Wanita menggeleng, "Liat nanti aja, setidaknya bisa diulang"

Si Lelaki mengangguk beberapa kali, "Lalu, masalah yang tadi ?"

"Hmmm, ya benar. Dari tempat satunya" ujar Si Wanita yang mengetahui maksud kakaknya.

Si Lelaki tersenyum dan mengelus pelan rambut adiknya, "Yaudah, santai. Gak usah dipikir" 

"Enak bener bilangnya"

"Lha, apa ?"

"Ya gak bisa gitu juga. Kamu sudah membuat keputusan. Sisanya tinggal aku"

"Ya tapi gak perlu sampe segitunya. Pada akhirnya bukan kita yang menentukan"

"Selalu seperti itu ?"

"Yaaa, selalu seperti itu"

Si Wanita mengangguk beberapa kali sambil mengunyah cimol yang baru dimakannya.

"Duduk sana, kak" ajak Si Wanita menunjuk sebuah bangku taman kosong.

"Boleh, tapi beli minum dulu yaa"

Si Wanita mengangguk.

"Kamu mau apa ?" Tawar Si Lelaki.

"Es boleh ?"

"Boleh, tapi sedikit aja"

Si Wanita tersenyum ditengah kegiatan mengunyahnya. "Jeruk peras, ya"

"Oke"

"Tapi kakak gak boleh kopi"

"Lah kenapa ?"

"Nanti lama. Tau sendiri kalo kopi minumnya lama pake banget dan sekali"

"Yaudah, aku bel..."

"Air putih aja" potong Si Wanita

Si Lelaki memasang wajah datar, "Kan aku belum bilang mau apa"

"Udah, air putih aja. Gak, usah nolak"

Merasa tidak bisa dibantah akhirnya Si Lelaki mengiyakan permintaan Adiknya.

"Sekalian belikan sosis yaa, itu deket tempst es jeruknya"

"Berapa ?"

"Terserah"

"Ok"

Mereka berdua lalu berpencar. Si Wanita duduk di salah satu kursi taman yang kosong. Ia bisa melihat kakaknya yang baru saja meninggalkan tempat penjual sosis dan menuju penjual es yang tadi diminta Si Wanita. Si Wanita masih sibuk dengan jajanan yang ia bawa dengan tas kresek kecil dan tangannya masih menggenggam tusuk sate yang menjadi alat makannya. Sesaat kemudian ia mengeluarkan handphonenya setelah menaruh bungkusan jajanannya disamping ia duduk. Jarinya mulai beradu dengan layar handphone.

Entah sudah berapa lama, seorang kakaknya duduk disamping Si Wanita. Reflek, Si Wanita menoleh kesamping dan dapat dilihat Si Lelaki memegang gelas es, sebotil air putih dan sebuah mika berisi dua buah sosis bakar.

"Asyikkk makanan datang" ucap Si Wanita kegirangan dan menerima segelas es dari tangan Si Lelaki.

"Cimolnya abis ?" Tanya Si Lelaki.

Si Wanita tak menjawabnya hanya mengambil dan memberikan bungkusan yang sempat ia letakkan tadi, "Habiskan kakak deh" lanjutnya.

Si Lelaki memiringkan bibir dan menaruh bungkusan mika diantara mereka berdua lalu mengambil bungkusan plastik berisi sisa cimol yang tadi dibeli adiknya. Ia mengambil satu dari dalamnya. Adiknya menikmati es yang baru dihisapnya.

"Jadi ? Mau membicarakannya ?" Tanya Si Lelaki sambil mengunyah.

Si Wanita menghela nafas, "Kamu sudah membuat pilihan kak ?"

"Ya, sebagian"

"Kenapa sebagian ?"

"Karena sisanya tergantung dua hal lagi"

"Salah satunya aku ?"

Si Lelaki mengangguk sambil mencoba menghidupkan rokok.

"Aku sedang mengusahakannya, kak"

"Iyaa aku paham. Lagi pula, aku bisa merasakannya"

Si Wanita menoleh, "Merasakan apa ?"

"Rasa lega dari kamu"

Si Wanita tersenyum tipis, "Aku akan selalu mendukungmu, atas segala hal baik yang ingin dan sedang kamu lakukan. Hal yang juga selalu kamu lakukan padaku"

"Terima kasih"

"Yah, sama sama. Lagi pula dengan begitu langkah kita akan lebih mudah. Tidak terseok", Si Wanita mengambil satu tusuk sosis dan menggigitnya.

"Hahaha, gapapa. Kalau tidak seperti tiu hidup tidak akan menarik, lalu apa yang akan kamu lakukan ?" ujar Si Lelaki.

"Entahlah, aku sudah memberi kabar. Tapi yaa, aku kurang suka responnya"

"Seolah sama kan ?"

Si Wanita memganggu, "Tapi aku tak ingin berpikiran terlalu jauh"

"Husnudzon ?"

"Iya"

"Bisa ?"

"Dicoba"

Si Lelaki kembali tertawa mendengar jawaban tersebut. "Mau kubantu ?"

"Dengan kebencianmu yang masih seperti itu ?"

Si Lelaki tersenyum dan tak menjawab.

"Cukup beresiko sih. Tapi, kita liat nanti saja" lanjut Si Wanita lalu memakan  sisa sosisnya dari tusuk sate yang dipegangnya.

"Okee, lagi pula apapun hasilnya kita akan tetap sama kurasa" tanggap Si Lelaki.

"Ya kalau bisa jangan berubah lagi"

"Tergantung situasi dan kondisi"

"Maksutnya ?"

"Ketika kita menyadari sebuah kebenaran baru, yaaa kita harus berubah"

"Iyaasih"

"Kita jalan ditempat atau mundur ?"

"Semoga jalan ditempat, karena gak mau mundur dan bergerak maju masih sulit"

"Hahaha, amin"

"Masih bisa ketawa, kak ?"

"Harus bisa"

"Aku tahu. Tapi kan percuma melakukan hal itu didepanku"

"Iya juga sih", tanggap Si Lelaki sambil mematikan rokoknya dan kemudian mengambil satu sosis yang tersisa dari mika.

"Lalu bagaimana ?"

"Tentang ?"

"Perayaan di bulan ini ?"

"Sedikit meleset dari rencana"

"Trus ?"

"Kamu paham kan ?"

"Tentang ?"

"Show must go on. Jadi, yaaa meskipun sedikit merubah konsep. Intinya Jadi"

Si Wanita mengangguk angguk. Si Lelaki mengelus lembut kepala adiknya.

"Aku tahu yang kamu pikirkan, perayaan ini biar aku yang mengatasi"

"Jangan berlebihan"

"Iyaaa"

Hening.

"Udah mulai mau petang, kak. Ayo beres beres lalu pulang"

"Iyaa iyaa"

"Btw belanja dulu cari bahan. Kan butuh masak"

"Mau apa ?"

"Kakak pengen apa ?"

"Paket paling hemat ajadeh yaa"

"Yakin ?"

Si Lelaki mengangguk, "Iyaa, gapapa"

"Hmmmm" gumam Si Wanita sambil melirik langit biru yang mulai sedikit mendapat bias orange, "Tempe jelas kan yaa ?" Lamjutnya.

"Iyaa"

"Sambal ?"

"Wajib"

"Sayurnya ?"

Kini Si Lelaki yang nampak berpikir sejenak, "Oseng kangkung ?" Tawarnya.

"Kenapa kangkung ?"

"Biar kamu cepet ngantuk dan tidur dibawah jam dua belas" jawabnya sambil terkekeh.

"Ya kan kamu juga"

"Sulit, dan kamu tahu alasannya"

Si Wanita memicingkan mata mendengarnya, "Yaudah, lagian memang itu kehendakmu. Tapi perlu kamu tahu, kamu tidak perlu sok ngambil porsi yang besar. Karena belum tentu porsimu sebesar itu. Untuk saat ini"

Si Lelaki tak menjawab, hanya merespon dengan senyum dan mengelus lembut kepala Adiknya. Tiba tiba Si Wanita beranjak dsri duduknya.

"Yuk berangkat, sebelum jalan rame" ucap Si Wanita.

Si Lelaki tersenyum, "bentar ini diberesin sampahnya" Si Lelaki kemudian memilih satu persatu sampah makanan mereka  untuk dijadikan satu kedalam satu kresek. Si Wanita terkekeh sejenak kemudian membantu kakaknya.



x